Keagungan dan Fungsi Bahasa Arab
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)
Kemajuan masyarakat Islam Arab dan
kejelasan jati dirinya terletak pada kebanggaan terhadap agamanya dan berpegang
teguh dengan bahasanya. Agama dan bahasa seseorang merupakan dua dasar penting
dalam menentukan afiliasi sebenarnya, agama adalah hatinya, sedangkan bahasa
adalah lisannya. Manakala lisan itu sebagai penyambung hati, maka bahasa adalah
cabang dari agama yang terbentuk dari Qur'an dengan bahasa arab yang jelas dan Sunnah orang yang paling fasih
mengucapkan bahasa Arab, pemimpin para Nabi saw. Sesuatu yang sudah dimaklumi bahwa tidak ada bangsa tanpa bahasa dan tidak
ada bahasa tanpa bangsa. Adapun kemuliaan bahasa Arab dibandingkan bahasa lain
adalah bahasa al-Qur'an dengan bahasa Arab yang jelas, dan ia seperti kemuliaan
agama Islam dibanding agama-agama lain. Jika agama adalah cahaya hati umat
Islam, maka bahasa Arab adalah cahaya lisannya; karena bahasa Arab adalah
bahasa al-Qur'an dan Sunnah, Bahasa
ibadah, ilmu pengetahuan, pemikiran, sastera, budaya, peradaban, dan politik.
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan lebih dari satu setengah miliar umat
Islam di atas muka bumi ini. Meskipun mereka tidak berbicara dalam bahasa Arab,
akan tetapi mereka tidak membaca al-Qur'an kecuali dengan bahasa Arab sebagaimana
Syekh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata, "Bahasa Arab adalah syiar agama Islam dan syiar
pengikutnya, dan bahasa adalah syiar bangsa-bangsa yang membedakan
mereka."
Bahasa Arab adalah bahasa yang
paling indah di antara sekian banyak bahasa, bahasa yang paling terstruktur dan
terperinci. Tidak ada bahasa yang menyerupai dan mengunggulinya. Begitu banyak
bahasa di dunia ini mengandung perkataan yang berasal dari bahasa Arab, karena
keistimewaan yang ia miliki. Huruf-hurufnya sangat lengkap dan susunan makhraj penuturannya mulai dari
kerongkongan sampai dua bibir. Di samping itu, bahasa Arab juga mengandung
tujuh huruf yang tidak terdapat dalam bahasa lain, seperti huruf dhaad,
zhaa, 'ain, ghain, haa, thaa dan qaaf. Dan ini tidaklah sesuatu yang aneh,
karena bahasa arab itu adalah warisan masa lalu yang orisinal, kekayaan
cemerlang masa kini dan cakrawala masa depan. Tiga dimensi waktu ini merupakan
kehidupan umat-umat yang terukir sepanjang sejarah. Oleh karena itu, banyak di
antara manusia yang telah mencapai kemuliaan dengan bahasa Arab, padahal mereka
bukan berasal dari bangsa Arab. Peran mereka sangat penting dalam membangun
menaranya yang indah setelah meletakkan fundamen dan menyusun bangunannya.
Di antara mereka ada yang menyusun kaidah bahasa
Arab dan cara memahaminya, membuat ilmu retorika atau ilmu balagah serta
mengarang kamus yang lengkap. Mereka semua telah mencapai kemuliaan berbicara
dalam bahasa Arab padahal mereka bukanlah orang Arab, karena bahasa Arab adalah
bahasa al-Qur'an yang jelas. Syekh Islam Ibnu taimiyyah rahimahullah berkata, "Pengaruh
membiasakan bahasa Arab yang fasih tidak
hanya pada lidah, bahkan lebih dalam dari itu, pengaruhnya sangat kuat dan
nyata terhadap pemikiran, moral dan agama. Juga dalam menyerupai periode awal
umat Islam dari kalangan sahabat dan tabiin yang akan menambah kekuatan akal,
agama dan akhlak."
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata dalam menjelaskan keutamaan bahasa Arab,
"Seseorang itu akan mengetahui
keutamaan al-Qur'an jika ia mengetahui perkataan orang Arab, sastera bahasa arab dan ilmu bayan (kiasan) serta meninjau
sya'ir-sya'ir arab, pidato, komunikasi mereka saat berbangga-bangga dan surat
menyurat."
Perkembangan peradaban dan teknologi
berperan dalam menurunkan dan memarjinalkan fungsi bahasa Arab sehingga merubah
arahnya, merusak perjalanannya dan muncul setelah itu hal-hal negatif dalam
komunikasi bahasa bagi komunitas Arab dan bangsa Arab secara menyeluruh.
Padahal Bahasa adalah sebagai dasar utama dalam membentuk identitas. Dan jika
yang demikian itu sudah terjadi, maka saatnya kita berbicara tentang rusaknya
identitas, rendahnya bahasa, ketidakseimbangan budaya dan lemahnya ilmu
pengetahuan. Karena masyarakat adalah seperti wadah yang menampung berbagai
budaya. Akan tetapi positif dan negative sebuah budaya yang muncul tergantung
pada posisi bahasa Arab dan tingkat interaksinya. Juga karena bahasa Arab itu
memiliki tiga fungsi dalam memformasi masyarakat, yaitu media untuk berpikir,
sarana untuk saling memahami dan berkomunikasi serta simbol yang menunjukkan
identitas individu dan sosial.
Terkadang kelalaian di antara orang
banyak dalam memahami asas ini menyebabkan marginalisasi dan pendangkalan yang
mengkhawatirkan. Akhirnya mereka menempatkan Bahasa lain pada posisi bahasa
Arab tempat yang sebenarnya dalam pemakaiannya. Seseorang yang cerdas dapat
menyaksikan dan mendengar dominasi dalam percakapan dengan menggunakan selain
bahasa Arab di antara sesama mereka sendiri, sebagai contoh adalah memilih
nama-nama yang tidak berasal dari bahasa Arab, berbicara dalam bahasa asing
tanpa ada kebutuhan untuk itu, baik di rumah maupun di pasar, penamaan tempat,
lembaga, terminologi, pusat perniagaan dan lain-lain. Dan hal ini menyebabkan
pecinta bahasa arab merasa asing dan kecewa sehingga membuat lidahnya gagap
dalam berbahasa Arab karena ia khawatir diejek, dicaci dan disalahkan. Itupun
jika ia selamat dari sindiran, direndahkan dan dianggap sebagai yang kaku yang
tidak pandai berbicara dalam bahasa asing dan tidak memakai perhiasannya yang
berkilau dan itu menurut pandangan mereka.
Dan sesuatu yang mengherankan adalah
banyak di antara orang yang berafiliasi dengan bahasa al-Qur'an -atas anugerah
Allah kepada mereka dengan berbahasa yang baik dan percakapan yang fasih-
justru tidak menghargai bahasa tersebut dengan sepantasnya. Bahkan ada yang
merendahkan kedudukannya dan menolaknya. Seandaianya mereka mengamati dengan
baik bangsa-bangsa lain dalam memuliakan dan melindungi bahasa mereka dari hal
yang mencampuri atau yang menentangnya, niscaya mereka akan melihat bahwa
serangan bahasa lebih berbahaya terhadap identitas mereka daripada serangan
bala tentera. Invasi bahasa dalam setahun bisa merubah sesuatu yang tidak bisa
dirubah oleh pasukan tentera selama bertahun-tahun.
Sepantasnyalah bagi khalayak menjadi
pecinta bahasa arab agar mereka melihat bahwa keagungan dapat dicapai dengan
mengagungkan bahasa Kitab Allah SWT dan Sunnah Rasulullah SAW. Jika mereka
melakukan yang demikian, maka mereka akan melihat tanah air mereka, negara dan
tempat tinggalnya yang perbatasan alamnya sangat luas sekalipun penduduknya
membiarkannya. Mereka akan merasa mulia bernaung di bawahnya, bangga berbicara
dengan menggunakan bahasanya, senang mendengarnya dan berusaha menjadikannya
bahasa yang kukuh saat berdepan dengan pengaruh bahasa-bahasa yang muncul.
Sesuatu yang pasti bahwa suatu bangsa, jika ia mengabaikan dan melupakan
bahasanya, lalu bahasa mana lagi yang akan membuatnya mulia dan bangga.
Dan sangat dikhawatirkan pengaruh
bahasa asing terhadap bahasa penduduk bangsa Arab, dan jika bahasa Arab bukan
sebagai prioritas bangsa ini dalam mengembalikan posisinya sebagai bahasa yang
tersebar, maka tidak diragukan ia rentan akan menjadi bahasa yang terlupakan
atau seakan-akan terlupakan. Begitu juga dengan orang-orang yang berbicara
dalam bahasa arab dan para pengajarnya, jika mereka tidak berhasil
menyajikannya dengan cara yang baik, menjelaskan pengaruhnya, kapasitasnya
dalam mengikuti perkembangan, pembaharuan media agar diminati dan meluruskan
yang menjelekkannya dengan sebutan bahasa yang sulit dan berat. Itu semua tidak
benar, bahkan ia adalah bahasa yang mulia dan mudah dipelajari sebagaimana
perkataan Imam 'Amru bin al-'Ala, Imam ahli Qiraat
dan Ulama Ilmu Nahu yang sangat terkenal.
Jika bangsa arab tidak melakukan hal-hal tersebut, maka bahasa Arab akan
berubah dari bahasa yang menarik menjadi bahasa yang tersingkirkan.
Hilangnya bahasa arab dari suatu
bangsa disebabkan dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Dengan menangani faktor internal melalui perbaikan warga dan penduduknya adalah
jaminan biiznillah mengurangi jarak
waktu dalam menangani faktor eksternal. Siapa yang mampu memperbaikinya dari
arah dalam, ia akan sanggup mematahkan pengaruh yang muncul dari luar. Dan
Allah SWT sajalah Yang memberikan taufiq dan Yang menunjuki kepada jalan yang
lurus.
Bertakwalah kepada Allah SWT dan
ketahui kalianlah bahwa orang-orang yang menjadikan bahasa asing sebagai
alternatif dari bahasa arab dan menganggapnya sebagai indikasi peradaban dan
rahasia kebanggaan adalah demi Allah Yang Abadi anggapan mereka sungsang dan
akan menyebabkan penyakit semakin bertambah parah. Benar juga terkadang
interaksi dengan bahasa asing itu penting, kebutuhan dan perbaikan. Dan itu
tidak dipermasalahkan sebagaimana Rasulullah SAW lakukan ketika beliau
membutuhkan yang semisal ini, lalu beliau "memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mempelajari Bahasa Suryani."
[HR Ahmad]
Akan tetapi yang menjadi masalah
adalah menjadikan bahasa asing sebagai alternatif bagi bahasa arab,
mengedepankan atau menyamakannya dengan bahasa arab. Juga bukanlah pemahaman
yang tepat cara yang terlalu keras melarang untuk mempelajari selain bahasa
arab, sementara kebutuhan umat mendesak agar berada di barisan yang terdepan
dari sisi agama, ilmu, peradaban, politik dan ekonomi. Dan yang demikian itu
tidak bisa dicapai kecuali dengan mempelajari bahasa asing dan seorang yang
mengetahuinya tidak akan menentangnya. Terdapat dalam perkataan yang masyhur,
"Siapa yang mempelajari bahasa suatu
kaum, dia akan selamat dari tipu daya
mereka."
"(Yaitu) Al-Qur'an dalam bahasa Arab,
tidak ada kebengkokan (di dalamnya) agar mereka bertakwa." [QS az-Zumar: 28]
Fakta menunjukkan bahwa 'illah mempelajari bahasa tertentu tidak
hanya selamat dari tipu daya, akan tetapi melampaui yang lebih jauh dari
semata-mata keselamatan dengan melalui tahapan. Adapun maksud dan tujuan hal
ini semua adalah agar seseorang tidak menentang bahasa asal, Bahasa Qur'an dan Sunnah, Bahasa umat yang telah Allah
jadikan mereka sebagai umat yang adil dan pilihan agar pengikutnya menjadi
saksi atas perbuatan manusia. Sesungguhnya di antara hal positif dalam bahasa
Arab bahwa ia adalah bahasa yang digunakan sejak dahulu, sekarang dan terus
berkembang. Semua generasi yang hidup pada zaman silam dimana pun mereka berada,
mendapati bahasa Arab itu seiring dengan kebutuhan mereka untuk meletakkan nama
dan alternatifnya bagi hal-hal yang baru yang belum pernah digunakan pada waktu
sebelumnya. Sebagai contoh, isytiqaaq,
naht, ta'rib, irtijal, qalb dan ibdal. Keistimewaan inilah yang membuat bahasa-bahasa asing
bergantung kepada bahasa Arab dan mengutip kosakatanya. Bahasa Qur'an itu
tinggi tidak ada yang dapat mengunggulinya. Allah SWT berfirman,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar