Minggu, 27 September 2015

Belajar Mengenal Allah dari Cobaan

BELAJAR MENGENALI ALLAH DARI COBAAN
Oleh H. Salman Abdullah Tanjung, MA


M
enjadi seorang mukmin, tidak dapat dimungkiri jika kita ingin mempercayai seseorang, maka pertama-tama yang kita perlu ketahui adalah nama, sifat dan kedudukannya. Untuk manusia cukup satu atau dua nama dan sifat, sudah menjadi modal dasar bagi kita untuk mempercayainya. Sedangkan untuk mengetahui kedudukan Tuhan kita tidak cukup mengenali satu nama-Nya atau satu sifat-Nya saja, Allah swt memiliki nama-nama yang sangat agung dan indah dan pada setiap nama sudah memberi arti sifat yang agung dan indah juga, sangat berbeda dengan nama manusia, namanya tidak ada yang memberi makna atau sifat yang agung.

Dengan menyebut nama Allah kita diberi pahala, sedangkan menyebut nama orang lain belum tentu kita memperoleh pahala, bahkan bila disebut-sebut kita dapat dosa.

Salah satu keutamaan mengenal Allah Ta’ala, bila kita berada dalam satu kesulitan seperti sedang ditimpa musibah, bencana atau penyakit, disaat-saat kesulitan kita akan dapat mengetahui apakah kita termasuk dalam bilangan hamba-Nya yang kenal kepada-Nya.



Dalam konsep kehidupan : “Banyak berkenalan dengan orang lain engkau akan dikenal dibumi”, sementara kepada Allah : “Banyak-banyaklah engkau mengenal Allah Ta’ala, maka engkau akan dikenal dilangit dan dibumi”. Mengenali Allah Ta’ala bukan berarti mengenali tuhan-tuhan, akan tetapi mengenali nama-nama Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
Pertanda orang yang dikenal Allah Ta’ala adalah dia berupaya mengenali Allah diwaktu senang dan mengingat Allah diwaktu senggang. Sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad saw :
تَعَرَّفْ اِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
Artinya : “Kenallah kepada Allah diwaktu senang, Dia akan mengenalimu diwaktu sulit”. (HR. Tirmidzi)
إِذَا فَتَحَ َلَك وِجْهَةً مِّنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ، فَإِنَّهُ مَافَتَحَهَا عَلَيْكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَّتَعَرَّفَ إِلَيْكَ
Artinya : “Apabila Allah telah membuka arah ma’rifah bagimu kepada Allah, maka janganlah engkau risaukan keadaanmu saat itu, walaupun saat itu amalmu masih sedikit, karena sesungguhnya Dia tidak membukakan jalan itu bagimu melainkan Dia berkehendak untuk mengenalimu”.[1]

Berkata Syeikh al-Bazidi Rahimahullah Ta’ala : Cara pengenalan Allah dengan seorang hamba, maka Dia membuka cobaan baginya dan cobaan itu ada tiga kategori, yaitu :
اَلتَّعْرِيْفَاتُ الْـجَلَالِيَّةُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ:قِسْمٌ عُقُوْبَةٌ وَّطَرْدٌ وَقِسْمٌ تَأْدِيْبٌ وَّتَنْبِيْهٌ وَّقِسْمٌ زِيَادَةٌ وَّتَرَقٍّ
Artinya : “Pengenalan kepada keagungan Allah melalui cobaan itu terbagi kepada tiga macam: Pertama; Cobaan itu dalam bentuk siksaan dan la’nat, kedua; Cobaan itu memberi pelajaran agar lebih beradap dan peringat. Ketiga; Cobaan itu bertujuan untuk menunjukkan pemberian lebih dan mengangkat derajat”.

Cobaan berupa siksaan atau la’nat, ditujukan kepada orang yang tidak baik i’tikadnya kepada Allah seperti mensekutukan Allah, putus asa, kurang rasa roja’ terhadap rahmat Allah, tidak percaya kepada kehendak dan taqdir Allah Ta’ala dan lain-lain, dia dicoba agar mengkoreksi akidah tauhidnya kepada Allah Ta’ala.

Adapaun cobaan berupa pelajaran dicobakan kepada orang yang kurang beradap kepada Allah, akidah tauhidnya benar, akan tetapi kurang sopan kepada Allah dengan melakukan dosa, dalam hal ini dia dituntut agar kembali kejalan yang benar dengan bertaubat nashuha kepada Allah swt, dan menggantinya dengan amalan shaleh.

Sedangkan cobaan untuk menambahi keberkahan dan meninggikan derajat, ditujukan kepada orang yang i’tikadnya kepada Allah Ta’ala benar dan ketaatan atau ketaqwaannya terjamin kepada Allah namun Allah mencobanya agar ia lebih dekat dan semakin tinggi derajatnya di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana disebut dalam kata-kata hikmah :
بِقَدْرِ اْلِإمْتِحَانِ يَكُوْنُ الْإِمْتِكَانِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: اِخْتِبَارُ اْلبَاقِيْ يَقْطَعُ التَّبَاقِيْ،ِإذْ بِقَدْرِ مَا يَعْظُمُ الصِّدْقِ يَعْظُمُ التَّعَرُّفُ
Artinya : “Dengan ukuran cobaan akan ada keteguhan, dan berkata sebagian : Mengalami satu cobaan akan dapat melewati cobaan yang lainnya. Sebagian berkata : Dengan besarnya ukuran keyakinan akan tambah besar cobaan yang akan dialami”.
Kesimpulan
Seorang kafir yang dicoba dengan bala merupakan siksa dari Allah, cobaan bagi seorang yang berdosa pelajaran dan cobaan bagi orang sholeh sebagai bentuk peningkatan kualitas diri. Seorang mukmin yang dicoba tidak boleh menganggap cobaan itu sebagai siksaan atas dirinya, karena mengkonotasikannya kepada yang buruk merupakan prasangka buruk kepada Allah yang dilarang dalam ajaran Islam.




[1] Ibnu ‘Athoillahi al-Sakandari, Iqozhu al-Himam Fi Syarhil Hikam, Darul Fikr, t.t, h. 22-23.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar