Al Qur'an Adalah Mukjizat Paling Agung Nabi
Muhammad SAW.
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)
Dialah Rasulullah SAW, Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Mutthalib, seorang dari suku Quraish dari keluarga al-Hasyim,
memiliki nasab yang paling mulia di antara manusia dan yang paling baik rupa dan
akhlaknya. Allah SWT telah mensucikannya dan menjadikannya seorang manusia
pilihan. Kaumnya mengakui kebenaran dan kejujurannya pada saat ia remaja.
Bahkan sejak kecilnya. Manakala Rasulullah SAW berusia empat puluh tahun, Allah
SWT mengutusnya sebagai rahmat bagi semesta alam. Sesungguhnya Allah memandang
kepada penduduk dunia, akan tetapi Dia memurkai mereka, baik yang berbangsa
Arab atau 'Ajam (selain orang arab)
kecuali segelintir dari Ahlu Kitab
(Yahudi dan Nashrani). Kemudian Allah memandang kepada semua hati manusia dan
melihat bahwa hati Muhammad lah yang paling baik, maka diutuslah beliau SAW
untuk menyampaikan risalahNya.
Wahyu diturunkan dari langit, dan Allah SWT
memaklumkan pagi hari yang baru. Cahaya yang bersumber dari langit yang tinggi
memancar dari gua Hira, menerangi rumah, lorong, jalan dan majelis di kota
Mekkah, dan ia menyebar pada wajah orang-orang yang sedang lalu lalang.
Orang orang musyrik tercengang karena turunnya
wahyu kepada seseorang dari kalangan mereka. Mereka mendustakannya dan keadaan
menjadi kacau balau, lalu mereka berkata, "ini
seorang tukang sihir, orang gila, dongeng orang-orang dahulu dan datangkanlah
Al Qur'an yang lain dari ini atau
gantilah dia". Al Qur'an selalu mendebat mereka untuk membuktikan risalah dan kebenaran
Rasulullah sampai diturunkan Surah Yunus alaihissalam,
surah yang lengkap membicarakan tentang kebenaran risalah dan Rasulullah SAW.
Surah ini diturunkan di kota Mekkah.
Surah-surah Makkiyah memiliki aroma dan pesona tersendiri. Ia mengandung masalah
aqidah, hari kiamat, hari pembalasan, risalah, Al Qur'an dan kesudahan orang
yang beriman dan kafir. Jika kita renungkan surah ini khususnya tentang kisah
dakwah Nabi Nuh as secara terang-terangan, kisah Nabi Musa as dan kaumnya di
saat diperintahkan untuk menjadikan rumah mereka sebagai tempat beribadah,
dapat kita ambil kesimpulan bahwa surah Yunus diturunkan pada saat akhir dakwah
secara sembunyi, yaitu sebelum Rasulullah SAW berdakwah dengan cara
terang-terangan. Ia termasuk dari surah yang pertama turun di kota Mekkah.
Surah Yunus adalah salah satu dari lima surah
yang diawali dengan huruf Alif Lam Ra.
Semuanya mengandung nama seorang Nabi, yaitu: Nabi Yunus, Hud, Yusuf dan
Ibrahim alaihimussalam. Surah yang
kelima adalah surah al-Hijr, daerah
kaum Tsamud, umat Nabi Shalih as.
"Alif
laam raa. Inilah ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung hikmah. Patutkah menjadi
keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara
mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang
beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan
mereka." Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini
(Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” [QS Yunus:
1-2]
Ia merupakan kabar gembira dan peringatan. Dan
misi para Nabi dan pengikut-pengikut mereka sampai hari kiamat adalah
memberikan peringatan kepada manusia dan kabar gembira kepada orang-orang yang
beriman. Seorang pendakwah tidak boleh mengabaikan salah satu di antara
keduanya.
"Hai
Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyuru kepada Agama Allah dengan
izinNya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira
kepada orang-orang mu'min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia besar dari
Allah.” [QS al-Ahzab: 45-47]
Tanda kenabian Nabi kita yang mulia adalah Al
Qur'an yang agung. Dia membacakan dan memperdengarkannya kepada kaum Quraisy
serta menantang mereka dengan Al Qur'an.
"Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, "Dengan kurnia Allah dan
rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmatNya
itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” [QS Yunus: 57-58]
"Tidaklah
mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur'an itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya), tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu (orang-orang yang) benar." Bahkan yang
sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan
sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demi-kianlah
orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah
bagai mana akibat orang-orang yang zalim itu. Di antara mereka ada orang-orang
yang beriman kepada Al Qur'an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang
tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan.” [QS Yunus:
37-40]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Tiada
satu Nabipun dari kalangan para Nabi kecuali dia telah diberi sebagian dari
ayat-ayat yang dengannya manusia akan
beriman. Yang diberikan padaku hanyalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku.
Maka aku berharap menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya pada Hari Kiamat.” (HR Muslim)
Al
Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW.
"Dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang
tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, "Datangkanlah Al Qur'an
yang lain dari ini (atau gantilah dia)." Katakanlah, "Tidaklah patut
bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa
yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku
kepada siksa hari yang besar (kiamat)." Katakanlah, "Jikalau Allah
menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula)
memberi tahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu
beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?.” [QS Yunus: 15-16]
Ini merupakan bukti yang paling besar tentang
kenabian Rasulullah SAW. Beliau telah hidup bersama kaumnya selama empat puluh
tahun sebelum ia menerima wahyu.Kaumnya mengetahui kebenaran dan kejujurannya.
Sungguh kepada manusia saja dia tidak berani berdusta, apalagi berdusta kepada
Allah, sebagaimana dikatakan oleh Heraklius dalam hadist Abu Sufyan ra.
Allah SWT menyebutkan dalam surah Yunus tentang
tiga kisah para Nabi yang mulia, yaitu: Nabi Nuh, Musa dan Yunus alaihimusslam.
Manakala Surah ini berbicara tentang pembuktian risalah, maka sesuailah penyebutan kisah tentang tiga Nabi
tersebut. Nuh as adalah Nabi yang pertama diutus kepada penduduk bumi setelah
manusia tersesat. Sebenarnya mereka sebelumnya mengesakan Allah SWT.
Risalah Nabi
Musa as adalah risalah yang paling agung setelah Al Qur'an. Dan Allah menggandengkan keduanya di beberapa
ayat Al Qur'an sebagaimana firman Allah SWT,
"Maka
tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata,
“Mengapakah
tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada
Musa
dahulu?" Dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang
diberikan kepada Musa dahulu? mereka dahulu telah berkata, “Musa dan Harun
adalah dua ahli sihir yang bantu membantu.” Dan mereka (juga) berkata,
“Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu.” Katakanlah,
“Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat)
memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan Al Qur’an) niscaya aku
mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” [QS al-Qashas: 48-49]
Adapun Yunus as, maka sesungguhnya ia adalah
seorang Rasul yang mulia. Allah mengutusnya kepada penduduk Ninawa. Ketika
kaumnya mendustakannya, ia tidak sabar dan pergi dalam keadaan marah. Allah SWT
berfirman kepada Nabi Muhammad SAW,
"Maka
bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu
seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ...” [QS al-Qalam: 48]
Kesesuaian yang lain dalam penyebutan kisah
Nabi Nuh dan Nabi Musa alaihimassalam
adalah Allah SWT menyebutkan dalam surah ini perkataan orang-orang musyrik kepada Nabi kita Muhammad SAW.
"Dan
mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu
keterangan (mu'jizat) dari Tuhannya?" Maka katakanlah, "Sesungguhnya
yang ghaib itu kepunyaan Allah; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu sesungguhnya
aku bersama kamu termasuk orang-orang yang menunggu.” [QS Yunus: 20]
Maka sesuailah kisah Nabi Nuh as ditampilkan
karena Al-Qur'an tidak pernah menyebutkan mukjizatnya sebagaimana Allah SWT
memaparkan kisah nabi Musa as yang telah diberikan sembilan jenis mukjizat.
"Katakanlah,
“Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mu’jizat, tetapi kebanyakan mereka
tidak mengetahui.” [QS al-An'am: 37]
"Dan
sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu)
tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan
oleh orang-orang dahulu...” [QS al-Isra': 59]
Keserasian yang lain adalah perbedaan kesudahan
umat tiga Nabi tadi. Kaum Nabi Nuh as mendustakannya sehingga mereka
ditenggelamkan. Tidak ada yang beriman kepadanya kecuali sedikit. Begitu juga
dengan Firaun dan kaumnya, mereka ditenggelamkan karena mendustakan Nabi Musa
as di saat Bani Israil beriman kepadanya. Adapun Nabi Yunus as, kaumnya semua
beriman setelah melihat azab Allah akan diturunkan, lalu mereka berdoa kepada
Allah dengan merendahkan diri sehingga azab itu diangkat kembali,
"Dan
mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya, kecuali kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu),
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu.” [QS Yunus: 98]
Surah ini seakan-akan berbicara kepada Nabi
kita Muhammad SAW, "Kamu tidak mampu menunjuki kaummu. Kewajibanmu hanyalah
menyampaikan dakwah dan kamilah yang menentukan kesudahan urusan mereka."
Bahkan Surah inipun telah memaparkannya dengan
jelas:
"Dan
jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan
kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu
(sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi
atas apa yang mereka kerjakan.” [QS
Yunus: 46]
Adapun kesesuaian yang lain juga adalah Nuh dan
Musa alaihimassalam termasuk dari
golongan Ulul Azmi yang telah
berdakwah dan bersabar, maka Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya
mengikuti jejak mereka,
"Maka
bersabarlah kamu seperti bersabarnya orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari rasul-rasul.” [QS al-Ahqaf: 35]
Nabi Nuh as berdakwah kepada kaumnya selama 950
tahun. Dia menyeru mereka pada waktu malam dan siang. Akan tetapi kaumnya
justru menjauhinya tanpa ada perubahan.
Nabi Musa as berdakwah kepada Firaun yang
enggan beriman, kemudian ia disakiti oleh kaumnya sendiri, Bani Israil. Dan
ketika Rasulullah SAW disakiti oleh kaumnya, maka beliau berkata.
"Semoga
Allah SWT merahmati Musa, ia telah disakiti lebih daripada ini akan tetapi ia
tetap bersabar."
Surah ini seakan-akan berkata kepada Nabi kita
Muhammad SAW, "Bersabarlah sebagaimana Nuh dan Musa bersabar dan
janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan."
Sesuatu yang unik dari tiga kisah ini adalah
kisah yang berkaitan dengan air. Allah SWT menenggelamkan kaum Nabi Nuh as
dengan air yang tercurah dan mata air- mata air yang terpancar dari perut bumi,
maka bersatulah air-air itu untuk satu urusan yang telah ditetapkan. Allah
menyelamatkannya dan orang-orang yang berada di dalam bahtera yang penuh muatan
yang terbuat dari papan dan kayu.
Allah SWT membelah lautan bagi Nabi Musa as,
menyelamatkan Bani Israil dan menenggelamkan Firaun dan pengikutnya. Adapun
Nabi Yunus as, beliau berlayar dengan menaiki kapal yang penuh muatan sehingga
ia ditelan ikan hiu pada kegelapan lautan dan tiga jenis kegelapan.
Rasulullah SAW yang penyanyang dan penuh kasih
sayang, menyeru kaumnya dan sangat menginginkan supaya mereka beriman. Sehingga
hampir saja Rasulullah binasa karena kesedihan terhadap mereka. Allah SWT
berkata kepadanya melalui firmanNya
"…Dan janganlah kamu bersedih hati
terhadap mereka….” [QS al-Hijr: 88]
"Boleh
jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” [QS as-Syu'ara: 3]
Allah SWT berfirman:
"Dan
jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat
membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mandatangkan
mu’jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja
Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu
sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.”
[QS al-An'am: 35]
Allah SWT berfirman dalam Surah Yunus,
"Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?. Dan tidak ada seorangpun akan beriman
kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang
yang tidak mempergunakan akalnya.” [QS
Yunus: 99-100]
Sungguh tidak tepat jika seseorang berpikir
bahwa dia mampu menunjuki semua manusia atau menyatukan mereka dalam satu
perkataan yang benar. Sesungguhnya yang demikian itu bertentangan dengan
sunnatullah dan takdirNya, karena itu diluar kemampuan manusia. Mereka akan
senantiasa berselisih pendapat
"Janganlah
kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” [QS al-An'am: 35]
Kewajiban seorang dai hanyalah mengikuti perintah Allah SWT dan menyampaikan dakwah
kepada manusia. Tidak ada kewajibanmu kecuali menyampaikan. Katakanlah
sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi SAW melalui firman Allah SWT,
"Katakanlah,
“Hai manusia, jika kamu masih dalam karagu-raguan tentang agamaku, maka
(ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku
menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya
termasuk orang-orang yang beriman. Dan (aku telah diperintah), “Hadapkanlah
mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang musyrik. Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak
memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab
jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zalim.” [QS
Yunus: 104-106]
Inilah realitas dari sebuah keteguhan dan
keyakinan.
Dan pada akhir Surah Yunus,
"Katakanlah, “Hai manusia”, sesungguhnya
telah datang kepadamu kebenaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang
siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya
(petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri.
Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan
dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. Dan
ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi
keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 108-109]
Sesungguhnya dua asas yang sangat agung dan
saling berkaitan,
"Dan
ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah…” [QS Yunus: 109].
Yaitu mengikuti wahyu dan bersabar atas jalan
yang sulit. Siapa saja yang menempuh dua hal ini, maka ia telah mengikuti cara
para Nabi dalam menjalankan aktivitas dakwah. Dan kurang dalam dua hal itu akan
mempengaruhi kesempurnaan urusan kegiatan dakwah.
Berbagai golongan terjatuh kepada kesesatan,
penyimpangan dan meringankan urusan agama adalah disebabkan abai dalam
mengikuti prinsip ittiba'. Sementara
kurangnya kesabaran akan menyebabkan ekstrimisme dan pemberontakan.
Petunjuk yang ril adalah petunjuk Allah SWT
yaitu menyatukan di antara sabar dan
patuh.
"
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi
keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 109]
"Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji
Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini
(kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” [QS ar-Rum: 60]
"Dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang
tidak mengharapkan pertemuan Dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur'an
yang lain dari ini (atau gantilah dia)". Katakanlah: " Tidaklah patut
bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa
yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku
kepada siksa hari yang besar (kiamat).” [QS
Yunus: 15-16]
Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah dari
para Nabi dan RasulNya. Sekalipun demikian kehidupan mereka secara umum, dan
khususnya saat mereka diutus banyak dihabiskan dengan bergaul dan berdebat
dengan orang-orang musyrik. Berada dalam satu majlis dan berkumpul dalam
berbagai sikap. Para Nabi mendengarkan sesuatu yang tidak sesuai dari kaum
mereka. Syirik dan perbuatan munkar yang mereka benci diterobos di depan mata
mereka sendiri. Meskipun mereka yang paling mengetahui tentang keagungan Allah
SWT dan paling marah terhadap pelanggaran hukum-hukum Allah, akan tetapi itu
tidak memalingkan mereka dari berdakwah, memberikan penjelasan, nasehat, kasih
sayang, bersabar dan gigih dalam menyelamatkan orang yang telah mendapat
ketetapan rahmat dan namanya termasuk dari golongan orang-orang yang beruntung.
Walaupun bersedih terhadap kemunkaran yang
tersebar itu merupakan sifat orang-orang yang shaleh dan sebagai pahala bagi
mereka, akan tetapi Allah SWT melarang nabiNya keterlaluan dalam bersedih agar
ia tidak putus asa dan berpaling. Maka janganlah binasakan dirimu karena kesedihan
terhadap mereka. Boleh jadi kamu akan membinasakan dirimu berduka cita karena
mereka tidak beriman dengan Al Quran ini. Dan sebahagian besar manusia tidak
akan beriman walaupun kamu sangat menginginknnya.
Sesungguhnya kekafiran dan kefasikan di dunia
ini diuji dengannya dua golongan manusia. Orang-orang yang ragu dicoba dengan
keduanya - semoga Allah menyelamatkan kita – sebagaimana para orang shaleh
diuji dengan orang-orang kafir dan fasik. Agar Allah mengetahui siapa di antara
mereka yang konsisten, memberi nasehat dan perbaikan.
Siapa yang diberikan anugerah hidup dalam
masyarakat yang berpegang (dengan norma agama) secara umum, dia akan merasa
tergoncang ketika menyaksikan sesuatu yang di luar kebiasaan. Seakan-akan
mereka tidak mengetahui bahwa para hamba Allah yang paling baik dan mulia juga
telah berdepan dengan sesuatu yang lebih parah dan lebih sulit. Akan tetapi
mereka tetap melakukan kewajiban mereka sambil menyerahkan hasil keputusannya
kepada Allah SWT. Bisa jadi ia akan menghasilkan buah atau sebaliknya.
Bagaimanpun juga harus tetap konsisten dalam
memberikan nasihat dan menyampaikan dakwah, dan tetap bersabar dan mengharap
pahala di sisi Allah. Jika seseorang telah melakukan sesuatu dengan
kapasitasnya, maka Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Dan tidak salah di sisi Allah jika sudah tidak ada lagi
kesanggupan tapi tidak sebelum berusaha.
"…Kewajibanmu tidak lain hanyalah
menyampaikan (risalah)...” [QS as-Syura: 40]
"…Sampaikanlah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa
yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya...” [QS al-Maidah: 67] Jika engkau tidak
menyampaikan dakwah. Adapun pertunjuk, ia bukanlah kewajibanmu.
Semestinyalah membiasakan diri dalam menanggung
kesulitan dalam berdakwah, mengharap pahala di sisi Allah dan menunjukkan kasih
sayang kepada sesama sekalipun terhadap orang-orang yang menentang dan memusuhi
kita. Allah berfirman tentang NabiNya,
"Dan
tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.” [QS al-Anbiya: 107 ]
Bagi seluruh alam dari kalangan manusia, jin,
orang baik dan durhaka. Agama ini ada saatnya maju dan mundur. Jika ia sedang
mengalami kemunduran bukan berarti akhir dari sebuah agama dan beragama. Itu
merupakan sunnatullah dan tahap dari
periode umat ini, agar Allah memisahkan golongan yang buruk dari yang baik, dan
mengetahui orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya dengan mengetahui
indikasi makna-makna surah Yunus merupakan jaminan dalam mencapai keyakinan dan
keteguhan, dan menjadi sebab berkembangnya pemikiran, tercapainya keseimbangan
pandangan terhadap sesuatu hal dan cara berinteraksi dengan fenomena yang
muncul.
"
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi
keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik baiknya.” [QS Yunus: 109]
Ya Allah, Jadikanlah kami dari golongan
orang-orang yang menaatiMu dan mencintaiMu, dan pengikut para NabiMu yang
bersabar serta penuh keyakinan.
Ucapkanlah shalawat dan salam kepada Rasul yang
telah diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam dan pertunjuk bagi
segenap manusia. Ya Allah berikanlah shalawat, salam dan keberkatan kepada
hambaMu dan rasulMu, Muhammad, keluarganya yang baik lagi suci, para sahabatnya
yang mulia lagi diberkati dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan sampai
hari kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar