DISIPLIN BELAJAR
W |
aktu belajar diatur layaknya seperti militer, bangun pagi semua
siswa harus sudah siap menuju mesjid 15 menit sebelum adzan, bagi yang
terlambat satu kali akan dihukum mencuci lantai dapur dan ruangan makan selama
tiga hari, jika terulang kedua kalinya akan diusir dari asrama, dan jika
terulang ketiga kalinya akan berakhir dengan drop out (DO) total dari
perguruan. Berkelahi tidak dibenarkan, apabila terjadi pemukulan maka dengan
langsung dipecat tanpa ada banyak pertanyaan, dan itu berlaku bagi setiap
pelajar, keturunan Arab atau pelajar luar negeri diperlakukan sama.
Belajar
dikelas dilaksanakan dari pukul 07.30 pagi, dan pulang 15 menit sebelum masuk
waktu shalat zuhur. Setiap hari ada 6 les x 45 menit.
Jam makan siang diberlakukan setelah shalat
zuhur berjamaah sampai jam dua siang, bagi yang terlambat tidak akan mendapat
jatah makan siang.
Jam dua siang diwajibkan tidur atau istirahat
sampai 30 menit sebelum masuk waktu azdan shalat ashar, kemudian menuju kelas
dan shalat ashar berjamaah. Bagi yang terlambat akan dikenakan disiplin belajar
seperti terdahulu tanpa kecuali. Setelah selesai shalat ashar langsung ke
ruangan kelas, masing-masing difokuskan untuk menghafal pelajaran yang sudah
diajarkan pagi sebelumnya. Waktu menghafal di kelas berakhir sebelum masuk
waktu maghrib 15 minit.
Makan malam dilaksanakan antara maghrib dan
Isya, sebab jarak antara maghrib dan isya shalatnya dilambatkan lebih
kurangsetengah jam. Setelah shalat isya kembali ke kamar masing-masing atau
masuk ruang belajar yang sudah disediakan, dan diwajibkan belajar bebas sampai
jam 10 malam. Pada jam 10 malam seluruh lampu utama dimatikan dan diwajibkan
tidur sampai menjelang subuh. Begitulah ketentuan belajar yang dilaksanakan
pada setiap hari.

Dimusim panas (Juni – Agustus) adalah masa yang
ditunggu-tunggu setiap orang, karena setiap musim panas akan libur selama tiga
bulan, libur bukan berarti libur belajar, ma’had tetap menggelar belajar
tambahan (daurah) yang pada dasarnya di sediakan untuk pendatang musiman
untuk belajar dari negara-negara Asia Tengah selama musim panas, namun demikian
tidak tertutup juga bagi pelajar yang sudah terdaftar dima’had tersebut untuk
ikut ambil bagian dalam daurah. Semuanya di fasilitasi mulai dari buku-buku
dikasih gratis, uang saku, makan minum dan tempat tinggal. Di musim panas kita
diberi biaya untuk mengadakan tour atau jalan-jalan. Sekali sepekan ada
rekreasi yang digelar oleh pihak yayasan dan berangkat beramai-ramai. Sebagian
pelajar yang memiliki biaya ada yang memilih jalan-jalan ke tempat-tempat
bersejarah di Syria atau ke negara terdekat seperti ke Yordania dan Turki.
Dimusim dingin juga tak kalah seru, ketika
musim dingin jalan-jalan ke daerah pegunungan yang bersambung dengan bukit
Golan, Syaram Syekh, Thur Saina. Tempat main salju yang terkenal di perbukitan Buludan,
atau ke daerah danau-danau yang ada di selatan Syria.
Di musim dingin penuh dengan salju yaitu mulai dari bulan Januari
sampai bulan Maret, bulan April-Mei musim bunga, tumbuhnya bunga-bungaan yang
sangat indah disemua sudut.
Bulan Juni – Agustus musim panas, bulan September – Desember musim
hujan atau semi. Di musim dingin pihak yayasan menyediakan (menyewa)hammam
atau mandi air hangat dipemandian umum yang sangat luas dan bernuansa Islami.
Tiga hari tersedia untuk kaum laki-laki dan tiga hari untuk kaum hawa, dalam
pemandian wajib tutup aurat. Dalam pemandian tersedia kendi-kendi air yang
dibuat dari batu alam asli, jumlahnya cukup banyak, mirip dengan peninggalan
para khalifah-khalifah dan raja-raja sebelum masa Islam. Di dalam pemandian ada
tiga kategori :
1. Dua pipa, yang satu air panas mendidih
dan pipa kedua air dingin, tinggal mencampur sesuai kebutuhan.
2. Satu ruangan khusus pemandian uap
mencapai 40 derajat celcius dapat menampung puluhan orang untuk mengeluarkan
keringat yang terpendam didalam tubuh.
3. Satu ruangan menampung satu orang saja,
panasnya melebihi panas kategori nomor dua.
Mandi di hammam umum bersama kawan
sekolah dimusim dingin sangat mengasyikkan, karena di musim dingin di bawah
nol, seseorang terbiasa satu kali mandi dalam jangka tiga hari, sekali sepekan
butuh mandi di hammam dan biasanya dilakukan berdua bersama teman, bergantian
menggosok dan mengeluarkan daki dari tubuh kawannya. Tentu ini dilakukan pada
tempat terbuka dan dibawah pantauan penjaga pemandian.
Musim dingin kita jarang melihat matahari
dengan sempurna, ketika tidur di malam hari semua tubuh berada di dalam selimut
tebal, sekecil apa pun ruang udara masuk kedalam selimut cukup kuat untuk
membangunkan seseorang dari tidurnya.
Di dalam hammam tersedia mushalla. Setelah mandi berjam-jam kita di suguhi teh atau kopi Arab dengan kueh-kueh enak(halawiyat). Masa efektif belajar itu berada pada musim semi, musim dingin dan musim gugur ( Oktober, november, Desember, Januari, Februari, Maret, April dan sebagian Mei) dan libur sekolah bisa tiga sampai empat bulan.
Menghadapi Ujian Semester
U |
jian atau imtihan dilakukan dua tahap, sama dengan di Indonesia yaitu : Ujian tengah semester dan akhir semester. Ujian di negeri Arab tidak ada yang disebut dengan pilihan ganda, semuanya dalam bentuk essay test dan itu punhanya 5 soal. Setiap satu nomor soal membutuhkan jawaban satu sampai dua halaman kertas double folio. Menghadapi ujian harus sudah siap menjawab berlembar-lembar dalam waktu 90 menit dibawah pengawasan sangat ketat. Ujian seperti ini dilakukan karena dari hari pertama sampai hari terakhir sudah ditempah dengan hafalan dan latihan (tamrinat).
01 Agustus 1996 Ke Yordania (Amman)
Kembali Ke Syria Pada 6 Agustus 1996.
P |
ada tanggal 31 Juli 1996 dengan tiba-tiba saya harus mengurus visa
masuk ke Yordania, dengan maraton visa dalam satu hari dapat di peroleh. Tujuan
ke Yordania menjemput saudara yang datang ke Syria melalui Kuala Lumpur dan
Yordania untuk belajar. Saudara yang datang dan sudah sampai di Yordania, dia
belum berpengalaman untuk bepergian sendirian, sesampainya di bandara
Internasional Amman, dia langsung
mengambil taxi tanpa mengambil cap masuk ke Amman, kemudian menuju perbatasan Yordania Syria tanpa visa.
Sesampainya di perbatasan penjaga imigrasi tidak memberi izin masuk Syria. Dia
dipaksa pulang ke bandara Amman. Anehnya Pihak imigrasi bandara Amman bisa
luput mendeteksi seseorang yang masuk ke Amman tanpa memberi setempel masuk
(entry).
Pada tanggal 01 Agustus 1996, sayapun menuju
Yordania pada pagi hari. Jarak antara
Damascus dengan Amman hanya lebih kurang empat jam naik taxi. Sampai di Amman
pada sore hari, dan langsung menuju KBRI. Saat itu KBRI baru pindah ketempat
yang lebih besar dan dekat dengan sentral kota. Sampai di KBRI Amman pada malam
hari dan langsung menemui piket jaga untuk
numpang tidur di kantor KBRI. Pagi-pagi setelah shalat subuh sayapun
menuju bandara amman dengan harapan dapat bertemu dengan saudara saya.
Sesampainya di bandara saya menuju mushalla bandara. Ternyata saudara tersebut
sudah menunggu di salah satu tiang mushalla. Kami pun naik bus menuju
sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Ibu kota Amman. Di sekretariat
PPI Amman kami tinggal selama enam hari, Selama itu juga kita memanfaatkan
waktu untuk jalan-jalan di kota Amman sambil menikmati liburan musim panas.
06 Agustus dipagi hari kami berdua menuju
perbatasan Yordania Syria. Pada siang hari kami sampai di imigrasi perbatasan
Yordania. Di imigrasi Yordania saudara saya langsung dikenal pegawai imigrasi
dan berkata : Ini kemarin sudah datang dan kami suruh pulang ke Malaysia karena
tidak ada izin masuk. Saya pun mencoba bernegosiasi dengan mereka, saya bilang
saya abang kandungnya, dan sekarang saya belajar di Syria, sambil menunujukkan
kartu identitas, petugas imigrasi menghubungi petugas bandara dan menanyakan
apa betul yang bernama Faisal dengan nomor paspor sekian-sekian masuk melalui
bandara, kemudian saya di tanya : Apakah kamu datang bersama saudaramu? Saya
jawab : Ya, pertanyaan itu berulang-ulang dan saya meyakinkannya. Petugas masih
ragu-ragu memberikan izin keluar, kemudian kami dipanggil, dan kami di
diperingatkan agar tidak melakukannya lagi, Alhamdulillah setelah hampir dua
jam pemilik taxi dan penumpang
lainnyapun mulai marah dan minta tambah ongkos karena dia akan kehilangan trip.
Pada akhirnya kamipun memperoleh exit primit.
Memasuki Imigrasi Syria, kesulitannya sama
dengan sebelumnya, pihak imigrasi juga tidak memberikan izin masuk (entry
visa). Saya meyakinkan mereka bahwa saya belajar di Damascus. Petugas
imigrasi percaya dan menghadapkan saya dengan super visor. Setelah
negosiasi kami dibolehkan masuk dengan syarat : Dalam satu bulan harus sudah terdaftar
di salah satu perguruan resmi di Syria, Jika dalam satu bulan juga tidak
terdaftar maka kami akan di jemput pulang oleh inteligen dan dipulangkan ke
Indonesia.
07 Maret 1997 Saudi Arabia,
22 Mei 1997 Kembali Ke Syria
P |
ada tanggal 07 Maret 1997 saya di izinkan Allah SWT untuk
melaksanakan Haji ke Baitullah sebagai petugas haji resmi, sebagai petugas
tenaga musiman (TEMUS), petugas musiman itu harus melalui seleksi dari pihak
kedutaan RI di Damascus, dengan beberapa kriteria :
1. Harus pelajar resmi dan terdaftar sebagai
siswa/mahasiswa di suatu perguruan.
2. Harus ada izin berangkat kerja dari pihak
sekolah.
3. Harus memiliki sertifikat Pedoman
Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4).
4. Tidak ada hubungan yang tidak baik dengan
pihak kedutaan.
Pada saat itu dibutuhkan biaya keberangkatan
lebih kurang 700 dollar USD atau setara Rp. 1.400.000,- saat itu, untuk
mendapatkan itu semuanya di pinjam kepada salah seorang pegawai KBRI, dengan
perjanjian akan dipulangkan setelah kembali dari haji.
Berangkat menuju Jeddah melalui jalan darat,
naik bus Sabco dari kota Damascus menuju perbatasan Yordania, dari
Yordania menuju wilayah perbatasan Arab Saudi mengikuti garis pantai laut merah
menuju kota Madinah dan dari Madinah menuju Jeddah.
Perjalanan darat dari Damascus menuju Jeddah
menghabiskan selama dua hari satu malam. Dalam perjalanan sangat banyak
memberikan rasa haru apalagi ketika berada ditengah-tengah gurun pasir.
Perkampungan sangat jarang ditemukan. Sejauh mata memandang tanah hanya
diselimuti bebatuan dan padang pasir. Deretan bukit-bukit dan pegunungan nampak
jauh menatap dengan syahdu mengiringi garis-garis putih aspal, hutan batu dan fayafi
seolah ikut menjadi saksi. Seolah mengingatkan kita kepada kafilah-kafilah
pedagang Arab yang datang kenegeri Syam. Mengingatkan seseorang kepada
perjuangan para Nabi dan sahabat untuk memperjuangkan tauhid dan kebenaran
agama yang mereka anut.
Seampainya di kota Jeddah, jejak leluhur kita
Adam dan Hawwa Alaihima Assalam, pada hari itu kita melaporkan diri ke KONJEN
RI di kota Jeddah, sekaligus untuk menerima kartu petugas musiman resmi dari
pihak Konsulat. Saya di tugaskan di Bandara Haji King Abdul Aziz Jeddah (sektor
I Jeddah). Tugas yang diemban adalah untuk membantu memberi petunjuk (Mursyid
Haji) dan arahan kepada jamaah yang datang dari tanah air.
Bekerja sebagai musiman dikota Jeddah dan tempat-tempat masy’aril
haram sungguh menyenangkan, karena bekerja sebagai TEMUS hasilnya jelas dan
halal, namun ada imej negatif bangsa Indonesia, dikarenakan banyaknya pekerja wanita Indonesia di negeri
Arab (TKW), dari satu sisi negeri Indonesia sangat dibanggakan oleh
orang Arab karena penduduknya mayoritas muslim, namun dari sisi lain sangat
direndahkan, yang mana wanita seyogyanya tinggal dirumah bersama anak-anaknya,
dan yang bekerja seharusnya laki-laki.
Kesan negatif lain banyaknya pekerja liar pada
musim haji, baik dari kalangan mukimin yang sudah lama tinggal di Arab
Saudi atau segelintir orang yang mengatas namakan dirinya sebagai mahasiswa
yang sedang mencari pekerjaan untuk dapat bertahan hidup, atau untuk
melanjutkan kuliah. Sebagian ada yang bekerja menjadi pengumpul dam atau
pencari badal haji, tidak jarang oknum yang berani menipu atau
membodoh-bodohi jamaah. Kesan buruk itu menjadi bayangan yang tidak bisa
diterima akal, apalagi dilakukan ditempat suci seperti Makkah dan Madinah.
Seperti kata kiasan : “Abu Jahal pun berasal dari Makkah”, sekarang
kiasannya : “Abu Jahal datang ke Makkah dari negeri lain”.
Orang yang pernah berjalan dipinggiran lapangan Mina ketika bermalam di Mina atau sekedar duduk-duduk di tepi Mina, akan menyaksikan keadaan oknum-oknum mukmin terutama para wanita tak obahnya seperti orang yang jualan dipajak ikan di Indonesia, tidak menutup aurat sebagaimana layaknya, bercanda gurau dengan laki-laki bukan mahrom. Keadaan itu sangat mengejutkan dan terkesan mengada-ada bagi orang yang tidak melihat kejadian-kejadian yang ada di pinggiran Mina ketika musim haji. Kurang lebih tiga bulan tinggal di Saudi Arabia, pada tanggal 22 Mei 1997 Kembali ke Syria, seperti waktu berangkat menuju Arab Saudi melalui jalan darat, demikian juga pada waktu kembalinya ke Syria. Dan menetap kembali di Syria sampai tanggal 10 Agustus 1997.
10 Agustus 1997 Syria – India 24 September 1997.
P |
ada tanggal 10 Agustus 1997 saya berangkat menuju India, yang
dituju kota Lucknow ibu kota negara bagian Uttar Paradesh (sebelah utara
India). Untuk mendapatkan visa student di kedutaan India di Damascus
bukanlah urusan mudah apabila tidak ada surat panggilan dari salah satu
institusi resmi di India. Oleh sebab itu saya beranikan mengambil visa tourist
selama satu bulan dan tidak dapat ditambah sama sekali.
Pada tanggal 10 Agustus 1997 sampai di bandara
New Delhi, dan langsung menuju Kedutaan besar RI untuk mendaftarkan diri
sebagai pendatang warga negara baru Indoneia di New Delhi India, sekaligus
mencari informasi kedudukan sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) India
di New Delhi sebagai tempat persinggahan, dan untuk mencari informasi tentang
studi di Nadwat Ulama Darul Uluum Lucknow.
Sewaktu sampai di India tepat musim panas, suhu
udara rata-rata mencapai 40-42 derajat celsius, sehingga di pagi subuhpun
terasa panas. Beberapa hari di New Delhi perjalanan dilanjutkan menuju Lucknow
naik trem (Kereta api) jarak tempuh lebih kurang delapan jam.
Sampai di Lucknow pagi hari kira-kira jam empat
dinihari, dari stasiun naik becak dayung (riksyaw) menuju Nadwat Ulama Darul
Uluum. Keadaan penduduk di India sangat
sederhana, nampak dari imprastruktur yang belum memadai, begitu juga dengan
angkutan, cara berpakaian dan kotoran manusia banyak mengganggu pemandangan di
pinggir-pinggir jalan utama di perkotaan apalagi di pedesaan.
Setelah sampai di kampus Darul Ulum, nampak
sangat berbeda dengan bangunan-bangunan yang ada diluar, bersih dan tertata
rapi, seperti satu negara dalam negara. Darul Ulum Nadwatul Ulama
berdampingan dengan Universitas Negeri Lucknow hanya dibatasi tembok setinggi
dua meter. Diketahui bahwa India berpenduduk mayoritas beragama Hindu, oleh
karena itu sering terjadi bentrok antara mahasiswa Darul Ulum dengan mahasiswa
pundamentalis Universitas Lucknow. Mereka sering naik bangunan melontarkan
cacian-cacian dan tidak jarang mencaci Rasulullah SAW. Cerita orang lama di
Darul Ulum pernah terjadi perang antara dua kampus yang menimbulkan kematian
dipihak mahasiswa Lucknow University dan luka-luka diantara dua belah pihak.
Fasilitas yang diberikan di Darul Ulum sangat
sederhana, makan hanya dua kali sehari dengan nasi yang sedikit, daging
sepotong kecil dengan kuah ala India, atau memilih roti satu lingkar sedang.
Makanan yang diterima hanya cukup untuk menahan diri tidak sakit atau sebagai
pengganjal perut agar tidak kelaparan.
Petugas pengantar makanan kerap tidak memakai
baju, menggunakan tangan untuk mengisi nasi kedalam rantang kaleng yang dibeli
sendiri. Saya sangat bersyukur karena masih mendapat fasilitas asrama yang
memadai dengan kamar mandi dan air berlimpah,
jadi tidak perlu menyewa rumah diluar. Fasilitas yang diperoleh semasa
di Syria seperti antara siang dan malam, namun demi pendidikan kita harus bisa
menyesuaikan diri dengan apa adanya, apalagi kita belajar diberi gratis.
“Memulai kehidupan di India kita banyak belajar cara hidup sederhana, ketawadukan, tidak seperti belajar di Arab pada umumnya terpengaruh dengan kemewahan yang ditawarkan, walaupun tingkat keilmuan tidak diragukan di perguruan-perguruan Arab”.
Melihat kecenderungan alumni Arab dewasa ini mengarah kepada materi dan kemewahan, melalui pengalaman saya seyogyanya mereka mengecap pendidikan di India, namun itupun di perguruan-perguruan yang mutlak bertradisi Islami seperti Nadwatul Ulama Lucknow,Daarul Ulum Deoband dan sejenisnya. Di perguruan Islam seperti Darul Ulum Nadwatul Ulama Lucknow terkenal dengan penguasaan Bahasa dan Sastra. Sedangkan di Darul Ulum Deoband cendrung kepada penguasaan dan hafalan-hafalan hadis, namun kedua-duanya sangat berjasa dalam mengabadikan ilmu-ilmu keislaman disemua bidang, dari kedua Institusi ini banyak melahirkan hafidz-hafidz Alquran masih dibawah umur sepuluh tahun, disamping itu banyak ulama-ulama kaliber Internasional yang bersal dari kedua perguruan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar