Kamis, 09 Januari 2025

LANJUTAN AUTOBIOGRAFI DAN LINTAS PERJALANAN HIDUP H. SALMAN ABDULLAH TANJUNG, MA

 25 SEPTEMBER 1997 - 11 APRIL 1998.

P

ada tanggal 25 September 1997 harus pulang ketanah air  melalui Bandara Polonia Medan, bertujuan untuk mengambil visa pelajar agar dapat belajar di India, dari tanggal 25 September 1997 tersebut menetap di kampung halaman sampai dapat memperoleh visa. Ternyata untuk memperoleh visa student sangat sulit di Konsulat India Medan, sehingga menunggu cukup lama dan menetap di kampung sampai tanggal 11 April 1998 atau sekitar tujuh bulan.

Antara 25 September 1997 sampai 11 April 1998 adalah masa paling sulit dalam kehidupan saya untuk usaha melanjutkan pendidikan, kesulitan ekonomi keluarga yang sangat tidak memadai, Indonesia pada awal 1998 puncak krisis ekonomi, stabilitas politik di tanah air tidak kondusif, pada saat itu demonstrasi terjadi dimana-mana menuntut lengsernya Presiden Soeharto dari tahta kepresidenan setelah tigapuluh tiga tahu berkuas.

Pada saat pulang ke Indonesia dari India, sudah terlebih dahulu mewanti-wanti mengambil tiket riten selama enam bulan, ternyata sesampainya di Indonesia untuk mendapatkan visa student di konsulat India di Medan tidak berjalan mulus, karena tempat tujuan belajar di India tidak diakui oleh pemerintah India. Tujuh bulan di tanah air tiket pulangpun hangus tidak bisa ditukarkan kembali, nilai tukar rupiah makin merosot, mendapatkan duitpun sangat sulit. Akhirnya saya dengan tawakkal kepada Allah memberanikan diri untuk mengambil visa tourist dan itupun hanya diperoleh satu bulan.

11 APRIL 1998

1

1 April 1998 saya meninggalkan tanah air menuju Malaysia, pada saat itu uang yang saya pegang selain tiket yang sudah dianggap habis hanya sekitar Rp. 500.000,- saja. Sampai di Kuala Lumpur lebih kurang pukul 11 : 00 pada waktu setempat, dan langsung ke salah satu hotel berbintang sebagai tempat transit, sebelum menuju New Delhi besok pagi take off pada pukul 11 : 00 pagi. Masuk ke ruang hotel yang sudah dipesan, setelah shalat dzuhur saya minta izin kepada petugas hotel bahwa saya pada malam ini sampai besok pukul 10 : 00 tidak menghuni hotel, barang bawaan dititipkan di hotel, karena saya ingin memanfaatkan waktu yang tersisa menemui kenalan dan teman-teman sekampung yang merantau di Malaysia. Selama lebih lima tahun saya meninggalkan Malaysia, perubahan tata kota danpembangunan sangat pesat, sehingga sangat sulit untuk mengenali jalan-jalan yang sebelumnya sering dilewati ketika merantau di Syah Alam Malaysia. Sekitar pukul 20 : 00 sampai di simpang menuju Taman Sri Gombak dan pada saat itu sedang turun hujan lebat, saya pun basah terguyur oleh air hujan, sehingga terpaksa menjinjing sepatu di atas genangan air hujan, namun tekad bulat tidak pernah putus asa untuk bisa bertemu dengan seseorang yang saya kenal di daerah ini, walaupun saya berputar-putar kembali ketempat awal, setelah merasa capek dan ada sedikit putus asa, saya singgah di satu warung kopi, tempat ini agak pemiliar bagi saya, ketika itu saya minta izin untuk duduk diwarungnya, sipemilik kedai sesekali memandangi saya, seolah-olah dia kenal sama saya, saya pun memberanikan diri untuk bertanya : Pak cik! Saya mau tanya apakah pak cik orang Indonesia, dia pun jawab ya saya berasal dari Indonesia. Saya pun bercerita kepadanya : Dulu saya punya kenalan berjualan di sekitar ini, ketika itu dia hanya berjualan rokok, rasanya di tempat ini, saya tidak tau persisnya lagi, karena sudah banyak perubahan, si pemilik kembali bertanya : Berasal dari mana dia? Saya jawab : Dari Kecamatan Siabu, dia pun langsung balik bertanya : Apakah kamu yang pernah merantau dulu di Syah Alam yang pergi berangkat sekolah ke Syria, saya jawab : Ya. Lalu dia menyalami saya dengan gembira dan langsung berubah bahasa dengan dialog bahasa Mandailing. Ternyata usahanya sudah maju dan berpenghasilan besar. Aku pun dengan tanpa ragu-ragu menceritakan apa maksud kedatangan saya malam itu untuk menjumpai bang         H. Ramli Nasution saudara sekampung yang juga merupakan abang ipar (tutur lae).

Alhamdulillah dengan perantara pemilik warung tadi saya sampai ke kediaman H. Ramli Nasution sekitar pukul 10:00 waktu setempat dalam keadaan pakaian basah, dia menyambut kedatangan saya dengan hangat, sekaligus memberikan pakaian ganti. Tanpa ada rasa segan saya langsung menceritakan tujuan saya malam-malam meninggalkan hotel, untuk menyampaikan bahwa saya akan menuju India untuk melanjutkan kuliah, dan besok saya pada pukul 11:00 akan take off menuju New Delhi, aku hanya memiliki uang sekitar Rp. 500.000,- jadi saya butuh bantuan saudara-saudara dan teman-teman disini, tuan rumah ini setiap saya datang kerumahnya selalu merasa gembira, dan merasa salut melihat kegigihan saya. Malam itu juga dia menghubungisaudara-saudara dan teman-teman untuk datang kerumahnya, besok paginya setiap yang datang memberi bantuan sesanggupnya. Dengan penuh Syukur saya memperoleh uang senilai 100 Dollar USD, dan memang niat pada malam itu saya berharap memperoleh bantuan paling sedikit 100 Dollar USD, dan ternyata doa saya di makbulkan Allah yang Maha Raziq.

Besok pagi setelah bersiap-siap dari rumah H. Ramli Nasution, saya pun diantarnya menuju hotel di Kuala Lumpur, kamipun sampai di Kuala Lumpur lebih kurang pukul 09:30, sesampainya dihotel dia pun bercanda : “Masalah duit saya lebih banyak dari kamu, tapi sepanjang hidup saya belum pernah menghuni hotel semewah ini, tuturnya”,saya pun menjawab : Yang menghuni hotel ini tadi malam barang bawaan saya bang! kami pun sama-sama tertawa! Saya pun menuju Bandara Internasional Subang Kuala Lumpur, sesampai di bandara langsung menukarkan uang berupa Ringgit Malaysia ke Duit Dollar USD, ternyata benar hanya memperoleh tukaran 100 Dollar USD. Dengan gembira sembari waswas membawa duit ke India Seratus Dollar plus Limaratus Ribu Rupiah.

    Dari kuala Lumpur menuju New Delhi lebih kurang  empat sampai lima jam di udara, perbedaan waktu dengan Indonesia lebih kurang empat jam setengah, dengan kesimpulan jika berangkat dari Kuala lumpur pukul 11:00 siang, maka perkiraan waktu India masih  pukul 06:30 pagi, dengan artian sampai di New Delhi sekitar pukul 12:00 siang. Sampai di bandara Internasional India, saya langsung menuju sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di New Delhi, yang bertempat di kawasan Supdarjung Enclive. Di PPI tinggal beberapa hari untuk beristirahat sebelum menuju kota Lucknow Uttar Paradesh sebagai tempat tujuan. Lebih kurang delapan sampai sembilan jam naik kereta api, berangkat sore pukul 17:00 setempat dan sampai di Lucknow lebih kurang pukul 04:00 pagi. Karena sudah terdaftar sebelumnya kita langsung ikut kuliah di meja perkuliahan. Dan pada waktu itu di tingkat Aliyah Tsalitsah atau tingkat tiga (Semester Enam) di Indonesia.

Contoh Kurikulum yang diajarkan di tingkat S.1 di Nadwatul Ulama :

NO

BIDANG STUDI

KITAB PEGANGAN

1

Tafsir

التفسير المختارات من البيضاوي

2

Hadis

جامع الترمذي

3

Hadis

صحيح البخاري

4

Hadis

صحيح مسلم

5

Hadis

سنن أبي داود، الموطأ

6

Aqidah

العقائد والفرق، والأحوال الشخصية

7

Bahasa Arab

التعبير والإنشاء

8

Bahasa Arab

الكتاب لسيبويه

9

Kebudayaan Islam

الشعر العباسي والأموي

10

Bahasa Inggiris

 

11

Munaqasyah

مناقشة قراءة الكتب القديمة والمعاصرة

 

Karena diterimanya pada Aliyah Tsalitsah dalam dua tahun perkuliahan sudah selesai karena tinggal meneruskan. Setiap yang menyelesaikan perkuliahan sampai selesai akan diberi gelar akademi Annadwi (Nadvi).

Selesai S.1 langsung melanjutkan kejenjang S.2, disana disebut dengan Fadhilah, sekurang-kurangnya harus mengikuti perkuliahan selama dua tahun secara reguler di bangku kelas, tingkat kehadiran minimal 80 % bagi mahasiswa luar negeri selain sakit dan izin, dan harus hadir 100 % bagi asal mahasiswa tempatan selain sakit dan izin.

Di tempat ini tidak dibenarkan kuliah dengan cara mencicil atau dengan istilah kelas jauh, atau yang disebut dengan kelas dua atau tiga hari perpekan, apabila kehadiran kurang dari target minimal maka tidak akan dibenarkan mengikuti ujian dan harus mengulang kembali belajar reguler selama satu tahun tanpa kecuali.

Kurikulum yang diajarkan ditingkat S.2 (Fadhilah) di Nadwatul Ulama :


NO

BIDANG STUDI

KITAB PEGANGAN

1

Hadis

شرح صحيح البخاري

2

Hadis

شرح صحيح مسلم

3

Hadis

شرح سنن أبي داود، الموطأ

4

Ilmu Hadis

شرح النخبة ، علل الترمذي، المشكاة المصابيح

5

Aqidah Akhlaq

حجة الله البالغة

6

Bahasa Arab/Sastra

تاريخ الأدب ومصادر الأدب

7

Bahasa Arab/Sastra

الشعر القديم (الشعر الجاهلية)

8

Bahasa Arab/Sastra

النثر الأدبي والفني

9

Bahasa Arab/Sastra

البلاغة والنقد، دلائل الإعجاز

10

Bahasa Arab/Sastra

الشعر العباسي

11

Kebudayaan Islam

دراسة أدبية وثقافية

12

Bahasa Arab

الكتاب لسيبويه

13

Bahasa Inggiris

 

14

Al-Bahts

 

15

Munaqasyah

 


Nadwatul Ulama Lucknow Yang Saya Kenal

N

adwatul Ulama tidak kita ketahui dari kitab atau mendengar dari cerita orang, tapi kita terlibat langsung melihat dan merasakan kehidupan di Nadwatul Ulama, oleh karena itu sangat pantas menceritakan sedikit kultur atau keadaan hidup di Daar al-Ulum Nadwatul Ulama Lucknow.

Darul Ulum merupakan salah satu cabang pendidikan swasta yang berada dibawah naungan Yayasan Nadwatul Ulama. Nadwatul Ulama sebuah organisasi intelektual dapat dibandingkan seperti organisasi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama di Indonesia. Nadwatul Ulama India memiliki badan usaha, kepemudaan muslimin dan muslimat, Pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang menyebar di seluruh India yang diatur oleh Nadwatul Ulama.

Ma’had Daar Al-Ulum Nadwatul Ulama Lucknow 

N

adwatul Ulama  lahir pada tahun 1893 M / 1311 H di kota Kanpur dibawah wilayah negara bagian Uttar Paradesh. Kemudian organisasi ini membangun sebuah perguruan (ma’had) yang diberi nama dengan Darul Ulum Nadwatul Ulama, terletak dipinggiran satu anak sungai gangga yang dikenal dengan sungai Gomti persis di tengah kota Lucknow ibu kota Uttar Paradesh.

India negara berpenduduk sangat padat dan mayoritas menganut agama Hindu, dengan tingkat kematian penduduk cukup tinggi. Dipinggiran sungai Gomti atau anak-anak sungai lainnya yang bermuara ke sungai Gangga banyak di temukan tempat-tempat pembakaran dan pemulasaran mayat-mayat manusia.

Penulis pernah sengaja mendatangi 1 tempat pembakaran mayat manusia untuk sekedar bertanya dan melihat langsung cara pembakaran dari awal. Informasi dari penjaga pembakaran yang berhasil ditemui mengatakan: Rata-rata mayat yang dibakar setiap hari mencapai 25 sampai 30 mayat pada satu lokasi pembakaran. Sepengamatan penulis setiap jarak 1 Km ada satu lokasi pembakaran tepat dipinggir sungai.

Pembakaran mayat ada dua cara :

1.      Mayat dibakar menggunakan kayu bakar, untuk sempurnanya pembakaran menjadi debu menghabiskan waktu dari pagi sampai sore. Proses pembakaran dengan kayu bakar kita dapat melihat sampai tulang kepala menjadi debu.

2.      Menggunakan daya listirik dengan tegangan tinggi, tempatnya sudah didesain dalam satu bentuk box yang dibuat dari besi baja tebal, didalamnya di buat persis seperti keranda menggunakan laci dan berbantalkan besi tebal, dalam jangka lima belas minit saja box besi baja tebal tersebut sudah bisa dipanaskan sampai berwarna merah, kemudian mayat di masukkan dalam laci, dalam beberapa menit mayat sudah menjadi debu, waktu itu saya pernah ikut menyaksikan (sekedar ingin tau) dan mendengarkan suara letupan perut dan kepala si mayat dari dalam besi.

Membakar mayat dengan kayu bakar biasanya dilakukan oleh golongan ekonomi menengah kebawah. Sedangkan menggunakan daya listirik biasa digunakan oleh kalangan ekonomi menengah atas. Bagi yang tidak sanggup membakar mayat keluarganya akan dibuang ke sungai Gomti atau sungai-sungai lainnya.

Di India sampai saat ini masih sering kita temukan mayat di pinggir jalan, atau di stasiun kereta api dan kerap menjadi tontonan orang yang lalu-lalang. Kita pernah berjumpa di salah satu sudut halte stasiun kereta api di kota Lucknow seorang mayat laki-laki perutnya sudah membengkak besar hanya ditutupi kertas koran, jasadnya sudah dimakan ulat-ulat di bagian telinga dan mulutnya. Setiaporang yang melihat kejadian seperti itu, dapat dipastikan akan langsung pulang ke asrama dan akan merasakan mual dan jijik selama berhari-hari dan tidak merasa nyaman untuk menyantap makanan.


Konsep Dakwah dan Metode Pendidikan

Yang diterapkan oleh Pendiri Nadwat Ulama India


M

etode yang di emban oleh pendiri Nadwatu Ulama, yang diprakarsai oleh dua tokoh muslim besar yaitu Maulana Muhammad Ali al-Munkiri dan Allamah Maulana Syibli an-Nu’mani. Mereka berdua membangun satu komitmen untuk menjembatani antara dua metode pendidikan yang saling berhadapan, dan saling menentang yaitu aliran modernisasi yang berkiblat kebarat dan aliran tradisional yang terkesan jumud dan kurang kreatif dan tidak inovative. Darul Ulum menjadi pemersatu dan mampu memadukan kedua metode tersebut, tanpa mengabaikan kebaikan-kebaikan yang ada pada kedua aliran berpikir tersebut. Sehingga timbullah sebuah semboyan yang dicetuskan kedua tokoh diatas dan di ikuti oleh generasi-generasi berikutnya ya’ni :

"الجمع بين القديم الصالح والجديد النافع"

 Mengkombinasikan antara metode lama yang baik dengan metode pendidikan modern yang bermanfaat”.

“Tradisi pendidikan lama tetap dipertahankan, dan maksud modernisasi sistem pendidikan dibutuhkan selama itu tidak melanggar ketentuan syari’at, seperti : Menata pembangunan secara modern, memperbaiki manajemen pendidikan, menghidupkan kembali kajian-kajian ilmiyah dibidang kedokteran, pertanian, perindustirian, olahraga dan kemandirian. Sebab semenjak lama Islam telah banyak mencetak para ilmuan seperti : Jabir Bin Hayyan bapak Ilmu Kimia, Ibnu Khaldun pakar Sejarah, Ibnu Baithar pakar Geografi dan Ibnu Sina pakar dalam Ilmu Kedokteran, dan Ibnu an-Nafis pakar Ilmu Bedah dan lain-lain”.

“Dulu ummat Islam guru dibidang semua ilmu tapi karena kelalaian, sifat malas, minim kreatifitas kejayaan itu dicuri orang Barat, sehingga yang dulunya mereka murid beralih menjadi guru.

Pendiri organisasi Nadwatul Ulama mencoba menghilangkan imej yang terjadi dikalangan ummat Islam pada umumnya yang menganut pemahaman bahwa ilmu itu ada dua : ilmu dunia dan ilmu akhirat, ilmu kedokteran, kimia, pertanian dan sejenisnya dianggap ilmu dunia. Baru kemudian Nadwatul Ulama mengubah imej itu menjadi : setiap ilmu yang bermanfaat bagi manusia merupakan ilmu akhirat selama dilakukan untuk mashlahat manusia. Sehingga pemahaman yang mengkotomi diantara berbagai disipilin ilmu menjadi hilang”.

Corak  Pendidikan Di Dar Al-Ulum

P

ada periode sebelumnya pada umumnya belajar di berbagai ma’had atau kampus-kampua Islam yang ada di India di dominasi oleh cara-cara tradisional, belajar dengan cara halaqah, tidak ada pembagian kelas sesuai kualifikasinya dan tidak mengajarkan ilmu-ilmu umum.

Dar al-Ulum kemudian membawa corak baru dengan membuka satu perguruan yang mengakomodir berbagai tingkatan dan kualifikasi akademik seperti didirikannya sekolah untuk tingkat anak-anak (TK) yang dulunya anak-anak hanya di rumahkan, berdirinya kelas tahfidz Alquran, didirikan sekolah sesuaitingkatan mulai dari SD, Tsanawiyah, Aliyah, sampai perguruan tinggi mulai dari S.1, S.2 dan S.3, dan berdirinya takhasshus bagaimana cara-cara berfatwa, takhassus dalam hadis dan fiqh. Dan lahirlah berbagai jurusan disemua tingkatan seperti Fakultas Syariah, Dakwah dan Fakultas Bahasa dan Sastra.

Dimasa lampau orang India sangat fanatik dengan bahasa daerahnya sehingga pada umumnya bahasa urdu yang menjadi bahasa pengantar dalam pembelajaran pada perguruan-perguruan Islam. Setelah lahir Darul Ulum dibawah Nadwatul Ulama banyak mengubah fanatisme itu, sehingga Darul Ulum banyak mencetak pakar Bahasa dan Sastra Arab berkaliber Internasional seperti : Sayyid Abdul Hayy Fakhruddin Al-Hasani, karya ilmiyahnya dalam susunan Bahasa Arab Nuzhatul Khawathir Fi Bahjatil Masami’ wan Nawazdir mencapai 8 jilid besar, Ast tsaqofatul Islamiyah Fi al-Hindi, Al-Hind Fi ‘Ahdi al-Islami, Sayyid Sulaiman An-Nadwi, Sayyid Abul Hasan Ali al-Hasani An-Nadwi, Alustdz Mas’ud Alam an-Nadwi, Alustdz Muhammad Nadhim an-Nadwi dan lain-lain.

Metode Pendidikan Tradisional (Salafiyah)Tetap Diperlukan

M

elalui pengalaman yang kita lihat di negeri ajam, jauh dari tempat turunnya wahyu seperti India ternyata metode pembelajaran secara tradisional tetap dibutuhkan, agar lebih terjaminnya kemurnian ilmu agama, apalagi yang berkaitan dengan hal-hal prinsip seperti pembelajaran dibidang hadis, Ilmun Hadis, fiqh, ushul fiqh, Alquran dan cabang-cabangnya sangat diperlukan dengan metode tradisional. Dalam artian metode modern tidak serta-merta menghapuskan metode dan cara tradisional.

Melalui pengamatan dan pengalaman yang kita lihat: Mengadopsi metode modern secara mutlak dan absolut adalah satu cara pengkaburan terhadap kemurnian dan kesucian agama, dan sangat berpeluang melemahkan dasar-dasar Islam secara pundamental. Pendidikan secara tradisional itu tidak hanya dilakukan pada tingkat SD, MTS, Aliyah saja, tapi harus kejenjang perguruan tinggi sampai ketingkat S.2 dan S.3. Itulah yang diterapkan diperguruan-perguruan tinggi Islam swasta di India. Sehingga generasinya tidak pernah kosong sebagai tokoh ilmuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu keislaman.Disamping itu generasi muslim India menuntut ilmu bukan satu cara untuk mendapat pekerjaan atau pengakuan dari orang banyak, tapi merupakan satu kebutuhan dan tanggung jawab terhadap agama yang dianutnya. Sangat berbeda dengan di Indonesia pada umumnya masyarakatnya memiliki sensitifitas terhadap agama sangat rendah, menuntut ilmu agama tujuan utamanya adalah bagaimana mendapat pekerjaan, ilmu agama bukan satu kebutuhan atau satu rasa tanggung jawab terhadap agama.

Yang menjadi pertanyaan kenapa perguruan-perguruan tinggi Indonesia tidak bisa mencetak ulama, faqih, muhaddits, ushuli atau ahli dalam bahasa dan satra Arab, hanya bisa mencetak kebanyakan intelektual dan pemikir? Jawabannya itu gambaran diatas karena ummat Islam Indonesia setengah hati dalam menjalankan sistem pendidikan secara menyeluruh, dapat kita lihat banyak pondok pesantren yang melakukan metode pendidikan tradisional (Salafiyah) tapi itu hanya ditingkat MTS dan MA, setelah itu mereka melanjutkan pendidikan ketingkat perguruan tinggi yang pada umumnya menggunakan metode absolut modern, sehingga ilmu yang dicapai ditingkat MTS dan MA hilang tergilas karena tidak singkron dengan metode pendidikan yang diajarkan di perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya. Akhirnya pencapaian keilmuannya tidak maksimal dan terkesan setengah-setengah. Di samping itu juga dukungan pemerintah terhadap kultur pendidikan salafiyah sangat minim.

Jurusan-jurusan yang ada di Indonesia dan mengeluarkan gelar akademik sesuai jurusannya seperti : SHI, MH, S.Sos.I, S.Ag, M.Ag, dan lain-lain pada umumnya hampir 100 % kurikulumnya berbahasa Indonesia tidak mengacu kepada kitab-kitab induk (Kitab sumber) dan kebanyakannya masih mengacu kepada buku-buku rujukan (referensi-referensi) dalam bahasa Indonesia. Bahkan yang menyedihkan mahasiswa yang direkrut banyak yang berlatar belakang pendidikan umum. Makanya kebanyakan lulusan Perguruan Tinggi Islam seperti IAIN dan UIN dan yang berada dibawah naungannya di tanah air tidak dapat tulis baca aksara Arab, bahkan banyak yang tidak sanggup menulis Ummul Kitab sekalipun. Maka perbandingan yang dapat saya simpulkan antara keberhasilan pendidikan Islam di India dengan di Indonesia ada beberapa perbedaan :

Bidang-Bidang

Perguruan Tinggi Islam Indonesia

Perguruan Tinggi India

Pengantar pembelajaran

Mutlak Bahasa Indonesia

Sesuai Jurusan apabila jurusan Bahasa Arab maka pengantar-nya Bahasa Arab, demikian dengan jurusan Bahasa Inggris

Kurikulum pada masing Jurusan dan Fakultas

Menggunakan buku-buku Indonesia

Buku-buku Arab dan sebagian kitab Urdu, untuk mata kulliah Bahasa Inggris menggunakan buku Bahasa Inggris

Buku Pegangan Mahasisiwa

Diktat yang dibuat oleh Dosen Pengasuh

Mengutamakan buku-buku induk lama, diktat digunakan hanya bila diperlukan

Perbandingan Kurikulum pada setiap Fakultas

Kurikulum antara Fakultas ada perbedaan mencolok

Kurikulum antar Fakultas tidak jauh berbeda, hanya ada perbedaan pada konsentrasi jurusan dan penambahan alokasi waktu untuk konsentrasi tertentu.

Penyajian mata kulliah

Dengan cara SKS (cicilan)

Dengan cara reguler terjadwal setiap hari

Pembiayaan sekolah/kulliah

Pada umumnya sekolah/kulliah masih dibebankan kepada pelajar/mahasiswa dengan bayaran mahal

India negara miskin sanggup memberikan fasilitas gratis kepada setiap mahasiswa / pelajar baik negeri maupun swasta.

Persyaratan mengambil S2 dan S3

Tidak mewajibkan bagi mahasiswanya untuk mampu menguasai dua bahasa dunia Islam seperti: Bahasa Arab, Inggiris atau Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.Tidak heran kebanyakan Profesor dan Doktor membidangi ilmu-ilmu Islam tidak manpu tulis baca bahasa Arab dengan baik dan benar.

Diwajibkan menguasai dua bahasa dunia Islam dan minimal mahir tulis baca dan berbahas Arab.


Bersambung ...

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar