BELAJAR
MENGENALI ALLAH DARI COBAAN
Oleh H. Salman Abdullah Tanjung, MA
M
|
enjadi seorang
mukmin, tidak dapat dimungkiri jika kita ingin mempercayai seseorang, maka
pertama-tama yang kita perlu ketahui adalah nama, sifat dan kedudukannya. Untuk
manusia cukup satu atau dua nama dan sifat, sudah menjadi modal dasar bagi kita
untuk mempercayainya. Sedangkan untuk mengetahui kedudukan Tuhan kita tidak
cukup mengenali satu nama-Nya atau satu sifat-Nya saja, Allah swt memiliki
nama-nama yang sangat agung dan indah dan pada setiap nama sudah memberi arti
sifat yang agung dan indah juga, sangat berbeda dengan nama manusia, namanya
tidak ada yang memberi makna atau sifat yang agung.
Dengan menyebut nama Allah kita diberi pahala, sedangkan menyebut nama
orang lain belum tentu kita memperoleh pahala, bahkan bila disebut-sebut kita
dapat dosa.
Salah satu keutamaan mengenal Allah Ta’ala, bila kita berada dalam satu
kesulitan seperti sedang ditimpa musibah, bencana atau penyakit, disaat-saat
kesulitan kita akan dapat mengetahui apakah kita termasuk dalam bilangan
hamba-Nya yang kenal kepada-Nya.
Dalam konsep kehidupan : “Banyak berkenalan dengan orang lain engkau
akan dikenal dibumi”, sementara kepada Allah : “Banyak-banyaklah engkau
mengenal Allah Ta’ala, maka engkau akan dikenal dilangit dan dibumi”. Mengenali
Allah Ta’ala bukan berarti mengenali tuhan-tuhan, akan tetapi mengenali
nama-nama Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
Pertanda orang yang dikenal Allah Ta’ala adalah dia berupaya mengenali
Allah diwaktu senang dan mengingat Allah diwaktu senggang. Sebagaimana dalam
sabda Nabi Muhammad saw :
تَعَرَّفْ
اِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
Artinya : “Kenallah kepada Allah diwaktu senang, Dia akan mengenalimu
diwaktu sulit”. (HR. Tirmidzi)
إِذَا فَتَحَ َلَك وِجْهَةً مِّنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ
قَلَّ عَمَلُكَ، فَإِنَّهُ مَافَتَحَهَا عَلَيْكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ
يَّتَعَرَّفَ إِلَيْكَ
Artinya : “Apabila Allah telah membuka arah ma’rifah bagimu kepada
Allah, maka janganlah engkau risaukan keadaanmu saat itu, walaupun saat itu
amalmu masih sedikit, karena sesungguhnya Dia tidak membukakan jalan itu bagimu
melainkan Dia berkehendak untuk mengenalimu”.[1]
Berkata Syeikh al-Bazidi Rahimahullah Ta’ala : Cara pengenalan Allah
dengan seorang hamba, maka Dia membuka cobaan baginya dan cobaan itu ada tiga
kategori, yaitu :
اَلتَّعْرِيْفَاتُ الْـجَلَالِيَّةُ عَلَى
ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ:قِسْمٌ عُقُوْبَةٌ وَّطَرْدٌ وَقِسْمٌ تَأْدِيْبٌ وَّتَنْبِيْهٌ
وَّقِسْمٌ زِيَادَةٌ وَّتَرَقٍّ
Artinya : “Pengenalan kepada keagungan Allah melalui cobaan itu
terbagi kepada tiga macam: Pertama; Cobaan itu dalam bentuk siksaan dan la’nat,
kedua; Cobaan itu memberi pelajaran agar lebih beradap dan peringat. Ketiga;
Cobaan itu bertujuan untuk menunjukkan pemberian lebih dan mengangkat derajat”.
Cobaan berupa siksaan atau la’nat, ditujukan kepada orang yang tidak
baik i’tikadnya kepada Allah seperti mensekutukan Allah, putus asa, kurang rasa
roja’ terhadap rahmat Allah, tidak percaya kepada kehendak dan taqdir Allah
Ta’ala dan lain-lain, dia dicoba agar mengkoreksi akidah tauhidnya kepada Allah
Ta’ala.
Adapaun cobaan berupa pelajaran dicobakan kepada orang yang kurang
beradap kepada Allah, akidah tauhidnya benar, akan tetapi kurang sopan kepada
Allah dengan melakukan dosa, dalam hal ini dia dituntut agar kembali kejalan
yang benar dengan bertaubat nashuha kepada Allah swt, dan menggantinya dengan
amalan shaleh.
Sedangkan cobaan untuk menambahi keberkahan dan meninggikan derajat,
ditujukan kepada orang yang i’tikadnya kepada Allah Ta’ala benar dan ketaatan
atau ketaqwaannya terjamin kepada Allah namun Allah mencobanya agar ia lebih
dekat dan semakin tinggi derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana disebut
dalam kata-kata hikmah :
بِقَدْرِ اْلِإمْتِحَانِ يَكُوْنُ الْإِمْتِكَانِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ:
اِخْتِبَارُ اْلبَاقِيْ يَقْطَعُ التَّبَاقِيْ،ِإذْ بِقَدْرِ مَا يَعْظُمُ
الصِّدْقِ يَعْظُمُ التَّعَرُّفُ
Artinya : “Dengan ukuran cobaan akan ada keteguhan, dan berkata
sebagian : Mengalami satu cobaan akan dapat melewati cobaan yang lainnya.
Sebagian berkata : Dengan besarnya ukuran keyakinan akan tambah besar cobaan
yang akan dialami”.
Kesimpulan
Seorang kafir yang dicoba dengan bala merupakan siksa dari Allah, cobaan
bagi seorang yang berdosa pelajaran dan cobaan bagi orang sholeh sebagai bentuk
peningkatan kualitas diri. Seorang mukmin yang dicoba tidak boleh menganggap
cobaan itu sebagai siksaan atas dirinya, karena mengkonotasikannya kepada yang
buruk merupakan prasangka buruk kepada Allah yang dilarang dalam ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar