Minggu, 27 September 2015

Batas - Batas Bercanda Gurau

BATAS-BATAS BERCANDA GURAU
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA


B
ercanda gurau dapat menghilangkan hak, dapat mengakibatkan pemutusan silaturrahim, dapat menghilangkan wibawa dan menyakiti orang yang dicandai.

Biasanya tukang bercanda, terbiasa dengan ucapan kasar dan selalu bertindak bodoh. Dia sedih jika tidak bergurau dalam satu hari, tapi jika kita berhadapan dengannya, dia jauh dari adab dan sopan santun. Oleh karena itu, sepatutnya bagi orang berakal menghindarinya dan menjauhi dari kerendahan wibawanya.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis :
اَلْمِزَاحُ اسْتِدْرَاجٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ، وَاخْتِدَاعٌ مِّنَ الْـهَوَى
Artinya : “Bercanda itu daya tarik bagi syetan, dan tipu daya dari hawa  dan keinginan”. Berkata Umar bin Abdul Aziz Rodhiyallahu Anhu:
اِتَّقُوْا الْمِزَاحَ، فَإِنَّ حُمْقَهُ تُوْرِثُ ضَغِيْنَةً
Artinya : “Waspadalah terhadap canda gurau, karena kebodohannya akan membawa permusuhan”. Berkata ahli hikmah:
إِنّـَمَا الْمِزَاحُ سِبَابٌ، اِلَّا أَنَّ صَاحِبَهُ يَضْحَكُ، وَقِيْلَ: إِنّـَمَا سُمِّيَ الْمِزَاحُ مِزَاحًا لِأَنَّهُ يَزِيْحُ عَنِ الْـحَقِّ
Artinya : “Sesungguhnya bercanda itu sebuah cacian, hanya saja pelaku canda itu sedang tertawa, dan dikatakan: dinamakan bercanda itu dengan bercanda, karena ia dapat menjauhkan seseorang dari yang haq”.
Dan berkata Imam Ibrahim Annakhoi’i :
اَلْمِزَاحُ مِنْ سَخَفٍ أَوْ بَطَرٍ
Artinya : “Bercanda itu bahagian dari kebodohan atau dari kesombongan”. Berkata ahli hikmah:


اَلْمِزَاحُ يَأْكُلُ الْـهَيْبَةَ، كَمَا تَأْكُلً النَّارُ الْـحَطَبَ
Artinya : “Bercanda itu memakan wibawa, sebagaimana api memakan kayu bakar”. Berkata sebagian hukama :
مَنْ كَثُرَ مِزَاحُهُ زَالَتْ هَيْبَتُهُ، وَمَنْ كَثُرَ خِلَافُهُ طَابَتْ غَيْبَتُهُ
Artinya : “Barang siapa yang banyak bercanda, akan hilang wibawanya, dan barang siapa yang banyak meninggalkan kebaikan akan dikenang ketika wafatnya”. Kemudian berkata ahli sastra :
مَنْ قَلَّ عَقْلُهُ، كَثُرَ هَزْلُهُ
Artinya : “Barang siapa yang kurang akalnya, maka banyaklah ketidak seriusannya”.

Khalid Bin Shofwan mengidentikkan canda gurau itu dengan : “Terkadang canda gurau itu dapat menutupi wibawanya melebihi kerasnya batu padas, dan terasa pilu lebih pedas daripada merica, dan terasa ditumpahi air panas lebih panas dari pada pukulan palu”.

Walaupun kebanyakan bercanda gurau itu lebih banyak negatifnya, dibalik itu masih ada positifnya. Manfaat dari bercanda itu tidak lebih dari dua manfaat yaitu :
1.      Untuk menghibur dan berlemah lembut dengan orang lain. Ini bisa dikatakan bermanfaat, jika perkataan itu baik. Sebagaimana Imam Said bin al-Ash berkata : “Sedang-sedanglah dalam candamu, karena berlebihan dalam bercanda dapat menghilang-kan wibawa, dan akan lebih berani orang bodoh untuk memain-mainkanmu, dan sesungguhnya ber-lebihan dalam bercanda akan menjauhkan orang yang menyukaimu dan akan segan orang berteman denganmu”.

2.      Tujuan bercanda salah satunya untuk mengurangi rasa bosan, dan untuk membangkitkan semangat, jika itu dilakukan tidak berlebihan dan dilakukan pada yang haq.

Rasulullah terkadang mau bercanda, tapi candanya pada hal-hal yang benar, sebagaiman disebutkan dalam hadis :
إِنِّيْ لَأَمْزَحُ وَلَا اَقُوْلُ إِلَّا حَقًّا
Artinya : “Sesungguhnya saya suka bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar”.

Dalam satu riwayat, seorang perempuan tua bangka dari keturunan Anshor datang kepada Nabi Muhammad saw, lalu ia berkata : “Hai Rasulullah saw! Do’akanlah saya agar memperoleh keampunan”, Rasulullah saw menjawab : “Apakah engkau tidak mengetahui bahwasanya perempuan tua bangka tidak masuk sorga?”, lalu perempuan itu menjerit, kemudian Rasulullah saw tersenyum dan berkata : “Apakah engkau belum membaca firman Allah Azza Wa Jalla :

!$¯RÎ) £`ßg»tRù't±Sr& [ä!$t±SÎ) ÇÌÎÈ   £`ßg»oYù=yèpgmú #·%s3ö/r& ÇÌÏÈ   $¹/ããã $\/#tø?r& ÇÌÐÈ
Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Q.S. Al-Waqia’h: 35-37).

Pada suatu hari seorang wanita datang menghadap Rasulullah, lalu bertanya Rasulullah : “Siapa suamimu?” Di jawab wanita itu : “Si Folan”. Kemudian Rasulullah berkata : “Laki-laki yang ada warna putih pada matanya?”. Tak lama kemudian menjawab : “Bukan itu”, Rasulullah berkata : “Bahkan itu”.

Lalu wanita tersebut bergegas lari mencari suaminya dalam keadaan bingung sambil memikirkan warna putih mata suaminya, sesampainya dihadapan suaminya, suaminyapun langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu?” Si istri menjawab : “Kata Rasulullah didalam matamu ada warna putih”, di jawab sang suami: “Tidakkah engkau melihat pada mataku warna putihnya lebih banyak dibandingkan warna hitamnya?”.

Dalam satu kisah, seorang laki-laki datang kepada Ali Karromallahu Wajhah berkata : “Saya benar-benar tadi malam bermimpi dengan ibuku, (apakah hukuman bagiku)?” Di jawab oleh Ali Karromallahu Wajhah : “Dirikan kamu ia dibawah terik matahari, lalu kamu pukulilah bayangannya sebagai hukumannya!”.

Imam Sya’bi pernah ditanya tentang memakan daging syetan, lalu sang Imam balik bertanya : “Siapakah istri Iblis yang terlaknat itu? Itulah pernikahan yang tidak kita saksikan”.

Jauhilah dusta dalam bercanda sebab ini akan meluputkan kalian dari suatu fadhilah dan balasan yang agung disisi Allah pada hari kemudian. Rasulullah saw bersabda : “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir sorga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah sorga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas sorga bagi orang yang akhlaknya bagus”. HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]

Belakangan ini semakin banyak kita melihat canda gurau yang dibuat-buat, bertujuan untuk menghibur orang lain. Namun kebanyakannya sudah banyak yang lari dari kebenaran sunnah Nabi dalam bercanda gurau. Sehingga khalayak ramai mementingkan ceramah yang didominasi lawak lebih di sukai dibandingkan ceramah ilmiyah, yang pada gilirannya agama menjadi olok-olokan di lisan para penceramah. Padahal praktek seperti itu sangat tidak terhormat dan cenderung melemahkan eksistensi para da’i.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar