Selasa, 16 Juli 2019

Bersyukur Setelah Melakukan Ketaatan


Bersyukur Setelah Melakukan Ketaatan
Oleh : H. Salman Abdullah Tanjung, MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)



Sebagaimana hukum-hukum syari’at dan berbagai ibadah merupakan nikmat-nikmat dari Allah SWT, maka seharusnyalah kita memuji dan mensyukuriNya. Wahai para hamba Allah yang telah diberi taufiq untuk berpuasa dan qiyamullail, kalian telah mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, kalian telah menjauhi larangan-larangan-Nya. Bersyukurlah kepada Allah SWT karena Dia telah memberi petunjuk kepada kalian, memudahkan kalian untuk berbuat keta’atan dan memilih kalian di antara para hambaNya. Bersyukurlah kepadaNya dengan mengakui nikmat-nikmatNya seraya memujinya dengan lidah, menunjukkan rasa kasih sayang dan penyaksian dalam hati dan menjadikan anggota badan yang ta’at dan tunduk kepadaNya. Ya Allah, segala puji bagiMu dan rasa syukur kepadaMu, Engkau telah menunjuki kami untuk mengikuti agama Islam. Dan segala puji bagiMu dan bersyukur kepadaMu atas nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dalam menyempurnakan puasa dan shalat qiyamullail.

"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [QS al-Baqarah: 185]

Sifat syukur wahai para hamba Allah, merupakan salah satu sifat ar-Rahman yang Maha Agung dan Maha Suci Nama-NamaNya. Allah itu Maha Mensyukuri dan Sangat Mensyukuri kebaikan. Allah mensyukuri hambaNya, maksudnya, Allah memberi pahala terhadap amal hamba dan memujinya dengan pujian yang baik. Allah SWT Maha Pemberi kebaikan yang melimpah, Maha Penyanyang lagi Maha Mulia. Dia mensyukuri amal yang sedikit dan mengampuni kesalahan yang banyak. Dan salah satu dari Kemuliaan Allah SWT, Kemurahan dan KaruniaNya adalah Dia tidak akan menyiksa para hambaNya yang bersyukur.

"Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengtahui.” [QS al-Baqarah: 185]

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,

“Dan Allah menamakan diriNya Maha Mensyukuri dan Sangat Mensyukuri kebaikan dan Dia menamakan orang-orang yang bersyukur dengan dua nama tersebut, yaitu, bagiaan dari sifat dan namaNya. Cukuplah ini sebagai tanda kasih sayang dan karunia bagi orang yang bersyukur.”

Sebagaimana bersyukur adalah salah satu sifat Allah SWT, ia juga merupakan sifat orang-orang yang beriman. Dia yang patut disyukuri dan dan para hambaNya harus menyembahnya.

"Dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah.” [QS al-Baqarah: 172]

Bersyukur adalah semulia-mulia dan setinggi-tinggi ibadah. Ia juga merupakan tujuan agung dari penciptaan makhluk.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” [QS al-Nahl: 78]

Oleh karena itu, Allah memuji orang yang bersyukur dan menyebutkannya sebagai hamba pilihan. Allah berfirman tentang Nabi Nuh as,

"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” [QS al-Isra’: 3]

Dia telah menyeru kaumnya malam dan siang, dengan cara diam-diam dan terang-terangan selama 950 tahun. Akan tetapi hanya sedikit yang beriman.

Allah SWT berfirman dalam memuji kesayangan-Nya, Nabi Ibrahim as, "Sesungguhnya Nabi Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. ” [QS al-Nahl: 120-121]

Adapun Nabi kita, Tuhanku bershalawat dan mengucapkan salam kepadanya, Maka sesungguhnya dia telah menerima berbagai tantangan dari kaumnya. Dia adalah seorang hamba yang paling mensyukuri Tuhannya. Beliau SAW melaksanakan shalat malam hingga kakinya bengkak. ‘Aisyah r.a. berkata kepadanya,

"Mengapa engkau lakukan seperti ini, bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang dulu maupun yang akan datang? Rasulullah SAW menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang bersyukur.” [HR Bukhari dan Muslim]

Setelah selesai perang Uhud, Rasulullah SAW mengalami luka di badanya dan paman yang dicintainya, Hamzah r.a. telah gugur dalam medan perang. Banyak di antara para sahabatnya yang gugur dan mengalami luka parah. Sedangkan Nabi SAW sendiri pada saat itu sudah sangat keletihan dan menahan rasa sakit. Akan tetapi beliau masih tetap berkata kepada para sahabatnya:

“Berbarislah kalian,….Aku akan memujiTuhanku.”

Maka para sahabatnyapun berbaris di belakangnya, lalu Rasulullah SAW berdiri dalam waktu yang lama untuk mensyukuri dan memuji Tuhannya sebagaimana terdapat dalam Musnad Imam Ahmad.

Sesungguhnya Ridha Allah itu tercapai dengan bersyukur. Sekecil apapun nikmat yang kita terima, harus tetap disyukuri. Terdapat dalam Shahih Muslim bah

"Sesungguhnya  Allah  SWT  sangat  suka  kepada  hambaNya  yang  mengucapkan (alhamdulililah) sesudah makan dan minum.”

Ridha yang Maha Perkasa dan Maha Pengampun merupakan semulia-mulia nikmat

kelak di dalam surga bagi orang-orang yang bersyukur lagi berbuat baik. Terdapat dalam kita Shahihain bahwa Nabi SAW bersabda,

Sesungguhnya Allah SWT berkata kepada penghuni surga: “Wahai penghuni surga.”

Mereka menjawab: Labbaika rabbana wa sa’daika.

Allah berfirman: “Sudah puaskah kalian
Mereka menjawab: “Bagaimana kami tidak puas, dan Engkau telah memberi kami yang belum pernah Engkau berikan kepada seorangpun dari ciptaan-Mu.”

Allah mengatakan: “Maukah Kuberi kalian suatu yang lebih baik dari itu ?” 

Mereka bertanya: “Wahai Tuhan, apakah hal yang lebih baik itu?”

Allah mengatakan: “Aku berikan keridhaan-Ku untuk kalian, dan Aku tidak murka kepada kalian selamanya.”

Dan merupakan bagian dari mensyukuri nikmat pada hari raya adalah menggunakan nikmat Allah pada diri seseorang tanpa berlebih-lebihan dan menyombongkan diri. Terdapat dalam Musnad Imam Ahmad bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakainlah kalian dengan cara tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah suka melihat penggunaan nikmatNya pada hambaNya.”

Bertakwa kepada Allah merupakan syukur nikmat. Jika sesorang bergelimang nikmat, sementara ia lalai dari mensyukurinya serta terus menerus melakukan maksiat kepada Pemberi nikmat, maka yang demikian itu adalah istidraj atau ditarik berangsur-angsur ke arah kebinasaan. Terdapat dalam Musnad Imam Ahmad bahwa Nabi SAW bersabda

"Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj. Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” [QS al-An’am: 44]

Sesungguhnya   nikmat-nikmat   Allah   itu   tidak   bisa   dihitung.   Allah menganugerahkannya kepada para hambaNya dan Dia menyeru mereka agar mengingat dan mensyukurinya. Nikmat yang disyukuri akan tetap. Dan sebaliknya bila diingkari akan lenyap. Siapa yang bersyukur, niscaya rezekinya akan bertambah.

Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]

Setiap nikmat yang diterima seseorang walaupun sedikit saja akan ditanya pada hari kiamat. Terdapat dalam Sunan Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda,

Sungguh nikmat yang akan ditanyakan pada hamba pertama kali pada hari kiamat kelak adalah dengan pertanyaan: “Bukankah Kami telah memberikan kesehatan pada badanmu dan telah memberikan padamu air yang menyegarkan?”

Ketahuilah wahai para kaum Muslimin

Setiap nikmat wajib disyukuri. Syukur itupun adalah nikmat yang memerlukan rasa syukur. Beginilah kondisi seorang hamba yang selalu berada di antara menerima nikmat Tuhannya dan mensyukurinya hingga akhirnya ia dikumpulkan bersama orang-orang yang bersyukur.

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." [QS al-A’raf: 42-43]

Adapun ibadah tetap yang paling berdasarkan shahih Bukhari. Nabi Bersabda:  disukai Allah SWT adalah menjaga shalat fardhu dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW

"Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal- hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.”

Orang yang beriman wahai para hamba Allah, berpindah dari satu bentuk ibadah kepada bentuk ibadah yang lain, dari satu ketaatan kepada ketaatan yang lain, dari mensyukuri sesuatu kemudian mensyukuri yang lain hingga ia bertemu dengan Tuhannya. Qur’an menyebutkan,

Adapun salah satu nikmat yang sangat agung yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita di negeri yang barokah ini adalah nikmat keamanan, keselamatan, kesatuan, kasih sayang dan keharmonisan dengan pemimpin yang selalu kalian mendoakan mereka dan merekapun selalu mendoakan kalian. Tunduk patuh terhadap mereka dan merekapun berusaha untuk memberikan kesejahteraan yang optimal. Bersyukurlah kepada Allah wahai para hamba Allah

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatuakan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” [QS Ali ‘Imran: 103]

Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang bersyukur kepadaMu, berzikir mengingatMu, merasa takut kepadaMu, patuh kepadaMU, tunduk khusyu’ kepadaMU dan kembali kepadaMU.


Wahai Tuhan kami terimalah taubat kami, ampunilah dosa-dosa kami, perkenankanlah doa-doa kami, kuatkan hujjah kami, tunjukilah hati kami, benarkan perkataan kami dan cabutlah perasaaan dengki dari hati kami. Ya Allah, bantulah kami dalam mengingatMu, mensyukuri nikmatMu dan melakukan sebaik-baik ibadah kepadaMU.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar