MEMBANGUN AKHLAK KARIMAH
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kab. Asahan)
Sambungan
Edisi Ketiga (Jum’at, 23 Januari 2015)
Pada
ucapan mutiara lainnya disebutkan :
اَلتَّوَاضُعُ مَصَايِدِ
الشَّرَفِ"."مَنْ دَامَ تَوَاضُعُهُ كَثُرَ صَدِيْقَهُ
“Sifat
tawaduk adalah pemancing kedudukan mulia, barangsiapa yang senantiasa tawaduk
akan banyak teman dekatnya”.
Berkata Fadhol Bin Sahal:
مَنْ كَانَتْ وِلَايَتُهُ فَوْقَ
قَدْرِهِ تَكَبَّرَ لَهَا، وَمَنْ كَانَتْ وِلَايَتُهُ دُوْنَ قَدْرِهِ تَوَاضَعَ
لَهَا. اَلنَّاسُ فِيْ الْوِلَايَةِ رَجُلَانِ، رَجُلٌ يُجِلُّ الْعَمَلَ
بِفَضْلِهِ وَمُرُوْءَتِهِ، وَرَجُلٌ يُجِلُّ بِالْعَمَلِ لِنَقْصِهِ
وَدَنَاءَتِهِ، فَمَنْ جَلَّ عَنْ عَمَلِهِ، ازْدَادَ بِهِ تَوَاضُعًا وَبِشْراً،
وَمَنْ جَلَّ بِعَمَلِهِ لَبِسَ بِهِ تَجَبُّرًا وَتَكَبُّرًا.
“Barangsiapa
jabatannya diatas kadar kemampuannya, dia akan menjadi sombong, dan barang
siapa jabatannya dibawah kemampuannya, maka ia akan rendah diri. Manusia dalam
jabatan ada dua golongan, Pertama; Seorang yang di hormati karena pekerjaan dan
harga dirinya. Kedua; seorang yang menjadi hina karena kerendahan dan keburukan
pekerjaannya. Barangsiapa yang terhormat karena etos kerjanya, dia akan
bertambah tawaduk dan lebih gembira, dan barangsiapa yang merasa terhormat
karena mengandalkan jabatannya, maka ia akan memakai pakaian semena-mena dan
takabbur”.1
3. Sifat
Lemah Lembut dan Lambat Marah
Diriwayatkan
dalam hadis bersumber dari Muhammad Bin Haris al-Hilali : “Suatu hari Jibril AS
turun menjumpai Nabi SAW, dan Ia berkata : Hai Muhammad sesungguhnya aku datang
kepadamu membawa berita tentang akhlak mulia di dunia dan akhirat : Berilah
kemaafan dan serulah kepada yang ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang bodoh”.
Telah meriwayatkan Sufyan bin ‘Uyaynah: Sesungguhnya Nabi SAW ketika turun ayat
: “Jadilah
engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh” (QS. al-A’raf : 199). Bertanya Nabi SAW : “Ya
jibril, apakah ini? Jibril menjawab aku tidak tau, saya tanya dulu Yang Maha
Mengetahui, kemudian kembali Jibril AS dan berkata : Ya Muhammad sesungguhnya
Tuhan-mu memerintahkan-mu untuk menyambung silaturrahim dengan orang yang
memutuskan dengan-mu, dan beri orang yang tidak mau memberi-mu, dan engkau
maafkan orang yang menzalimi-mu”. Dan
diriwayatkan dalam satu hadis : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
lemah-lembut lagi hidup, dan Dia membenci orang yang berlaku kasar dan bengis”.
“Barangsiapa siapa yang berperawakan lemah-lembut akan memimpin, dan
barangsiapa yang berusaha menambah pemahaman (ilmu) akan bertambah berkat”.
Berkata sebagian ahli sastra : “Barangsiapa yang menanam pokok
kelemah-lembutan, dia akan memanen pokok perdamaian”.
Sepuluh
Motivasi Menjadi Berperawakan Lemah-Lembut
1. Menunjukkan kasih sayang kepada orang jahil,
2. Mengabaikan tindakan orang lain walaupun
sanggup untuk membalas,
3. Menghindar dari sebab-sebab amarah,
4. Menganggap remeh terhadap pelaku keburukan,
5. Merasa malu untuk menjawab atau mengomentari
prilaku buruk,
6. Memberikan penghargaan kepada tukang caci,
7. Menahan diri untuk tidak melawannya dengan
cacian,
8. Merasa khawatir atau waspada terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan akibat merespon kejahatan orang lain.
9. Memberikan penghargaan kepada orang yang
sudah pernah berjasa dan
10. Selalu berlaku tenang, jeli melihat situasi dan
tidak terpancing untuk menjawab amarah orang lain, pepatah mengatakan :
“Marahnya orang bodoh pada ucapannya dan marahnya orang pintar pada
perbuatannya”. “Bila engkau diam dihadapan orang jahil, engkau telah memberikan
jawaban luas kepadanya”.2
4.
Jujur dan Menghindari Berbohong
Telah meriwayatkan Shofwan bin Salim :
قيل للنبي صلى الله عليه وسلم: أيكون المؤمن جبانا؟ قال:
نعم، قيل أيكون بخيلا ؟ قال: نعم، أفيكون
كذابا؟ قال: لا
“Ditanya Rasulullah saw, apakah
seorang mukmin itu penakut, di jawab Nabi : ya, dan apakah mungkin dia pelit?
Di jawab: ya, dan apakah seorang mukmin itu mungkin pembohong? Di jawa: tidak”.
Diriwayatkan dalam suatu hadis : “Telitilah
kejujuran walaupun kamu melihatnya disitu ada bahaya, maka sesungguhnya disitu
ada keselamatan, dan jauhi kamulah kebohongan walaupun kamu melihat disitu ada
keselamatan, sesungguhnya disitu ada keburukan”.
- Kecerdasan akal,
- Karena agama yang di perpegangi,
- Karena harga diri,
- Karena kebenaran
- Karena menjaga wibawa dan tidak ingin disalahkan.
- Karena kebenaran
- Karena menjaga wibawa dan tidak ingin disalahkan.
b.
Motivasi untuk berlaku bohong:
- Karena ingin meraut keuntungan besar,
- Karena ingin terhindar dari bahaya,
- Agar ucapannya manis didengar dan ingin dipercaya,
- Untuk mengalahkan lawan-lawannya, dan
- Bohong sudah menjadi kebiasaan yang tidak dapat
diubahnya.
F.
CIRI-CIRI PEMBOHONG
1. Mudah menerima arahan dan tidak pandai
mengidentifikasi mana yang harus dilakukan atau yang harus diabaikan dari
perintah itu,
2. Pendapatnya mudah diragu-ragukan sehingga tidak
yakin terhadap pendiriannya,
3. Pendapatnya selalu tidak beralasan,
4. Selalu nampak penakut,
5. Mudah melupakan kebohongan yang sudah pernah
dilakukannya.3
Ciri-ciri pendengki :
- Sepontan marah jika disebutkan orang yang dianggap
menyaingi,
- Selalu melihat kelebihan orang lain sebagai
tandingan,
- Enggan mengakui kelebihan orang lain.
Cara menjauhi sifat dengki :
- Mengikuti ajaran
agama yang diperpeganginya,
- Selalu menggunakan akal sehat dan memikirkan
akibat buruk dari dengki,
- Menghindari perasaan bahwa ada orang lain yang
mendengkihinya,
- Merasa bahwa kita tetap butuh kepadanya dan
kepada semua orang, dan
- Semua yang dimilikinya dan yang dimiliki orang
lain tidak terlepas dari taqdir yang diterima seseorang.
Akibat dari sifat dengki :
- Tukang pendengki
selalu merasa sial dalam hidupnya dan badannya akan merasa tersiksa,
1 Imam
Abil Hasan Ali Bin Muhammad Bin Habib al-Bashri al Mawardiy, Adab al-Din wa
Al-Dunya, Daar al-Fikr, Bairut, 1415 H / 1995 M, h. 172.
2 Ibid., h. 183-191.
3 Ibid., h. 191-197
Sifat dengki akan
menjatuhkan harga diri dan hilangnya wibawa, sebab pendengki tak dapat
dijadikan ikutan, banyak orang yang akan membencinya, tidak ada yang
menyukainya dan banyak musuh, termasuk seburuk-buruk manusia,
- Allah memurkainya, sehingga amalannya sarna
dengan sifat dengkinya.4
G.
KESIMPULAN
Akhlak mulia adalah mutiara indah didalam diri
seseorang, jika hilang akhlak mulianya maka telah hilanglah perhiasan dirinya.
Manusia memiliki dua sifat yaitu sifat samawi (fositif)
dan ardiyyah (negatif). Untuk menetralisir dua sifat tersebut dalam diri
manusia pertama-tama Allah wajibkan atas manusia untuk mentauhidkan dan
mengesakan Allah, agar manusia tetap berada pada koridor yang sesuai dengan
sifatnya. Tidak sombong atau angkuh sehingga merampas sifat Tuhan, dan juga
tidak bertindak hina sehingga merendahkan dirinya lebih rendah dari binatang
yang bersifatkan ardhiyyah.
Kedua: Allah wajibkan kepada kita ibadah seperti
shalat, puasa, berzakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya untuk melatih diri,
agar kita termotivasi untuk memilih yang positif, dan pilihan selalu jatuh
kepada yang benar, dan dapat mengkerdilkan sifat-sifat negatif yang ada pada
diri kita sehingga keinginan lemah untuk memilih yang buruk. Untuk menjadi
manusia yang kreatif, inovativ dan berkualitas, dapat dilihat sejauh mana
seseorang dapat mengusahakan dan memaksimalkan potensi-potensi dirinya yang
sudah tercipta pada dirinya dari semula jadinya. Kemudian bagaimana dia dapat
menggunakan akal pikirannya untuk memperoleh kebenaran dan meminimalisasi
keinginan hayawaniyahnya melaulu pintu-pintu rahmat Allah, yakni melalaui
ibadah kepada-Nya. Semua yang bergerak menuju kebahagian hakiki harus melalui
rahmat Allah Swt. Sebagaimana dalam makna hadis yang diriwayatkan Tirmidziy: “Kalian
tidak akan masuk sorga dengan sebab amal kamu, disahut sahabat: Apakah Engkau
juga ya Rasulallah? Di jawab Nabi SAW: Demikian juga saya, kecuali Allah
limpahkan kepadaku Rahmat-Nya”. Demikian juga Rasulullah saw telah
menjanjikan tempat yang tinggi bagi orang-orang yang berakhlak mulia,
sebagaimana dalam sabdanya: “Sesungguhnya orang yang paling dekat tempat
duduknya dengan saya pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya, yang
mudah dipergauli dan bersikap lemah lembut dan mudah berteman dengannya”.
Pintu rahmat Allah terbuka melalui pengkuatan akidah
tauhid secara mendasar, melalui ibadah-ibadah fardu dengan mengamalkan
rukun-rukun Islam yang lima. Dan untuk memperoleh nilai plus dan derajat
melalui amalan-amalan sunnah atau nawafil yang tidak diwajibkan.
- - - Selesai - - -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar