Selasa, 16 Juli 2019

Al Qur'an Adalah Mukjizat Paling Agung Nabi Muhammad SAW.


Al Qur'an Adalah Mukjizat Paling Agung Nabi Muhammad SAW.
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)


Dialah Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib, seorang dari suku Quraish dari keluarga al-Hasyim, memiliki nasab yang paling mulia di antara manusia dan yang paling baik rupa dan akhlaknya. Allah SWT telah mensucikannya dan menjadikannya seorang manusia pilihan. Kaumnya mengakui kebenaran dan kejujurannya pada saat ia remaja. Bahkan sejak kecilnya. Manakala Rasulullah SAW berusia empat puluh tahun, Allah SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam. Sesungguhnya Allah memandang kepada penduduk dunia, akan tetapi Dia memurkai mereka, baik yang berbangsa Arab atau 'Ajam (selain orang arab) kecuali segelintir dari Ahlu Kitab (Yahudi dan Nashrani). Kemudian Allah memandang kepada semua hati manusia dan melihat bahwa hati Muhammad lah yang paling baik, maka diutuslah beliau SAW untuk menyampaikan risalahNya.

Wahyu diturunkan dari langit, dan Allah SWT memaklumkan pagi hari yang baru. Cahaya yang bersumber dari langit yang tinggi memancar dari gua Hira, menerangi rumah, lorong, jalan dan majelis di kota Mekkah, dan ia menyebar pada wajah orang-orang yang sedang lalu lalang.

Orang orang musyrik tercengang karena turunnya wahyu kepada seseorang dari kalangan mereka. Mereka mendustakannya dan keadaan menjadi kacau balau, lalu mereka berkata, "ini seorang tukang sihir, orang gila, dongeng orang-orang dahulu dan datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia". Al Qur'an selalu mendebat mereka untuk membuktikan risalah dan kebenaran Rasulullah sampai diturunkan Surah Yunus alaihissalam, surah yang lengkap membicarakan tentang kebenaran risalah dan Rasulullah SAW.

Surah ini diturunkan di kota Mekkah. Surah-surah Makkiyah memiliki aroma dan pesona tersendiri. Ia mengandung masalah aqidah, hari kiamat, hari pembalasan, risalah, Al Qur'an dan kesudahan orang yang beriman dan kafir. Jika kita renungkan surah ini khususnya tentang kisah dakwah Nabi Nuh as secara terang-terangan, kisah Nabi Musa as dan kaumnya di saat diperintahkan untuk menjadikan rumah mereka sebagai tempat beribadah, dapat kita ambil kesimpulan bahwa surah Yunus diturunkan pada saat akhir dakwah secara sembunyi, yaitu sebelum Rasulullah SAW berdakwah dengan cara terang-terangan. Ia termasuk dari surah yang pertama turun di kota Mekkah.

Surah Yunus adalah salah satu dari lima surah yang diawali dengan huruf Alif Lam Ra. Semuanya mengandung nama seorang Nabi, yaitu: Nabi Yunus, Hud, Yusuf dan Ibrahim alaihimussalam. Surah yang kelima adalah surah al-Hijr, daerah kaum Tsamud, umat Nabi Shalih as.
"Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah. Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka." Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” [QS Yunus: 1-2]

Ia merupakan kabar gembira dan peringatan. Dan misi para Nabi dan pengikut-pengikut mereka sampai hari kiamat adalah memberikan peringatan kepada manusia dan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. Seorang pendakwah tidak boleh mengabaikan salah satu di antara keduanya.


"Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyuru kepada Agama Allah dengan izinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia besar dari Allah.” [QS al-Ahzab: 45-47]


Tanda kenabian Nabi kita yang mulia adalah Al Qur'an yang agung. Dia membacakan dan memperdengarkannya kepada kaum Quraisy serta menantang mereka dengan Al Qur'an.

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, "Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” [QS Yunus: 57-58]

"Tidaklah mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya), tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu (orang-orang yang) benar." Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demi-kianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagai mana akibat orang-orang yang zalim itu. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur'an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” [QS Yunus: 37-40]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Tiada satu Nabipun dari kalangan para Nabi kecuali dia telah diberi sebagian dari ayat-ayat yang dengannya manusia akan beriman. Yang diberikan padaku hanyalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Maka aku berharap menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya pada Hari Kiamat.” (HR Muslim)

Al Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW.

"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, "Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini (atau gantilah dia)." Katakanlah, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)." Katakanlah, "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberi tahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?.” [QS Yunus: 15-16]

Ini merupakan bukti yang paling besar tentang kenabian Rasulullah SAW. Beliau telah hidup bersama kaumnya selama empat puluh tahun sebelum ia menerima wahyu.Kaumnya mengetahui kebenaran dan kejujurannya. Sungguh kepada manusia saja dia tidak berani berdusta, apalagi berdusta kepada Allah, sebagaimana dikatakan oleh Heraklius dalam hadist Abu Sufyan ra.

Allah SWT menyebutkan dalam surah Yunus tentang tiga kisah para Nabi yang mulia, yaitu: Nabi Nuh, Musa dan Yunus alaihimusslam. Manakala Surah ini berbicara tentang pembuktian risalah, maka sesuailah penyebutan kisah tentang tiga Nabi tersebut. Nuh as adalah Nabi yang pertama diutus kepada penduduk bumi setelah manusia tersesat. Sebenarnya mereka sebelumnya mengesakan Allah SWT.

Risalah Nabi Musa as adalah risalah yang paling agung setelah Al Qur'an. Dan Allah menggandengkan keduanya di beberapa ayat Al Qur'an sebagaimana firman Allah SWT,

"Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata,
“Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada

Musa dahulu?" Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang diberikan kepada Musa dahulu? mereka dahulu telah berkata, “Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu.” Dan mereka (juga) berkata, “Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu.” Katakanlah, “Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Qur’an) niscaya aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” [QS al-Qashas: 48-49]

Adapun Yunus as, maka sesungguhnya ia adalah seorang Rasul yang mulia. Allah mengutusnya kepada penduduk Ninawa. Ketika kaumnya mendustakannya, ia tidak sabar dan pergi dalam keadaan marah. Allah SWT berfirman kepada Nabi Muhammad SAW,
"Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ...” [QS al-Qalam: 48]

Kesesuaian yang lain dalam penyebutan kisah Nabi Nuh dan Nabi Musa alaihimassalam adalah Allah SWT menyebutkan dalam surah ini perkataan orang-orang musyrik kepada Nabi kita Muhammad SAW.

"Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mu'jizat) dari Tuhannya?" Maka katakanlah, "Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.” [QS Yunus: 20]

Maka sesuailah kisah Nabi Nuh as ditampilkan karena Al-Qur'an tidak pernah menyebutkan mukjizatnya sebagaimana Allah SWT memaparkan kisah nabi Musa as yang telah diberikan sembilan jenis mukjizat.

"Katakanlah, “Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mu’jizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” [QS al-An'am: 37]

"Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu...” [QS al-Isra': 59]

Keserasian yang lain adalah perbedaan kesudahan umat tiga Nabi tadi. Kaum Nabi Nuh as mendustakannya sehingga mereka ditenggelamkan. Tidak ada yang beriman kepadanya kecuali sedikit. Begitu juga dengan Firaun dan kaumnya, mereka ditenggelamkan karena mendustakan Nabi Musa as di saat Bani Israil beriman kepadanya. Adapun Nabi Yunus as, kaumnya semua beriman setelah melihat azab Allah akan diturunkan, lalu mereka berdoa kepada Allah dengan merendahkan diri sehingga azab itu diangkat kembali,

"Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya, kecuali kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” [QS Yunus: 98]

Surah ini seakan-akan berbicara kepada Nabi kita Muhammad SAW, "Kamu tidak mampu menunjuki kaummu. Kewajibanmu hanyalah menyampaikan dakwah dan kamilah yang menentukan kesudahan urusan mereka."

Bahkan Surah inipun telah memaparkannya dengan jelas:

"Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.” [QS Yunus: 46]

Adapun kesesuaian yang lain juga adalah Nuh dan Musa alaihimassalam termasuk dari golongan Ulul Azmi yang telah berdakwah dan bersabar, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya mengikuti jejak mereka,

"Maka bersabarlah kamu seperti bersabarnya orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul.” [QS al-Ahqaf: 35]

Nabi Nuh as berdakwah kepada kaumnya selama 950 tahun. Dia menyeru mereka pada waktu malam dan siang. Akan tetapi kaumnya justru menjauhinya tanpa ada perubahan.

Nabi Musa as berdakwah kepada Firaun yang enggan beriman, kemudian ia disakiti oleh kaumnya sendiri, Bani Israil. Dan ketika Rasulullah SAW disakiti oleh kaumnya, maka beliau berkata.

"Semoga Allah SWT merahmati Musa, ia telah disakiti lebih daripada ini akan tetapi ia tetap bersabar."

Surah ini seakan-akan berkata kepada Nabi kita Muhammad SAW, "Bersabarlah sebagaimana Nuh dan Musa bersabar dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan."

Sesuatu yang unik dari tiga kisah ini adalah kisah yang berkaitan dengan air. Allah SWT menenggelamkan kaum Nabi Nuh as dengan air yang tercurah dan mata air- mata air yang terpancar dari perut bumi, maka bersatulah air-air itu untuk satu urusan yang telah ditetapkan. Allah menyelamatkannya dan orang-orang yang berada di dalam bahtera yang penuh muatan yang terbuat dari papan dan kayu.

Allah SWT membelah lautan bagi Nabi Musa as, menyelamatkan Bani Israil dan menenggelamkan Firaun dan pengikutnya. Adapun Nabi Yunus as, beliau berlayar dengan menaiki kapal yang penuh muatan sehingga ia ditelan ikan hiu pada kegelapan lautan dan tiga jenis kegelapan.


Rasulullah SAW yang penyanyang dan penuh kasih sayang, menyeru kaumnya dan sangat menginginkan supaya mereka beriman. Sehingga hampir saja Rasulullah binasa karena kesedihan terhadap mereka. Allah SWT berkata kepadanya melalui firmanNya
"…Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka….” [QS al-Hijr: 88]

"Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” [QS as-Syu'ara: 3]

Allah SWT berfirman:

"Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mandatangkan mu’jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.”
[QS al-An'am: 35]

Allah SWT berfirman dalam Surah Yunus,

"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?. Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” [QS Yunus: 99-100]

Sungguh tidak tepat jika seseorang berpikir bahwa dia mampu menunjuki semua manusia atau menyatukan mereka dalam satu perkataan yang benar. Sesungguhnya yang demikian itu bertentangan dengan sunnatullah dan takdirNya, karena itu diluar kemampuan manusia. Mereka akan senantiasa berselisih pendapat
"Janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” [QS al-An'am: 35]

Kewajiban seorang dai hanyalah mengikuti perintah Allah SWT dan menyampaikan dakwah kepada manusia. Tidak ada kewajibanmu kecuali menyampaikan. Katakanlah sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi SAW melalui firman Allah SWT,
"Katakanlah, “Hai manusia, jika kamu masih dalam karagu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman. Dan (aku telah diperintah), “Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik. Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” [QS Yunus: 104-106]

Inilah realitas dari sebuah keteguhan dan keyakinan.

Dan pada akhir Surah Yunus,

"Katakanlah, “Hai manusia”, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya

(petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 108-109]
Sesungguhnya dua asas yang sangat agung dan saling berkaitan,

"Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah…” [QS Yunus: 109].

Yaitu mengikuti wahyu dan bersabar atas jalan yang sulit. Siapa saja yang menempuh dua hal ini, maka ia telah mengikuti cara para Nabi dalam menjalankan aktivitas dakwah. Dan kurang dalam dua hal itu akan mempengaruhi kesempurnaan urusan kegiatan dakwah.

Berbagai golongan terjatuh kepada kesesatan, penyimpangan dan meringankan urusan agama adalah disebabkan abai dalam mengikuti prinsip ittiba'. Sementara kurangnya kesabaran akan menyebabkan ekstrimisme dan pemberontakan.

Petunjuk yang ril adalah petunjuk Allah SWT yaitu menyatukan di antara sabar dan

patuh.
" Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 109]
"Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” [QS ar-Rum: 60]
"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan Dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur'an yang lain dari ini (atau gantilah dia)". Katakanlah: " Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).” [QS Yunus: 15-16]

Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah dari para Nabi dan RasulNya. Sekalipun demikian kehidupan mereka secara umum, dan khususnya saat mereka diutus banyak dihabiskan dengan bergaul dan berdebat dengan orang-orang musyrik. Berada dalam satu majlis dan berkumpul dalam berbagai sikap. Para Nabi mendengarkan sesuatu yang tidak sesuai dari kaum mereka. Syirik dan perbuatan munkar yang mereka benci diterobos di depan mata mereka sendiri. Meskipun mereka yang paling mengetahui tentang keagungan Allah SWT dan paling marah terhadap pelanggaran hukum-hukum Allah, akan tetapi itu tidak memalingkan mereka dari berdakwah, memberikan penjelasan, nasehat, kasih sayang, bersabar dan gigih dalam menyelamatkan orang yang telah mendapat ketetapan rahmat dan namanya termasuk dari golongan orang-orang yang beruntung.

Walaupun bersedih terhadap kemunkaran yang tersebar itu merupakan sifat orang-orang yang shaleh dan sebagai pahala bagi mereka, akan tetapi Allah SWT melarang nabiNya keterlaluan dalam bersedih agar ia tidak putus asa dan berpaling. Maka janganlah binasakan dirimu karena kesedihan terhadap mereka. Boleh jadi kamu akan membinasakan dirimu berduka cita karena mereka tidak beriman dengan Al Quran ini. Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginknnya.

Sesungguhnya kekafiran dan kefasikan di dunia ini diuji dengannya dua golongan manusia. Orang-orang yang ragu dicoba dengan keduanya - semoga Allah menyelamatkan kita – sebagaimana para orang shaleh diuji dengan orang-orang kafir dan fasik. Agar Allah mengetahui siapa di antara mereka yang konsisten, memberi nasehat dan perbaikan.

Siapa yang diberikan anugerah hidup dalam masyarakat yang berpegang (dengan norma agama) secara umum, dia akan merasa tergoncang ketika menyaksikan sesuatu yang di luar kebiasaan. Seakan-akan mereka tidak mengetahui bahwa para hamba Allah yang paling baik dan mulia juga telah berdepan dengan sesuatu yang lebih parah dan lebih sulit. Akan tetapi mereka tetap melakukan kewajiban mereka sambil menyerahkan hasil keputusannya kepada Allah SWT. Bisa jadi ia akan menghasilkan buah atau sebaliknya.

Bagaimanpun juga harus tetap konsisten dalam memberikan nasihat dan menyampaikan dakwah, dan tetap bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah. Jika seseorang telah melakukan sesuatu dengan kapasitasnya, maka Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dan tidak salah di sisi Allah jika sudah tidak ada lagi kesanggupan tapi tidak sebelum berusaha.
"…Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)...” [QS as-Syura: 40]

"…Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya...” [QS al-Maidah: 67] Jika engkau tidak menyampaikan dakwah. Adapun pertunjuk, ia bukanlah kewajibanmu.

Semestinyalah membiasakan diri dalam menanggung kesulitan dalam berdakwah, mengharap pahala di sisi Allah dan menunjukkan kasih sayang kepada sesama sekalipun terhadap orang-orang yang menentang dan memusuhi kita. Allah berfirman tentang NabiNya,
"Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS al-Anbiya: 107 ]

Bagi seluruh alam dari kalangan manusia, jin, orang baik dan durhaka. Agama ini ada saatnya maju dan mundur. Jika ia sedang mengalami kemunduran bukan berarti akhir dari sebuah agama dan beragama. Itu merupakan sunnatullah dan tahap dari periode umat ini, agar Allah memisahkan golongan yang buruk dari yang baik, dan mengetahui orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya dengan mengetahui indikasi makna-makna surah Yunus merupakan jaminan dalam mencapai keyakinan dan keteguhan, dan menjadi sebab berkembangnya pemikiran, tercapainya keseimbangan pandangan terhadap sesuatu hal dan cara berinteraksi dengan fenomena yang muncul.

" Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 109]

Ya Allah, Jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang menaatiMu dan mencintaiMu, dan pengikut para NabiMu yang bersabar serta penuh keyakinan.

Ucapkanlah shalawat dan salam kepada Rasul yang telah diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan pertunjuk bagi segenap manusia. Ya Allah berikanlah shalawat, salam dan keberkatan kepada hambaMu dan rasulMu, Muhammad, keluarganya yang baik lagi suci, para sahabatnya yang mulia lagi diberkati dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan sampai hari kiamat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar