Jalan Menuju Surga
Oleh: H. Salman
Abdullah Tanjung,MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)
Manusia dinilai bukan dari harta dan
kedudukan, tetapi ia dinilai dari kebaikan hatinya, tutur katanya, karakter
yang baik dan mengabaikan kekurang-kekurangan orang lain. Keutamaan manusia
dilihat dari apa yang diberikannya, bukan apa yang dimilikinya.
Saling berkasih sayanglah di antara kalian dan
jangan berselisih, berlemah lembutlah dan jangan bersikap kasar. Siapa yang
dipelihara oleh Allah dari fitnah, dialah orang yang paling baik diri dan hatinya
serta paling ringan bebannya. Allah berfirman yang maknanya:
"Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." [QS
al-'Ankabut: 69]
Tanggung jawab seorang muslim di dunia ini
adalah beramal dan bersungguh-sungguh, meskipun ia berhadapan dengan masa yang
sulit dan keadaan yang berat, kebenaran pasti akan mendapat pertolongan dan
orang berimanlah yang paling tinggi. Allah berfirman, maknanya:
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan
jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang beriman." [QS Ali Imran: 139]
Maka tidak pantas seseorang menanggapi
peristiwa, keadaan dan perubahan secara berlebihan. Juga jangan menjadikan hal
itu sebagai rintangan dan penghalang. Orang sukses adalah orang yang melihat
rintangan itu sebagai kesempatan untuk maju, dan setiap rintangan adalah
langkah menuju keseriusan dan pembaharuan.
Wahai orang beriman, surga itu berada dia
antara syukur Nabi Sulaiman as dan sabar Nabi Ayyub as. Allah SWT berfirman
tentang kedua Nabi yang mulia ini.
"Dia adalah
sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)." [QS Shad: 30]
Jangan lihat posisimu di depan makhluk, tetapi
lihatlah kedudukanmu di sisi Allah. Janganlah susah memikirkan dunia, dunia dan
akhirat adalah di tangan Allah SWT. Tidak usah khawatir masalah rezeki, rezeki
itu ada di sisi Allah. Jangan gelisah tentang masa depan,
semuanya ada di tangan Allah. Berusahalah dan
selalu istiqomah sebagaimana engkau diperintahkan, bukan menurut selera anda.
Teman tidak dapat berbagi kesedihan, kekasih
dan dokter tidak dapat menanggung sakitmu. Pedulilah pada dirimu sendiri dan
lakukan tanggung jawabmu, karena rezekimu tidak akan diambil oleh orang lain,
maka tidak usah khawatir. Dan amalmu tidak akan dilakukan oleh orang lain, maka
bersungguh-sungguhlah. Orang lain tidak akan menduduki posisimu, andalah yang
bertanggung jawab terhadap urusan anda. Dan ketahuilah bahwa faktor luar tidak
berpengaruh kecuali jika ada perubahan dari dalam dirimu sendirii. Allah
berfirman, maknany:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." [QS
ar-Ra'd: 11]
Medan amal ibadah dan jalan menuju surga
terbentang luas, mudah dan tidak ada batasannya.
"Beramallah kalian, sebab semuanya
dimudahkan melakukan apa yang sudah ditakdirkan."
Fungsikan Masjid-masjid sebagai institusi,
begitu juga sebaliknya, dan jadikan rumah-rumah sebagai tempat asuhan. Orang
tua, para pendidik, orang terhormat dan pembimbing, mereka semua adalah simbol
dan tauladan.
Pembaharu tidak menggantikan posisi umat,
tetapi ia berada di barisan depan. Amal kebaikan tidak terhingga, keutamaannya
tidak terhitung dan pengaruhnya tidak terbayangkan.
Berwudu menghapus dosa dan melipat gandakan
kebaikan. Melangkah ke masjid menghilangkan kesalahan dan meninggikan derajat.
Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan kaki dalam kegelapan
menuju masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.
Menunggu waktu shalat setelah shalat adalah ribath (berjaga-jaga di
jalan Allah). Baca dan renungkanlah apa yang mudah bagimu dari ayat Al-Qur'an.
Jadikanlah sebagian hadits Rasulullah itu sebagai wirid dan amalanmu. Ikutilah
majelis ilmu. Bantu orang miskin dan yang kesusahan. Berbuat baik kepada orang
tua. Sambungkan tali silaturrahmi. Bertemanlah dengan orang takwa. Bantu
saudaramu. Jenguk orang sakit. Gembirakan orang lain. Tutuplah aib saudaramu. Tolonglah
orang yang teraniaya. Berikan nasehat. Tunjukilah orang yang sesat. Berikan
minum kepada orang lain. Singkirkan gangguan dari jalan. Rendahkanlah dirimu di
hadapan Allah dengan berdoa. Banyaklah berzikir pada waktu tengah malam dan di
ujung siang hari dan pada waktu sahur.
Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat
dalam timbangan dan dicintai oleh Ar-Rahman, yaitu "subhanallahi wa
bihamdih, subhanallahi al'azim". Tegakkan kebenaran dengan melakukan
dan menyuarakannya. Lenyapkan kebatilan dengan mencegah dan meninggalkannya.
Hindarilah berdebat. Jadikan apa yang engkau ucapkan itu manfaat bagimu bukan
beban. Jadilah kunci pembuka kebaikan dan penutup kejahatan.
Dan ketahuilah bahwa awal rintangan dan
penghalang itu muncul dari diri sendiri. Allah berfirman, maknanya:
"Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa
musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua
kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata, “Dari mana
datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri." [QS Ali Imran: 165]
Apa yang sulit bagi seorang muslim, sebenarnya
mudah bagi Allah. Sesuatu yang dianggap besar, itu kecil di sisi Allah.
Kewajiban seorang hamba hanyalah mengadu kepada Allah, karena Allah SWT dengan
hikmahNya menghibur hati yang luka dan dengan keagunganNya meneguhkan orang yang lemah.
Allah tidak mengecewakan harapan. Setiap
kesulitan diiringi kemudahan. Jika Allah membuka pintu-pintu pertolonganNya,
maka pemberianNya sangatlah luas. Orang beriman tidak pernah berhenti mengharap,
meskipun banyak hal yang membuatnya putus asa, karena ia tetap yakin ada hikmah
dibaliknya, walaupun ia tidak mengetahuinya. Bahkan sebagian Ulama Salaf
berkata, "Kalau bukan karena musibah yang kita terima di dunia,
niscaya kita akan mendatangi akhirat dalam keadaan bangkrut."
Jika demikian, mari kita memandang lebih
dalam. Perhatikanlah orang yang beranggapan bahwa ia memikirkan masalah umat,
sementara ia tidak berbicara kecuali tanggung jawab yang dipikul orang lain,
orang besar maupun orang kecil. Kemudian ia melimpahkan kesalahan kepada
mereka, bahwa segala hal yang terjadi adalah sebab kekurangan dan kesalahan
mereka. Tetapi ia tidak sadar bahwa ia dalam kelalaian, tidak cermat dan
melupakan kenyataan yang sangat penting dan tanggung jawab yang besar. Ia lalai
dari tanggung jawabnya, kewajibannya dan kemampauannya. Sungguh ia lalai
sehingga ia tidak mengetahui bahwa kelengahan dan kelalaian orang lain tidak
membebaskannya atau menjadikannya alasan untuk meninggalkan tanggung jawabnya
sendiri dan melakukan kewajibannya.
Bahkan karena kelalaian yang sangat parah, ia
sibuk dengan bukan kewajibannya dan diluar tanggung jawabnya.
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya atas
kepemimpinannya."
"Setiap kalian adalah benteng pertahanan
Islam."
Kemudian lihatlah dan renungkan bagaimana
kelalaian dan kelengahannya yang semakin serius, sehingga ia sibuk dengan
perselisihan, perdebatan dan berbantah-bantahan. Dalam hal ini, kondisi dirinya
adalah lalai dan melalaikan kewajiban.
Anda bertanggung jawab dalam menyelidiki
kebenaran dan menanyakannya kepada orang yang terpercaya dan jujur. Dan
ketahuilah bahwa tersebarnya sesuatu hal dan banyaknya manusia yang
melakukannya, bukan alasan untuk mengikuti mereka dan lalai dalam mencari
kebenaran dan menyelidiknya.
Jangan sembrono dalam mengikuti media-media
social, internet dan segala hal yang menyebabkan kelemahan, kesedihan,
keraguan, kecurigaan dan kesibukan. Peliharalah waktumu, ambil yang bermanfaat
dan kerjakan amal kebaikan.
Perbantahan dan perdebatan yang memenuhi dunia
maya tidak pantas bagi seorang muslim mengikutinya, atau alasan untuk
merendahkan kehormatan Ulama, pemimpin dan kewajiban mereka dan menuduhkan
kesalahan kepada mereka, setiap orang punya tanggung jawab.
Sikap ekstrim sabagian orang, atau kelalaian,
atau lengah tidak patut dijadikan sebagai justifikasi dalam menyudutkan Agama,
hukum-hukumnya dan penganutnya. Jalan tengah itu diketahui dan jelas bagi
seseorang yang niatnya tulus, tujuannya lurus, amalnya baik dan tawakkalnya
benar kepada Allah SWT.
Wahai hamba Allah, teguhkan iman, sabar dan
tawakkal, dan ganjaran yang besar diperoleh dengan cobaan yang berat.
Alangkah indahnya wasiat Baginda Nabi SAW
kepada Pamannya, Abbas r.a. seraya bersabda,
"Mohonlah kepada Allah keselamatan di
dunia dan di akhirat."
Barangsiapa yang melakukan keabaikan, maka
sepantasnya ia bersyukur agar semakin bertambah. Dan barangsiapa yang melakukan
kejahatan, maka sepantasnyalah ia beristighfar dan bertaubat, karena taubat itu
menghapus dosa yang sebelumnya.
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami)
orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan
diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat." [QS al-Baqarah: 214]
Kesulitan, kesengsaraan dan penderitaan yang
dialami seseorang akan terlupakan semuanya kelak, sebagiamana terdapat dalam
hadits:
"Didatangkan orang yang paling sengsara
di dunia dari penghuni surga, maka iapun dicelupkan dalam celupan surga dengan
sekali celupan, maka dikatakan kepadanya, "Wahai anak Adam, apakah engkau
pernah melihat keburukan sama sekali? Apakah engkau pernah melewati kesulitan
sama sekali? Maka ia berkata menjawab, Tidak, demi Allah wahai Tuhanku, aku
tidak pernah aku merasakan keburukan sama sekali, dan aku tidak pernah melihat
kesulitan sama sekali."
Apa yang kita saksikan berupa dominasi musuh
terhadap Islam di suatu waktu dan di beberapa tempat serta ambisi mereka untuk
menyebarkan dan menonjolkan kebatilan, sehingga mereka mengira bahwa kemenangan
ada di tangan mereka. Sebanarnya itu semua adalah ujian dari Allah SWT bagi
orang yang beriman agar mereka mengetahui pada saat itu, bahwa orang beriman
tetap bertahan dalam kebenaran dan terus berjalan menuju surga yang diliputi
dengan kebencian.
"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat
luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang kafir." [QS Ali Imran: 140-141]
Bertakwalah kepada Allah SWT. Ucapkanlah
salawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar