Mengagungkan Allah
SWT dan Syi’arNya
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)
Sesungguhnya memuliakan Allah yang
Maha Agung lagi Maha Suci NamaNya merupakan hiasan dalam beribadah. Beriman
kepada Allah SWT adalah berdasarkan kepada pengagungan dan penghormatan.
Keimanan dianggap tidak sempurna dan agama tidak dapat tegak tanpa hati yang
penuh dengan pengagungan kepada Tuhan semesta alam. Jika ilmu seseorang tentang
Allah SWT bertambah, maka ia akan semakin memuliakan dan mengagungkanNya.
Beginilah keadaan Ruh al-Alamin,
Jibril as di sisi Tuhannya sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw:
"Aku lewat pada malam Isra (Mi’raj) di
antara para malaikat yang mulia, adapun Jibril seperti pakaian yang lusuh
karena takut kepada Allah SWT."
Adapun keadaan malaikat yang mulia,
jika Allah SWT menyampaikan wahyu, mereka bergetar ketakutan seakan-akan mau
pingsan. Dan jika rasa takut sudah hilang dari hati mereka, merekapun bertanya,
"Apa yang telah difirmankan oleh
Tuhan kalian?", maka malaikat-malikat pemikul 'arsy menjawab, "Dia berkata perkataan yang benar, dan
Dialah yang Maha tinggi lagi Maha Besar." Rasulullah saw bersabda
tentang pengagungan malaikat kepada Sang Pencipta, bahwa tidak ada tempat selebar empat jari di tujuh lapis langit
kecuali di sana ada Malaikat yang meletakkan dahinya sujud kepada Allah SWT.
Adapun para Rasul dan Nabi alaihimussalam, setelah mereka mengenal
Allah SWT dengan pengetahuan yang sebenarnya, mereka mengagungkanNya dengan
sebenar-benar pengagungan. Mereka menyeru kaum mereka agar merasa takut kepada
Allah, siksa dan amarahNya. Nabi Nuh as berkata kepada kaumnya,
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran
Allah?” [QS Nuh:
13]
Adapun maknanya ialah mengapa kamu
tidak mengangungkan Allah dengan sebenarnya.
“Mengapa kamu tidak percaya akan
kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan
tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai
cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” [QS Nuh: 13-16]
"Allah Azza wa Jalla menggulung
langit pada hari kiamat dan menggenggamnya dengan tangan kananNya seraya
berkata, “Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong dan angkuh? Kemudian
menggulung bumi -bumi dan menggenggamnya dengan tangan kiriNya, seraya berkata,
“Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong dan angkuh?, “(Yaitu) pada hari
Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana
Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan
melaksanakannya.” [QS al-Anbiyaa’: 104]
Seorang
pendeta datang berjumpa Nabi saw lalu berkata, Wahai Muhammad, pada Hari
Kiamat Allah SWT memegang langit, bumi, gunung-gunung, pohon-pohon,
air, tanah dan semua makhluk dengan jari-jemariNya. Kemudian Dia
menggoyangkannya sambil berfirman, “Akulah Raja, Akulah Raja”. Lalu Rasulullah
saw tertawa karena kagum mendengar kata-kata pendeta tersebut sambil
membenarkannya. Kemudian beliau membaca ayat:
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan
pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada
hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan
Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” [QS az-Zumar: 67]
“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu
meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” [QS ar-Rahmaan: 29]
Dia mengampuni dosa, menghilangkan
kesulitan, mengayakan orang miskin, menunjuki yang sesat, menyembuhkan
penyakit, menyelamatkan orang yang diuji, menerima taubat, menolong yang
teraniaya, menjaga dari tergelincir, menutup cela, mengamankan rasa takut dan
merendahkan timbangan dan mengangkatnya. Amalan malam diangkat kepadanya
sebelum amalan siang dan sebaliknya. HijabNya adalah cahaya, seandainya Allah
menyingkapnya niscaya sinar wajahNya akan membakar apa sahaja daripada
makhlukNya yang dapat dicapai oleh pandanganNya. NikmatNya penuh kepada
makhlukNya tidak pernah berkurang dan Dia Maha pemberi nikmat malam dan siang.
Tidakkah kalian perhatikan apa yang telah dianugerahkanNya sejak Dia
menciptakan makhluk, sekalipun demikian apa yang dimilikiNya tidak pernah
berkurang. Terdapat dalam hadits Qudsi,
Allah SWT berkata,
"Wahai hambaKu, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai
orang terakhir dari golongan manusia
dan jin berdiri di sebuah bukit meminta kepadaKu, lalu setiap orang yang
meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada padaKu
kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan ke dalam lautan." (HR
Muslim)
Dialah Allah SWT yang Maha Agung
lagi Maha Mulia. Dia bersemayam di atas Arasy,
berbicara kepada para malaikatNya, mengatur urusan hambaNya, mendengar suara
makhlukNya, melihat perbuatan dan pergerakan mereka, menyaksikan yang bathin
dan yang dzahir, memuliakan dan menghinakan orang yang dikehendakiNya. Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
“Langit yang tujuh,bumi dan semua
yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.Dan tak ada suatupun melainkan
bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti, tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” [QS al-Israa’: 44]
Dialah Allah SWT yang Maha Agung
lagi Maha Mulia. Maha Mulia dalam Ketuhanannya, Maha Agung Nama dan SifatNya,
Maha Mulia dalam kerajaan dan makhlukNya, Maha besar hikmah dan rahmatNya, Maha
Besar dalam mengatur urusan makhlukNya dan Maha Agung putusanNya di antara
hambaNya. Dan setiap keagungan yang ada di alam ini adalah bukti dari keagungan
Pencipta dan Pengaturnya.
Abu al-Qasim al-Ashbahani rahimahullah berkata:
"Keagungan merupakan bagian dari sifat
Allah SWT dan makhluk tidak dapat berpaling daripadanya. Allah SWT menciptakan
keagungan di antara hambaNya agar mereka saling memuliakan di antara satu sama
lain. Ada yang diagungkan karena harta, keutamaan, ilmu, kekuasaan dan
kehormatan. Setiap orang memiliki penghargaan yang berbeda. Sedangkan Allah SWT
diagungkan dari segala sisi. Maka semestinyalah bagi yang telah mengenal
pengagungan Allah dengan sebenar-benarnya agar tidak melontarkan kata yang
tidak disukai oleh Allah dan tidak melakukan perbuatan maksiat yang tidak
diridhai oleh Allah SWT karena Dia menjaga setiap diri terhadap apa yang
diperbuatnya."
Sekalipun makhluk telah berusaha
untuk mengagungkan Allah SWT, namun mereka tetap saja tidak mampu untuk
mengagungkanNya sesuai dengan kebesaran Allah. Hak dan kedudukan Allah itu
lebih besar. Akan tetapi seorang mukmin berusaha sedaya upayanya. Dan Allah
yang Maha Agung tidak akan mengecewakan upaya hamba dan tidak akan menyia-nyiakan
amalannya. Dia akan mengganjar amalan sekecil apapun dengan sebaik-baik
ganjaran. Adapun sesuatu yang dapat membantu seorang hamba dalam mengagungkan
Allah SWT adalah merenungkan keagungan asma'
Allah dan kemuliaan sifatNya serta merenungkan ayat-ayat Allah dan
makhlukNya yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar