Selasa, 16 Juli 2019

Mengagungkan Allah SWT dan Syi’arNya


Mengagungkan Allah SWT dan Syi’arNya
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)



Sesungguhnya memuliakan Allah yang Maha Agung lagi Maha Suci NamaNya merupakan hiasan dalam beribadah. Beriman kepada Allah SWT adalah berdasarkan kepada pengagungan dan penghormatan. Keimanan dianggap tidak sempurna dan agama tidak dapat tegak tanpa hati yang penuh dengan pengagungan kepada Tuhan semesta alam. Jika ilmu seseorang tentang Allah SWT bertambah, maka ia akan semakin memuliakan dan mengagungkanNya. Beginilah keadaan Ruh al-Alamin, Jibril as di sisi Tuhannya sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw:

"Aku lewat pada malam Isra (Mi’raj) di antara para malaikat yang mulia, adapun Jibril seperti pakaian yang lusuh karena takut kepada Allah SWT."

Adapun keadaan malaikat yang mulia, jika Allah SWT menyampaikan wahyu, mereka bergetar ketakutan seakan-akan mau pingsan. Dan jika rasa takut sudah hilang dari hati mereka, merekapun bertanya, "Apa yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian?", maka malaikat-malikat pemikul 'arsy menjawab, "Dia berkata perkataan yang benar, dan Dialah yang Maha tinggi lagi Maha Besar." Rasulullah saw bersabda tentang pengagungan malaikat kepada Sang Pencipta, bahwa tidak ada tempat selebar empat jari di tujuh lapis langit kecuali di sana ada Malaikat yang meletakkan dahinya sujud kepada Allah SWT.

Adapun para Rasul dan Nabi alaihimussalam, setelah mereka mengenal Allah SWT dengan pengetahuan yang sebenarnya, mereka mengagungkanNya dengan sebenar-benar pengagungan. Mereka menyeru kaum mereka agar merasa takut kepada Allah, siksa dan amarahNya. Nabi Nuh as berkata kepada kaumnya,

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” [QS Nuh: 13]

Adapun maknanya ialah mengapa kamu tidak mengangungkan Allah dengan sebenarnya.

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?” [QS Nuh: 13-16]

"Allah Azza wa Jalla menggulung langit pada hari kiamat dan menggenggamnya dengan tangan kananNya seraya berkata, “Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong dan angkuh? Kemudian menggulung bumi -bumi dan menggenggamnya dengan tangan kiriNya, seraya berkata, “Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong dan angkuh?, “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” [QS al-Anbiyaa’: 104]

Seorang pendeta datang berjumpa Nabi saw lalu berkata, Wahai Muhammad, pada Hari

Kiamat Allah SWT memegang langit, bumi, gunung-gunung, pohon-pohon, air, tanah dan semua makhluk dengan jari-jemariNya. Kemudian Dia menggoyangkannya sambil berfirman, “Akulah Raja, Akulah Raja”. Lalu Rasulullah saw tertawa karena kagum mendengar kata-kata pendeta tersebut sambil membenarkannya. Kemudian beliau membaca ayat:

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” [QS az-Zumar: 67]

“Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” [QS ar-Rahmaan: 29]

Dia mengampuni dosa, menghilangkan kesulitan, mengayakan orang miskin, menunjuki yang sesat, menyembuhkan penyakit, menyelamatkan orang yang diuji, menerima taubat, menolong yang teraniaya, menjaga dari tergelincir, menutup cela, mengamankan rasa takut dan merendahkan timbangan dan mengangkatnya. Amalan malam diangkat kepadanya sebelum amalan siang dan sebaliknya. HijabNya adalah cahaya, seandainya Allah menyingkapnya niscaya sinar wajahNya akan membakar apa sahaja daripada makhlukNya yang dapat dicapai oleh pandanganNya. NikmatNya penuh kepada makhlukNya tidak pernah berkurang dan Dia Maha pemberi nikmat malam dan siang. Tidakkah kalian perhatikan apa yang telah dianugerahkanNya sejak Dia menciptakan makhluk, sekalipun demikian apa yang dimilikiNya tidak pernah berkurang. Terdapat dalam hadits Qudsi, Allah SWT berkata,
"Wahai hambaKu, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir dari golongan manusia dan jin berdiri di sebuah bukit meminta kepadaKu, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada padaKu kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan ke dalam lautan." (HR Muslim)

Dialah Allah SWT yang Maha Agung lagi Maha Mulia. Dia bersemayam di atas Arasy, berbicara kepada para malaikatNya, mengatur urusan hambaNya, mendengar suara makhlukNya, melihat perbuatan dan pergerakan mereka, menyaksikan yang bathin dan yang dzahir, memuliakan dan menghinakan orang yang dikehendakiNya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

“Langit yang tujuh,bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti, tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” [QS al-Israa’: 44]

Dialah Allah SWT yang Maha Agung lagi Maha Mulia. Maha Mulia dalam Ketuhanannya, Maha Agung Nama dan SifatNya, Maha Mulia dalam kerajaan dan makhlukNya, Maha besar hikmah dan rahmatNya, Maha Besar dalam mengatur urusan makhlukNya dan Maha Agung putusanNya di antara hambaNya. Dan setiap keagungan yang ada di alam ini adalah bukti dari keagungan Pencipta dan Pengaturnya.

Abu al-Qasim al-Ashbahani rahimahullah berkata:

"Keagungan merupakan bagian dari sifat Allah SWT dan makhluk tidak dapat berpaling daripadanya. Allah SWT menciptakan keagungan di antara hambaNya agar mereka saling memuliakan di antara satu sama lain. Ada yang diagungkan karena harta, keutamaan, ilmu, kekuasaan dan kehormatan. Setiap orang memiliki penghargaan yang berbeda. Sedangkan Allah SWT diagungkan dari segala sisi. Maka semestinyalah bagi yang telah mengenal pengagungan Allah dengan sebenar-benarnya agar tidak melontarkan kata yang tidak disukai oleh Allah dan tidak melakukan perbuatan maksiat yang tidak diridhai oleh Allah SWT karena Dia menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya."

Sekalipun makhluk telah berusaha untuk mengagungkan Allah SWT, namun mereka tetap saja tidak mampu untuk mengagungkanNya sesuai dengan kebesaran Allah. Hak dan kedudukan Allah itu lebih besar. Akan tetapi seorang mukmin berusaha sedaya upayanya. Dan Allah yang Maha Agung tidak akan mengecewakan upaya hamba dan tidak akan menyia-nyiakan amalannya. Dia akan mengganjar amalan sekecil apapun dengan sebaik-baik ganjaran. Adapun sesuatu yang dapat membantu seorang hamba dalam mengagungkan Allah SWT adalah merenungkan keagungan asma' Allah dan kemuliaan sifatNya serta merenungkan ayat-ayat Allah dan makhlukNya yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan Sang Pencipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar