KUALA LUMPUR – AMMAN
27 JULI 1993 - 10 AGUSTUS 1993
S |
ebagai ”pendatang haram[1]” di
Malaysia, tentu kita tidak berpeluang untuk mendapatkan paspor resmi dari
pemerintah Indonesia. Oleh karena itu kita mencari jalan bagaimana bisa pulang
ke Indonesia dengan jalur resmi. Untuk pulang ke Indonesia sangat sulit tanpa
memiliki paspor. Maka satu-satunya jalan adalah dengan membuat SPLP (Surat
Perjalanan Laksana Paspor) yang diterbitkan kedutaan RI di Kuala Lumpur.
Sebelum berangkat menuju Yordania sempat pulang
ke Indonesia, tepatnya dikota Siantar, dikediaman abang kandung. Tujuan utama
yang dikerjakan di Pematang Siantar adalah untuk mengurus Paspor agar dapat melanjutkan
perjalanan ke luar negeri (LN).
Pada 13 Juli 1993 sampai kembali di Malaysia.
Selama dua pekan melakukan pengurusan visa masuk ke Yordania di Konsulat
Yordania Kuala Lumpur. Setelah memperoleh visa masuk ke Yordania, pada tanggal
27 Juli 1993 menuju Amman (Yordania). Jarak tempuh Kuala Lumpur – Amman
saat itu + 11 jam naik pesawat.
Melakukan perjalanan keluar negeri sendirian
terasa mencemaskan, apalagi di tempat tujuan tidak satu orangpun yang dikenal.
Saat itu hanya satu prinsip: Selama ada kedutaan RI di negara tujuan, pasti
ada orang Indonesia yang dapat memberi jalan.
Sewaktu berada dalam pesawat Royal Yordania Air
Ways, yang selalu membayang-bayangi pikiran bagaimana cara sampai ke kedutaan
Indonesia di Amman. Alhamdulillah perjalanan seperti berjalan diatas rel, tidak
ada yang meleset dari apa yang diinginkan. Mendarat di Yordania sekitar pukul
04:00 pagi waktu setempat. Sebelum masuk ke pintu imigrasi bandara terlebih
dahulu mengisi pormulir. Pertama kalinya melakukan perjalanan ke negara Arab,
di pesawat kita dikasi pormulir untuk diisi, sebagian dari pertanyaan masih
asing bagi kita, lalu ada seorang warga negara Yordania yang membantu untuk
mengisi formulir tersebut. Dari pengalaman pertama itu sebagian Bahasa Arab
kita dapat belajar.
Sekitar pukul 05:00 pagi waktu setempat keluar
dari bandara. Sesampainya di teras bangunan bandara ternyata masih gelap karena
saat itu masih musim semi. Sekitar jam: 05.30 masuk waktu shalat subuh, saya
pun mencari mushalla di depan bangunan bandara dan melaksanakan shalat shubuh.
Menunggu sampai terang, kita sengaja duduk berlama-lama di mushalla agar lebih
mudah bertanya kepada orang lain, alat
transportasi/bus apa yang mengarah ke kedutaan RI. Ternyata informasi transport
yang mengarah menuju kedutaan RI sangat jauh dari lokasi bandara.
“Di setiap langkah manusia selalu di sertai dengan ketentuan Tuhan.
Hal-hal yang dikhawatirkan oleh hamba-Nya terkadang berjalan mulus diluar
jangkaun pikiran manusia. Dalam kisah nyata seseorang terkadang menjadi ingatan
yang abadi bagi dirinya dan tidak pernah terlupakan. Abadinya sebuah cerita
disebabkan kisah yang dialami cukup berkesan atau mengharukan”.
Jauh-jauh sebelum berangkat ke negeri Arab ada
satu imej negatif yang tertanam di benak hati saya terhadap orang Arab. Karena
cerita orang yang sudah pernah hidup di Arab, sebahagian orang Arab suka sama laki-laki
yang tidak berjenggot. Ada juga anggapan orang Arab itu suka sama sejenis.
Ternyata imej itu tidak benar, semua
keturunan dan bangsa relatif memiliki kelainan seksual. Tidak terlepas bangsa
Indonesia. Sewaktu saya keluar dari bandara, tiba-tiba datang seorang laki-laki
mendekat, kemudian bertanya : Hal anta Indunisi?. Apakah kamu orang
Indonesia? Saya Jawab : Na’am “Ya”. Langsung supir itu mengambil tas
bawaanku. Bayangan negatif pun timbul dalam pikiran dan berkata dalam hati :
Ternyata benar apa yang dikatakan orang. Orang Arab suka sama laki-laki yang
tidak berjenggot. Kemudian kami pun saling tarik-tarikan tas. Dengan suara lantang saya berkata : Man Anta? Dia
jawab : Ana min sifarah Indunisia- Saya dari kedutaan Indonesia,
kemudian saya lari dan tiba-tiba berpapasan dengan seseorang roman-romannya
wajah Indonesia, ternyata dia bersal
dari Filifina. Kemudian saya berjumpa dibalik salah satu tiang bandara dengan
seseorang yang mirip dengan saudara kita
dari keturunan tanah Jawa sedang memperhatikan kami berdua, sama-sama berebut
tas dengan wajah senyum tersipu. Lalu saya menyapa : Bapak orang Indonesia? Dia
jawab : Saya orang Indonesia. Kebetulan bapak itu lokal staf di kedutaan RI
Amman. Perasaan lega dan gembira dengan sepontan menyelimuti perasaan . Kemudian dia menyuruh saya ikut dengan supir
mobil van tadi. Informasi dari pegawai
lokal staf kedutaan tadi, bahwa laki-laki Arab
itu bekerja sebagai supir kedutaan. Dalam perjalanan menuju KBRI dikota
Amman, hanya kami berdua di dalam mobil pengantar tersebut.
Perjalan dari bandara menuju kedutaan masih cukup jauh. Ditengah perjalanan perasaan saya masih diselimuti rasa curiga. Saya sengaja berbincang dengan supir siapa dia sebenarnya. Pengakuannya dia memang disuruh menjemput seorang konsul bersama keluarganya yang exodus dari Iraq pada invasi Amerika Syerikat kedua dan sekutunya atas Iraq. Si supir bercerita : Saya di perintahkan konsulat Indonesia, agar menjemput setiap orang yang berwarga negara Indonesia yang sampai ke Amman. Tanpa harus menanya siapa orangnya, yang penting orang Indonesia, yang pertama saya jumpai kamu, dan kamu mengaku orang Indonesia. Oleh karena itu saya tidak melepaskan kamu. Karena saya memegang pesan dan amanah.
Sementara keluarga konsulat Bagdad tadi naik
mobil dinas kedutaan menuju hotel, sementara saya menuju kantor kedutaan RI di
Amman. Sampai di kantor kedutaan pada tanggal 28 Juli 1993 kebetulan kantor
sedang libur, hanya ada seorang staf berasal dari Indonesia (Jawa Timur).
Penjaga kantor kedutaan sengaja menyembunyikan jejak saya, dia takut ketahuan
sama pihak konsulat bahwa ada mahasiswa menginap di dapur kantor. Saya sempat
bertanya kepada beliau kenapa saya harus disembunyikan?. Bukankah seharusnya
saya dibantu dan dilindungi?. Dia jawab : Baru-baru ini ada ketegangan antara
mahasiswa dengan pihak kedutaan [2].
Pada saat itu jumlah mahasiswa/i Indonesia di
Yordania lebih kurang 30 orang. Kos dan belanja hidup sehari-hari dan biaya
kuliah di negara Yordania relatif cukup mahal, terutama bagi mahasiswa dengan
latar belakang ekonomi lemah, oleh karena itu yang sanggup belajar di Yordania
saat itu, hanya mahasiswa yang berlatar belakang ekonomi mapan dan kuat, atau
yang mendapat beasiswa. Perbandingan
kurs Dollar USD dengan Dinar Yordania saat itu : Satu dinar Yordania = 1,25 Sen
USD.
Satu Hari Di Amman
Dicoba Dengan Cobaan Baik
S |
atu hari di Amman dicoba dengan cobaan yang baik[1],
mengalami demam panas dan tumbuhnya lima
buah bisul besar di beberapa bagian tubuh. Rasa panas dingin sangat
terasa sehingga timbul perasaan yang tidak baik, walaupun dalam kondisi
demikian semangat tidak pernah
mengendur. Tiga malam main kucin-kucingan disembunyikan di kedutaan, pada hari
ketiga pegawai kantorpun masuk bekerja. Paspor saya dimasukkan dibagian
pelaporan dan saya pun dipanggil oleh salah seorang konsul bermarga Manik
keturunan Pematang Siantar didampingi oleh penjaga kantor. Dengan memegang
paspor saya pak konsul memperhatikan tempat pengeluaran paspor. Karena tempat
pengeluaran paspor dari Imigrasi Pematang Siantar. Si penjaga tadi langsung
dibentak-bentak dan berkata : Kenapa kamu tidak melaporkannya dengan cepat,
tiga hari yang lalu sayakan ada dikantor, kamu tidak tahu ini dongan
sahutaku, lihat ini paspornya dari Siantar, akukan orang Siantar. Pak Manik
mengalihkan pertanyaan kepada saya :
Kapan kamu mau ke Syria?. Saya jawab dalam dua minggu ini. Kemudian dia
memerintahkan penjaga tadi : Kamu harus
siapkan secepatnya, jangan kamu minta biaya pengurusan dari dia, aku yang bayar
nanti.
Belakangan penjaga kantor bercerita kepada
saya, Pak Manik itu sangat garang, mahasiswa baru-baru ini melakukan
demonstrasi ke Kedutaan ini dan ia yang paling dibencihi mahasiswa. Saya
sebenarnya ingin membelamu, ternyata sebalik dugaan saya, dia sangat membela
dan mau membantumu. Makanya saya heran, tapi tak apalah yang penting kamu bisa
berangkat ke Syria. Saya pun minta maaf kepadanya dan berterima kasih.


Dua pekan tinggal di Yordania terasa sangat singkat. Pada tanggal 10 Agustus 1993 berangkat menuju Damascus Syria, jarak tempuh lebih kurang 45 menit di atas pesawat. Berangkat menuju Syria sama halnya ketika berangkat dari Malaysia ke Yordania, tidak seorang pun yang saya kenal di Syria, sampai-sampai pikiran larut memikirkan dimana harus tidur sementara sebelum masuk pagi. Saya putuskan dalam hati untuk tidur dimusolla bandara Damascus atau di lobi bandara. Sekitar pukul 23 : 45 waktu setempat pesawat mulai lending, makanan yang dihidangpun lupa untuk dicicipi karena larut dalam berpikir. Sesampainya di Imigrasi bandara, pemeriksaan sangat ketat dan kekhawatiran untuk dilarang masuk ke Syria mulai menyelimuti perasaan. Soalnya ada sekitar lima orang warga Malaysia yang sudah siap dideportasi kenegara asalnya dan tidak dibenarkan masuk ke negara Syria. Karena salah menjawab dalam beberapa pertanyaan. Saya disuguhi pertanyaan apakah Indonesia memiliki kedutaan di Damascus? Saya jawab : Ada, langsung petugas imigrasi mencap boleh masuk ke Damascus.
Lebih kurang pukul 12.00 malam, saya baru bisa keluar dari pintu imigrasi bandara, bingung melihat orang banyak terpencar-pencar, saya ikut arus orang ramai sambil mencari musholla, tiba-tiba ada suara yang memanggil, mereka ada 2 orang, dan kedua-duanya alumni Mushtafawiyyah purba Baru yang rata-rata sudah 4 tahun belajar di Damascus. Seorang diantara mereka bernama : Ahmad Zuhri Nasution dan Ahmad Zahdi. Kedua orang ini datang menjemput, karena sudah diberitahu oleh penjaga KBRI di Amman. Sebelumnya staf tersebut sudah pernah bekerja dengan tugas yang sama di KBRI Damascus. Pada awalnya mereka berdua belum ada kontak hubungan dengan saya sama sekali, tapi itulah pertolongan dan taqdir dari Ilahi yang maha Allam Al-Ghuyub.

Melihat
Jejak Nabi Musa AS Dari Tanah Muqoddasah
“JABAL NEBO “
P |
Apakah sebenarnya makna “Nebo” ?
Fastor: Makna Nebo ya’ni Nabi, nisbah kepada Nabi Musa Alaihissalam.
Apakah keistimewaan “Jabal Nebo” ?
Fastor : Dalam perjanjian
lama dijelaskan jabal Nebo merupakan salah satu tempat suci bagi kami
Nashrani, disebut juga dengan al-Ardhul Mi’ad (bumi tempat kembali yang
telah dijanjikan) untuk kami, bahwa
disatu saat kami akan kembali ketempat suci ini.
Lalu dimana letak kesucian tempat ini?.
Fastor : Dalam perjanjian
lama Nabiyyullah Musa Alaihissalam, satu ketika Beliau Bersama
sahabat-sahabatnya datang ketempat ini, dan ia berdiri ditempat paling tinggi
diatas bukit, kemudian ia menghadap kearah Pelastina dengan memegang
tongkatnya, kemudian Ia mengarahkan pandangannya kearah tempat-tempat yang telah dijanjikan untuk
kami, dan Ia menghunjuk satu persatu dari Jabal Nebo seraya mengarahkan
telunjuknya ke laut mati, Bait Almuqoddas, Bait Lehem, Haefa, Lebanon dan Ia
berkata : “Inilah Bumi yang telah dijanjikan untuk-Ku”.
Apakah benar Nabi Musa wafat ditempat ini?.
Fastor : Benar, Nabi Musa
dengan berita yang sangat dipercaya (mutawatir) Nabi Musa wafat di
tempat ini.
Dimana Kuburannya?
Fastor : Kami tidak tau persisnya, karena setelah Dia wafat , jasad-Nya
tidak pernah diketahui dimana tepat kuburan-Nya, namun yang pasti Dia wafat di Jabal
Nebo ini.
Bilakah tempat ini kembali ditemukan?.
Fastor : Kami kembali
ketempat ini pada tahun 1926. Kemudia tempat ini kembali di pugar pada tahun
1933 dan pada tahun 2000 Santo Paus Yohanes Paulus II telah datang ketempat ini dan dari itu
dilakukan pemugaran totalitas.
Apakah kalian dibenarkan melakukan kebaktian di
gereja ini?.
Fastor : Karena tempat ini
pada dasarnya dibangun untuk kekayaan sejarah dan tempat tujuan wisata, maka kami
tidak sesuka kami untuk mengadakan misa di tempat ini, jika kami ingin
mengadakan misa maka kami harus terlebih dahulu meminta izin kepada otoritas
yang berwenang di bidang pariwisata terkait.
Apakah tempat ini bahagian dari tempat suci bagi
kaum Nashrani?.
Fastor : Ya, tempat ini
termasuk bagian dari tempat suci bagi kami, dan kami anggap ini tempat ziarah atau sebagai tempat haji
bagi kami kaum Nashrani.
Didalam ruangan museum ada beberapa artifark, yangterpajang didinding, menggambarkan sebuah skema perjalanan menuju Jabal Nebu dengan bertuliskan :” Thoriqul Hujjaj Ilaa Jabali Nebo”, yang bermakna:” Jalan para peziarah/naik haji ke Jabal Nebo”.


Dari sebutan itu dapat dipahami bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang
sangat suci bagi kalangan umat nashrani dan Yahudi, mereka sangat berharap bila
suatu saat mereka dapat kembali ketempat ini, sbagaimana mereka bisa kembali ke
tanah Palestina. Dari pertama-tama sekali kaum zionis hanya beberapa keluarga
di dekat Qudus al-Syarif, namun sayangnya dari situlah bermulanya petaka
bagi kaum muslimin, terlebih bagi rakyat Palestina, sampai saat ini tanah air
mereka dikuasai dengan memulai bertempat tinggal disekitar tempat suci,
kemudian mereka membeli tanah rakyat Palestina sedikit demi sedikit, setelah
mereka memiliki kekuatan maka mereka menguasai pemerintahan, yang sekarang kita
ketahui dengan nama Israel, pada akhirnya petaka itu sampai sekarang
menjadi arena pertarungan baik melalui pengusiran, pembunuhan, pencaplokan
tanah penduduk, rakyat Palestina menjadi negara terjajah. Oleh sebab itu
keadaan seperti yang terjadi pada Palestina, tidak mustahil akan terjadi bagi
kerajaan Yordania, apabila pemerintahan dan rakyatnya lalai dalam menjaga
tempat yang mereka anggap suci ini dari siasat halus yang dilakukan misionaris
mereka.
Sepengamatan penulis, Jabal Nebo benar-benar ramai dikunjungi oleh semua
pemeluk agama, terutama dari kaum nashrani dan Yahudi bahkan tentu dari
kalangan umat Islam, dari berbagai negara yang ada dibelahan bumi ini.
Datangnya Santo Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000 ke Jabal Nebo,
tentu tidak kita munkiri kepastian adanya misi yang diemban dengan slogan misi
perdamaian, tapi ada yang tersirat mereka sudah kembali menunjukkan bahwa
langkah-langkah mereka dan tumit-tumit penguasaan sudah mulai nampak di depan
mata.
Apabila
kita ingin belajar dari tragedi yang dialami oleh rakyat Palestina, maka setiap
negara yang berpenduduk muslim harus waspada terhadap cara-cara halus mereka.
Misi-misi halus yang diperankan oleh orang-orang yang ingin menguasai suatu
negara sekarang sekurang-kurangnya ada tiga cara:
1. Meminta kepada otoritas setempat dengan diblomasi yang jitu untuk bersedia
membuka tempat yang mereka anggap suci sebagai tempat wisata umum.
2.
Menggemakan bahwa tempat tersebut adalah milik semua pemeluk
agama samawi.
3.
Kesepakatan antara otoritas setempat dengan pemimpin agama
tertentu untuk menjadikan kesepakatan yang di tanda tangani sebagai symbol
perdamaian dan bentuk toleransi.
Untuk
negara tercinta Indonesia yang kita alami saat ini selain butir-butir diatas:
1. Membuka bebas visa selebar-lebarnya bagi negara lain masuk ke Indonesia.
2.
Membuka kebebesan bagi negara lain untuk memiliki tanah dan
bangunan di wilayah NKRI.
3.
Membuka kebebasan berinfestasi di Indonesia dengan menganut
system ekonomi kapitalis dan liberal.
Kembali
ke Jabal Nebo, 10 KM dari puncak Nebo kebawah ada sebuah kota kecil Namanya
kota MADABA, menurut informasi yang kita peroleh penduduknya sudah mencapai 30
% yang beragama Nashrani, jumlah ini akan semakin bertambah jika tidak
diantisifasi oleh pemerintah Yordania dan menproteksi negerinya dengan system
yang ketat dan mengikat.
Pernah
satu ketika saya berbincang dengan seorang penganut Nashrani dalam satu
perjalanan dengan WNI dan berkenalan didalam pesawat, kemudian dalam
pembicaraan itu menyinggung destinasi wisata yang sudah pernah saya jalani ,
seperti Syria, Yordania, Lebanon, Plastina, Mesir dan bahkan Saudi Arabia
terutama yang pernah dilalui oleh Nabi Musa dan Isa Alaihima Assalam, dia
klaim semua itu adalah milik mereka.
Semakin
meyakinkan bagi kita yang sudah pernah ketempat-tempat yang pernah di lalui
Nabi Musa AS, mereka akan terus menerus memperjuangkan tanpa henti sampai
mereka bisa kembali menginjakkan kaki ketempat-tempat yang dianggap suci oleh
mereka.
Jabal Nebo dalam Hadis Nabi SAW.
Tidak
sedikit dari kalangan Muslimin bahwa Jabal Nebo itulah yang disebut dalam hadis
Nabi dengan sebutan:”Katsiib al-Ahmar”. Tempat ini pernah dilalui Nabi
kita Muhammad SAW ketika Isra’nya Beliau dari Masjidil Haram Makkah menuju Bait
al-Muqoddas, Nabi Muhammad SAW melihat Nabi Musa AS sholat dekat kuburan-Nya,
itulah pada Jabal Nebo. Disebutkan dalam hadis shoheh Riwayat Muslim No: 2375
dari Anas Bin Malik Rodhiyallohu ‘anhu, yang maknanya:
“Aku
telah lewat diatas Musa pada waktu
isra’ku di dekat Bukit ahmar (Jabal Nebo), dan Ia sedang berdiri sholat dekat
kubur-Nya”.


Diyakini bahwa Nabi Musa hanya sampai dipuncak bukit ini, Beliau tidak sampai ke bumi Palestina, walaupun sebagian meyakini Nabi Musa sampai ke Ariha Palestina (Yerikho) dan tidak jauh dari situ ada makamnya, namun yang paling saheh Nabi Musa A.S hanya sampai di Bukit ini. Dari Bukit ini Nabi Musa A.S berdiri dan menghadap ke arah Yerikho dan Yerussalam Palestina dan menunjuk kearah itu dan menyebut tempat itu sebagai Bumi yang dijanjikan bagi kaum Bani Israel.

[1]كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (Q.S: Al-Anbiya’: 35).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar