Rabu, 08 Januari 2025

LANJUTAN AUTOBIOGRAFI DAN LINTAS PERJALANAN HIDUP H. SALMAN ABDULLAH TANJUNG, MA

 DISIPLIN BELAJAR

W

aktu belajar diatur layaknya seperti militer, bangun pagi semua siswa harus sudah siap menuju mesjid 15 menit sebelum adzan, bagi yang terlambat satu kali akan dihukum mencuci lantai dapur dan ruangan makan selama tiga hari, jika terulang kedua kalinya akan diusir dari asrama, dan jika terulang ketiga kalinya akan berakhir dengan drop out (DO) total dari perguruan. Berkelahi tidak dibenarkan, apabila terjadi pemukulan maka dengan langsung dipecat tanpa ada banyak pertanyaan, dan itu berlaku bagi setiap pelajar, keturunan Arab atau pelajar luar negeri diperlakukan sama.

   Belajar dikelas dilaksanakan dari pukul 07.30 pagi, dan pulang 15 menit sebelum masuk waktu shalat zuhur. Setiap hari ada 6 les x 45 menit.

Jam makan siang diberlakukan setelah shalat zuhur berjamaah sampai jam dua siang, bagi yang terlambat tidak akan mendapat jatah makan siang.

Jam dua siang diwajibkan tidur atau istirahat sampai 30 menit sebelum masuk waktu azdan shalat ashar, kemudian menuju kelas dan shalat ashar berjamaah. Bagi yang terlambat akan dikenakan disiplin belajar seperti terdahulu tanpa kecuali. Setelah selesai shalat ashar langsung ke ruangan kelas, masing-masing difokuskan untuk menghafal pelajaran yang sudah diajarkan pagi sebelumnya. Waktu menghafal di kelas berakhir sebelum masuk waktu maghrib 15 minit.

Makan malam dilaksanakan antara maghrib dan Isya, sebab jarak antara maghrib dan isya shalatnya dilambatkan lebih kurangsetengah jam. Setelah shalat isya kembali ke kamar masing-masing atau masuk ruang belajar yang sudah disediakan, dan diwajibkan belajar bebas sampai jam 10 malam. Pada jam 10 malam seluruh lampu utama dimatikan dan diwajibkan tidur sampai menjelang subuh. Begitulah ketentuan belajar yang dilaksanakan pada setiap hari.

     Setiap pelajar yang memiliki dedikasi baik akan memperoleh perhatian khusus dari pihak perguruan, dua tahun belajar di ma’had tersebut kita diberi keistimewaan. Direktur ma’had memilih orang-orang tertentu untuk bertempat tinggal di satu rumah villa mewah lebih kurang 25 KM dari  kota Damascus di satu desa yang bernama Durusyah. Difasilitasi dengan mobil antar jemput, kolam renang dan kebun anggur. Fasilitas seperti ini hanya diberikan kepada pelajar yang berprestasi dan memiliki akhlak yang dianggap baik. Kami yang bertempat tinggal di kediaman ini sebanyak 18 orang terdiri dari orang Arab Jazair, Syria, Marocco, Thailand, Albania, Daghistan, Muritania dan hanya sendirian orang Indonesia


Dimusim panas (Juni – Agustus) adalah masa yang ditunggu-tunggu setiap orang, karena setiap musim panas akan libur selama tiga bulan, libur bukan berarti libur belajar, ma’had tetap menggelar belajar tambahan (daurah) yang pada dasarnya di sediakan untuk pendatang musiman untuk belajar dari negara-negara Asia Tengah selama musim panas, namun demikian tidak tertutup juga bagi pelajar yang sudah terdaftar dima’had tersebut untuk ikut ambil bagian dalam daurah. Semuanya di fasilitasi mulai dari buku-buku dikasih gratis, uang saku, makan minum dan tempat tinggal. Di musim panas kita diberi biaya untuk mengadakan tour atau jalan-jalan. Sekali sepekan ada rekreasi yang digelar oleh pihak yayasan dan berangkat beramai-ramai. Sebagian pelajar yang memiliki biaya ada yang memilih jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah di Syria atau ke negara terdekat seperti ke Yordania dan Turki.

Dimusim dingin juga tak kalah seru, ketika musim dingin jalan-jalan ke daerah pegunungan yang bersambung dengan bukit Golan, Syaram Syekh, Thur Saina. Tempat main salju yang terkenal di perbukitan Buludan, atau ke daerah danau-danau yang ada di selatan Syria.

Di musim dingin penuh dengan salju yaitu mulai dari bulan Januari sampai bulan Maret, bulan April-Mei musim bunga, tumbuhnya bunga-bungaan yang sangat indah disemua sudut.

Bulan Juni – Agustus musim panas, bulan September – Desember musim hujan atau semi. Di musim dingin pihak yayasan menyediakan (menyewa)hammam atau mandi air hangat dipemandian umum yang sangat luas dan bernuansa Islami. Tiga hari tersedia untuk kaum laki-laki dan tiga hari untuk kaum hawa, dalam pemandian wajib tutup aurat. Dalam pemandian tersedia kendi-kendi air yang dibuat dari batu alam asli, jumlahnya cukup banyak, mirip dengan peninggalan para khalifah-khalifah dan raja-raja sebelum masa Islam. Di dalam pemandian ada tiga kategori :

1.       Dua pipa, yang satu air panas mendidih dan pipa kedua air dingin, tinggal mencampur sesuai kebutuhan.

2.      Satu ruangan khusus pemandian uap mencapai 40 derajat celcius dapat menampung puluhan orang untuk mengeluarkan keringat yang terpendam didalam tubuh.

3.      Satu ruangan menampung satu orang saja, panasnya melebihi panas kategori nomor dua.

Mandi di hammam umum bersama kawan sekolah dimusim dingin sangat mengasyikkan, karena di musim dingin di bawah nol, seseorang terbiasa satu kali mandi dalam jangka tiga hari, sekali sepekan butuh mandi di hammam dan biasanya dilakukan berdua bersama teman, bergantian menggosok dan mengeluarkan daki dari tubuh kawannya. Tentu ini dilakukan pada tempat terbuka dan dibawah pantauan penjaga pemandian.

Musim dingin kita jarang melihat matahari dengan sempurna, ketika tidur di malam hari semua tubuh berada di dalam selimut tebal, sekecil apa pun ruang udara masuk kedalam selimut cukup kuat untuk membangunkan seseorang dari tidurnya.

Di dalam hammam tersedia mushalla. Setelah mandi berjam-jam kita di suguhi teh atau kopi Arab dengan kueh-kueh enak(halawiyat). Masa efektif belajar itu berada pada musim semi, musim dingin dan musim gugur ( Oktober, november, Desember, Januari, Februari, Maret, April dan sebagian Mei) dan libur sekolah bisa tiga sampai empat bulan.  

Menghadapi Ujian Semester

U

jian atau imtihan dilakukan dua tahap, sama dengan di Indonesia yaitu : Ujian tengah semester dan akhir semester. Ujian di negeri Arab tidak ada yang disebut dengan pilihan ganda, semuanya dalam bentuk essay test dan itu punhanya 5 soal. Setiap satu nomor soal membutuhkan jawaban satu sampai dua halaman kertas double folio. Menghadapi ujian harus sudah siap menjawab berlembar-lembar dalam waktu 90 menit dibawah pengawasan sangat ketat. Ujian seperti ini dilakukan karena dari hari pertama sampai hari terakhir sudah ditempah dengan hafalan dan latihan (tamrinat).

01 Agustus 1996  Ke Yordania (Amman)

Kembali Ke Syria Pada 6 Agustus 1996.

P

ada tanggal 31 Juli 1996 dengan tiba-tiba saya harus mengurus visa masuk ke Yordania, dengan maraton visa dalam satu hari dapat di peroleh. Tujuan ke Yordania menjemput saudara yang datang ke Syria melalui Kuala Lumpur dan Yordania untuk belajar. Saudara yang datang dan sudah sampai di Yordania, dia belum berpengalaman untuk bepergian sendirian, sesampainya di bandara Internasional Amman,  dia langsung mengambil taxi tanpa mengambil cap masuk ke Amman, kemudian  menuju perbatasan Yordania Syria tanpa visa. Sesampainya di perbatasan penjaga imigrasi tidak memberi izin masuk Syria. Dia dipaksa pulang ke bandara Amman. Anehnya Pihak imigrasi bandara Amman bisa luput mendeteksi seseorang yang masuk ke Amman tanpa memberi setempel masuk (entry).

Pada tanggal 01 Agustus 1996, sayapun menuju Yordania  pada pagi hari. Jarak antara Damascus dengan Amman hanya lebih kurang empat jam naik taxi. Sampai di Amman pada sore hari, dan langsung menuju KBRI. Saat itu KBRI baru pindah ketempat yang lebih besar dan dekat dengan sentral kota. Sampai di KBRI Amman pada malam hari dan langsung menemui piket jaga untuk  numpang tidur di kantor KBRI. Pagi-pagi setelah shalat subuh sayapun menuju bandara amman dengan harapan dapat bertemu dengan saudara saya. Sesampainya di bandara saya menuju mushalla bandara. Ternyata saudara tersebut sudah menunggu di salah satu tiang mushalla. Kami pun naik bus menuju sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Ibu kota Amman. Di sekretariat PPI Amman kami tinggal selama enam hari, Selama itu juga kita memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan di kota Amman sambil menikmati liburan musim panas.

06 Agustus dipagi hari kami berdua menuju perbatasan Yordania Syria. Pada siang hari kami sampai di imigrasi perbatasan Yordania. Di imigrasi Yordania saudara saya langsung dikenal pegawai imigrasi dan berkata : Ini kemarin sudah datang dan kami suruh pulang ke Malaysia karena tidak ada izin masuk. Saya pun mencoba bernegosiasi dengan mereka, saya bilang saya abang kandungnya, dan sekarang saya belajar di Syria, sambil menunujukkan kartu identitas, petugas imigrasi menghubungi petugas bandara dan menanyakan apa betul yang bernama Faisal dengan nomor paspor sekian-sekian masuk melalui bandara, kemudian saya di tanya : Apakah kamu datang bersama saudaramu? Saya jawab : Ya, pertanyaan itu berulang-ulang dan saya meyakinkannya. Petugas masih ragu-ragu memberikan izin keluar, kemudian kami dipanggil, dan kami di diperingatkan agar tidak melakukannya lagi, Alhamdulillah setelah hampir dua jam  pemilik taxi dan penumpang lainnyapun mulai marah dan minta tambah ongkos karena dia akan kehilangan trip. Pada akhirnya kamipun memperoleh exit primit.

Memasuki Imigrasi Syria, kesulitannya sama dengan sebelumnya, pihak imigrasi juga tidak memberikan izin masuk (entry visa). Saya meyakinkan mereka bahwa saya belajar di Damascus. Petugas imigrasi percaya dan menghadapkan saya dengan super visor. Setelah negosiasi kami dibolehkan masuk dengan syarat : Dalam satu bulan harus sudah terdaftar di salah satu perguruan resmi di Syria, Jika dalam satu bulan juga tidak terdaftar maka kami akan di jemput pulang oleh inteligen dan dipulangkan ke Indonesia.

    Sebulan setelah sampai, kedatangan kami tepat pada waktu untuk belajar, karena saat itu sudah mulai memasuki pendaftaran sekolah, saudara saya didaftarkan pada tempat saya belajar, dan ia pun langsung diterima sebagai siswa resmi, sehingga urusan izin tinggal dapat diselesaikan dengan mudah.

07  Maret 1997  Saudi Arabia,

22 Mei 1997 Kembali Ke Syria

 

P

ada tanggal 07 Maret 1997 saya di izinkan Allah SWT untuk melaksanakan Haji ke Baitullah sebagai petugas haji resmi, sebagai petugas tenaga musiman (TEMUS), petugas musiman itu harus melalui seleksi dari pihak kedutaan RI di Damascus, dengan beberapa kriteria :

1.       Harus pelajar resmi dan terdaftar sebagai siswa/mahasiswa di suatu perguruan.

2.      Harus ada izin berangkat kerja dari pihak sekolah.

3.      Harus memiliki sertifikat Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4).

4.      Tidak ada hubungan yang tidak baik dengan pihak kedutaan.

Pada saat itu dibutuhkan biaya keberangkatan lebih kurang 700 dollar USD atau setara Rp. 1.400.000,- saat itu, untuk mendapatkan itu semuanya di pinjam kepada salah seorang pegawai KBRI, dengan perjanjian akan dipulangkan setelah kembali dari haji.

Berangkat menuju Jeddah melalui jalan darat, naik bus Sabco dari kota Damascus menuju perbatasan Yordania, dari Yordania menuju wilayah perbatasan Arab Saudi mengikuti garis pantai laut merah menuju kota Madinah dan dari Madinah menuju Jeddah.

Perjalanan darat dari Damascus menuju Jeddah menghabiskan selama dua hari satu malam. Dalam perjalanan sangat banyak memberikan rasa haru apalagi ketika berada ditengah-tengah gurun pasir. Perkampungan sangat jarang ditemukan. Sejauh mata memandang tanah hanya diselimuti bebatuan dan padang pasir. Deretan bukit-bukit dan pegunungan nampak jauh menatap dengan syahdu mengiringi garis-garis putih aspal, hutan batu dan fayafi seolah ikut menjadi saksi. Seolah mengingatkan kita kepada kafilah-kafilah pedagang Arab yang datang kenegeri Syam. Mengingatkan seseorang kepada perjuangan para Nabi dan sahabat untuk memperjuangkan tauhid dan kebenaran agama yang mereka anut.

Seampainya di kota Jeddah, jejak leluhur kita Adam dan Hawwa Alaihima Assalam, pada hari itu kita melaporkan diri ke KONJEN RI di kota Jeddah, sekaligus untuk menerima kartu petugas musiman resmi dari pihak Konsulat. Saya di tugaskan di Bandara Haji King Abdul Aziz Jeddah (sektor I Jeddah). Tugas yang diemban adalah untuk membantu memberi petunjuk (Mursyid Haji) dan arahan kepada jamaah yang datang dari tanah air.

Waktu bekerja disektor bandara Internasional Jeddah dibagi dua sip: Jam kerja malam dan jam kerja siang. Masa waktu senggang dimanfaatkan untuk melaksanakan umrah atau ziarah ke Makkah.

Bekerja sebagai musiman dikota Jeddah dan tempat-tempat masy’aril haram sungguh menyenangkan, karena bekerja sebagai TEMUS hasilnya jelas dan halal, namun ada imej negatif bangsa Indonesia, dikarenakan  banyaknya pekerja wanita Indonesia di negeri Arab (TKW), dari satu sisi negeri Indonesia sangat dibanggakan oleh orang Arab karena penduduknya mayoritas muslim, namun dari sisi lain sangat direndahkan, yang mana wanita seyogyanya tinggal dirumah bersama anak-anaknya, dan yang bekerja seharusnya  laki-laki.

Kesan negatif lain banyaknya pekerja liar pada musim haji, baik dari kalangan mukimin yang sudah lama tinggal di Arab Saudi atau segelintir orang yang mengatas namakan dirinya sebagai mahasiswa yang sedang mencari pekerjaan untuk dapat bertahan hidup, atau untuk melanjutkan kuliah. Sebagian ada yang bekerja menjadi pengumpul dam atau pencari badal haji, tidak jarang oknum yang berani menipu atau membodoh-bodohi jamaah. Kesan buruk itu menjadi bayangan yang tidak bisa diterima akal, apalagi dilakukan ditempat suci seperti Makkah dan Madinah. Seperti kata kiasan : “Abu Jahal pun berasal dari Makkah”, sekarang kiasannya : “Abu Jahal datang ke Makkah dari negeri lain”.

Orang yang pernah berjalan dipinggiran lapangan Mina ketika bermalam di Mina atau sekedar duduk-duduk di tepi Mina, akan menyaksikan keadaan oknum-oknum mukmin terutama para wanita tak obahnya seperti orang yang jualan dipajak ikan di Indonesia, tidak menutup aurat sebagaimana layaknya, bercanda gurau dengan laki-laki bukan mahrom. Keadaan itu sangat mengejutkan dan terkesan mengada-ada bagi orang yang tidak melihat kejadian-kejadian yang ada di pinggiran Mina ketika musim haji. Kurang lebih tiga bulan tinggal di Saudi Arabia, pada tanggal 22 Mei 1997 Kembali ke Syria, seperti waktu berangkat menuju Arab Saudi melalui jalan darat, demikian juga pada waktu kembalinya ke Syria. Dan menetap kembali di Syria sampai tanggal 10 Agustus 1997.

10 Agustus 1997 Syria – India 24 September 1997. 

P

ada tanggal 10 Agustus 1997 saya berangkat menuju India, yang dituju kota Lucknow ibu kota negara bagian Uttar Paradesh (sebelah utara India). Untuk mendapatkan visa student di kedutaan India di Damascus bukanlah urusan mudah apabila tidak ada surat panggilan dari salah satu institusi resmi di India. Oleh sebab itu saya beranikan mengambil visa tourist selama satu bulan dan tidak dapat ditambah sama sekali.

Pada tanggal 10 Agustus 1997 sampai di bandara New Delhi, dan langsung menuju Kedutaan besar RI untuk mendaftarkan diri sebagai pendatang warga negara baru Indoneia di New Delhi India, sekaligus mencari informasi kedudukan sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) India di New Delhi sebagai tempat persinggahan, dan untuk mencari informasi tentang studi di Nadwat Ulama Darul Uluum Lucknow.

Sewaktu sampai di India tepat musim panas, suhu udara rata-rata mencapai 40-42 derajat celsius, sehingga di pagi subuhpun terasa panas. Beberapa hari di New Delhi perjalanan dilanjutkan menuju Lucknow naik trem (Kereta api) jarak tempuh lebih kurang  delapan jam.

Sampai di Lucknow pagi hari kira-kira jam empat dinihari, dari stasiun naik becak dayung (riksyaw) menuju Nadwat Ulama Darul Uluum.  Keadaan penduduk di India sangat sederhana, nampak dari imprastruktur yang belum memadai, begitu juga dengan angkutan, cara berpakaian dan kotoran manusia banyak mengganggu pemandangan di pinggir-pinggir jalan utama di perkotaan apalagi di pedesaan.

Setelah sampai di kampus Darul Ulum, nampak sangat berbeda dengan bangunan-bangunan yang ada diluar, bersih dan tertata rapi, seperti satu negara dalam negara. Darul Ulum Nadwatul Ulama berdampingan dengan Universitas Negeri Lucknow hanya dibatasi tembok setinggi dua meter. Diketahui bahwa India berpenduduk mayoritas beragama Hindu, oleh karena itu sering terjadi bentrok antara mahasiswa Darul Ulum dengan mahasiswa pundamentalis Universitas Lucknow. Mereka sering naik bangunan melontarkan cacian-cacian dan tidak jarang mencaci Rasulullah SAW. Cerita orang lama di Darul Ulum pernah terjadi perang antara dua kampus yang menimbulkan kematian dipihak mahasiswa Lucknow University dan luka-luka diantara dua belah pihak.

     Karena belum ada visa pelajar, saya mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di Fakultas Syariah Ushuluddin mengambil  konsentrasi Bahasa Arab Dan Sastra, saya diterima dengan catatan apabila habis visa harus pulang ke Indonesia dengan membawa surat pengantar dari Darul Ulum untuk digunakan mengambil visa di Konsulat India di Medan.

Fasilitas yang diberikan di Darul Ulum sangat sederhana, makan hanya dua kali sehari dengan nasi yang sedikit, daging sepotong kecil dengan kuah ala India, atau memilih roti satu lingkar sedang. Makanan yang diterima hanya cukup untuk menahan diri tidak sakit atau sebagai pengganjal perut agar tidak kelaparan.

Petugas pengantar makanan kerap tidak memakai baju, menggunakan tangan untuk mengisi nasi kedalam rantang kaleng yang dibeli sendiri. Saya sangat bersyukur karena masih mendapat fasilitas asrama yang memadai dengan kamar mandi dan air berlimpah,  jadi tidak perlu menyewa rumah diluar. Fasilitas yang diperoleh semasa di Syria seperti antara siang dan malam, namun demi pendidikan kita harus bisa menyesuaikan diri dengan apa adanya, apalagi kita belajar diberi gratis.

“Memulai kehidupan di India kita banyak belajar cara hidup sederhana, ketawadukan, tidak seperti belajar di Arab pada umumnya terpengaruh dengan kemewahan yang ditawarkan, walaupun tingkat keilmuan tidak diragukan di perguruan-perguruan  Arab”.

Melihat kecenderungan alumni Arab dewasa ini mengarah kepada materi dan kemewahan, melalui pengalaman saya seyogyanya mereka mengecap pendidikan di India, namun itupun di perguruan-perguruan yang mutlak bertradisi Islami seperti Nadwatul Ulama Lucknow,Daarul Ulum Deoband dan sejenisnya. Di perguruan Islam seperti Darul Ulum Nadwatul Ulama Lucknow terkenal dengan penguasaan Bahasa dan Sastra. Sedangkan di Darul Ulum Deoband cendrung kepada penguasaan dan hafalan-hafalan hadis, namun kedua-duanya sangat berjasa dalam mengabadikan ilmu-ilmu keislaman disemua bidang, dari kedua Institusi ini banyak melahirkan hafidz-hafidz Alquran masih dibawah umur sepuluh tahun, disamping itu banyak ulama-ulama kaliber Internasional yang bersal dari kedua perguruan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar