Selasa, 16 Juli 2019

Jalan Menuju Surga


Jalan Menuju Surga
Oleh: H. Salman Abdullah Tanjung,MA
(Ketua Umum MUI Kabupaten Asahan)



Manusia dinilai bukan dari harta dan kedudukan, tetapi ia dinilai dari kebaikan hatinya, tutur katanya, karakter yang baik dan mengabaikan kekurang-kekurangan orang lain. Keutamaan manusia dilihat dari apa yang diberikannya, bukan apa yang dimilikinya.

Saling berkasih sayanglah di antara kalian dan jangan berselisih, berlemah lembutlah dan jangan bersikap kasar. Siapa yang dipelihara oleh Allah dari fitnah, dialah orang yang paling baik diri dan hatinya serta paling ringan bebannya. Allah berfirman yang maknanya:


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." [QS al-'Ankabut: 69]

Tanggung jawab seorang muslim di dunia ini adalah beramal dan bersungguh-sungguh, meskipun ia berhadapan dengan masa yang sulit dan keadaan yang berat, kebenaran pasti akan mendapat pertolongan dan orang berimanlah yang paling tinggi. Allah berfirman, maknanya:

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman." [QS Ali Imran: 139]

Maka tidak pantas seseorang menanggapi peristiwa, keadaan dan perubahan secara berlebihan. Juga jangan menjadikan hal itu sebagai rintangan dan penghalang. Orang sukses adalah orang yang melihat rintangan itu sebagai kesempatan untuk maju, dan setiap rintangan adalah langkah menuju keseriusan dan pembaharuan.

Wahai orang beriman, surga itu berada dia antara syukur Nabi Sulaiman as dan sabar Nabi Ayyub as. Allah SWT berfirman tentang kedua Nabi yang mulia ini.

"Dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)." [QS Shad: 30]

Jangan lihat posisimu di depan makhluk, tetapi lihatlah kedudukanmu di sisi Allah. Janganlah susah memikirkan dunia, dunia dan akhirat adalah di tangan Allah SWT. Tidak usah khawatir masalah rezeki, rezeki itu ada di sisi Allah. Jangan gelisah tentang masa depan,


semuanya ada di tangan Allah. Berusahalah dan selalu istiqomah sebagaimana engkau diperintahkan, bukan menurut selera anda.

Teman tidak dapat berbagi kesedihan, kekasih dan dokter tidak dapat menanggung sakitmu. Pedulilah pada dirimu sendiri dan lakukan tanggung jawabmu, karena rezekimu tidak akan diambil oleh orang lain, maka tidak usah khawatir. Dan amalmu tidak akan dilakukan oleh orang lain, maka bersungguh-sungguhlah. Orang lain tidak akan menduduki posisimu, andalah yang bertanggung jawab terhadap urusan anda. Dan ketahuilah bahwa faktor luar tidak berpengaruh kecuali jika ada perubahan dari dalam dirimu sendirii. Allah berfirman, maknany:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." [QS ar-Ra'd: 11]

Medan amal ibadah dan jalan menuju surga terbentang luas, mudah dan tidak ada batasannya.

"Beramallah kalian, sebab semuanya dimudahkan melakukan apa yang sudah ditakdirkan."

Fungsikan Masjid-masjid sebagai institusi, begitu juga sebaliknya, dan jadikan rumah-rumah sebagai tempat asuhan. Orang tua, para pendidik, orang terhormat dan pembimbing, mereka semua adalah simbol dan tauladan.

Pembaharu tidak menggantikan posisi umat, tetapi ia berada di barisan depan. Amal kebaikan tidak terhingga, keutamaannya tidak terhitung dan pengaruhnya tidak terbayangkan.

Berwudu menghapus dosa dan melipat gandakan kebaikan. Melangkah ke masjid menghilangkan kesalahan dan meninggikan derajat. Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan kaki dalam kegelapan menuju masjid, bahwa ia akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Menunggu waktu shalat setelah shalat adalah ribath (berjaga-jaga di jalan Allah). Baca dan renungkanlah apa yang mudah bagimu dari ayat Al-Qur'an. Jadikanlah sebagian hadits Rasulullah itu sebagai wirid dan amalanmu. Ikutilah majelis ilmu. Bantu orang miskin dan yang kesusahan. Berbuat baik kepada orang tua. Sambungkan tali silaturrahmi. Bertemanlah dengan orang takwa. Bantu saudaramu. Jenguk orang sakit. Gembirakan orang lain. Tutuplah aib saudaramu. Tolonglah orang yang teraniaya. Berikan nasehat. Tunjukilah orang yang sesat. Berikan minum kepada orang lain. Singkirkan gangguan dari jalan. Rendahkanlah dirimu di hadapan Allah dengan berdoa. Banyaklah berzikir pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari dan pada waktu sahur.

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat dalam timbangan dan dicintai oleh Ar-Rahman, yaitu "subhanallahi wa bihamdih, subhanallahi al'azim". Tegakkan kebenaran dengan melakukan dan menyuarakannya. Lenyapkan kebatilan dengan mencegah dan meninggalkannya. Hindarilah berdebat. Jadikan apa yang engkau ucapkan itu manfaat bagimu bukan beban. Jadilah kunci pembuka kebaikan dan penutup kejahatan.

Dan ketahuilah bahwa awal rintangan dan penghalang itu muncul dari diri sendiri. Allah berfirman, maknanya:

"Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata, “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." [QS Ali Imran: 165]

Apa yang sulit bagi seorang muslim, sebenarnya mudah bagi Allah. Sesuatu yang dianggap besar, itu kecil di sisi Allah. Kewajiban seorang hamba hanyalah mengadu kepada Allah, karena Allah SWT dengan hikmahNya menghibur hati yang luka dan dengan keagunganNya  meneguhkan orang yang lemah.

Allah tidak mengecewakan harapan. Setiap kesulitan diiringi kemudahan. Jika Allah membuka pintu-pintu pertolonganNya, maka pemberianNya sangatlah luas. Orang beriman tidak pernah berhenti mengharap, meskipun banyak hal yang membuatnya putus asa, karena ia tetap yakin ada hikmah dibaliknya, walaupun ia tidak mengetahuinya. Bahkan sebagian Ulama Salaf berkata, "Kalau bukan karena musibah yang kita terima di dunia, niscaya kita akan mendatangi akhirat dalam keadaan bangkrut."

Jika demikian, mari kita memandang lebih dalam. Perhatikanlah orang yang beranggapan bahwa ia memikirkan masalah umat, sementara ia tidak berbicara kecuali tanggung jawab yang dipikul orang lain, orang besar maupun orang kecil. Kemudian ia melimpahkan kesalahan kepada mereka, bahwa segala hal yang terjadi adalah sebab kekurangan dan kesalahan mereka. Tetapi ia tidak sadar bahwa ia dalam kelalaian, tidak cermat dan melupakan kenyataan yang sangat penting dan tanggung jawab yang besar. Ia lalai dari tanggung jawabnya, kewajibannya dan kemampauannya. Sungguh ia lalai sehingga ia tidak mengetahui bahwa kelengahan dan kelalaian orang lain tidak membebaskannya atau menjadikannya alasan untuk meninggalkan tanggung jawabnya sendiri dan melakukan kewajibannya.

Bahkan karena kelalaian yang sangat parah, ia sibuk dengan bukan kewajibannya dan diluar tanggung jawabnya.

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya."

"Setiap kalian adalah benteng pertahanan Islam."

Kemudian lihatlah dan renungkan bagaimana kelalaian dan kelengahannya yang semakin serius, sehingga ia sibuk dengan perselisihan, perdebatan dan berbantah-bantahan. Dalam hal ini, kondisi dirinya adalah lalai dan melalaikan kewajiban.

Anda bertanggung jawab dalam menyelidiki kebenaran dan menanyakannya kepada orang yang terpercaya dan jujur. Dan ketahuilah bahwa tersebarnya sesuatu hal dan banyaknya manusia yang melakukannya, bukan alasan untuk mengikuti mereka dan lalai dalam mencari kebenaran dan menyelidiknya.

Jangan sembrono dalam mengikuti media-media social, internet dan segala hal yang menyebabkan kelemahan, kesedihan, keraguan, kecurigaan dan kesibukan. Peliharalah waktumu, ambil yang bermanfaat dan kerjakan amal kebaikan.

Perbantahan dan perdebatan yang memenuhi dunia maya tidak pantas bagi seorang muslim mengikutinya, atau alasan untuk merendahkan kehormatan Ulama, pemimpin dan kewajiban mereka dan menuduhkan kesalahan kepada mereka, setiap orang punya tanggung jawab.

Sikap ekstrim sabagian orang, atau kelalaian, atau lengah tidak patut dijadikan sebagai justifikasi dalam menyudutkan Agama, hukum-hukumnya dan penganutnya. Jalan tengah itu diketahui dan jelas bagi seseorang yang niatnya tulus, tujuannya lurus, amalnya baik dan tawakkalnya benar kepada Allah SWT.

Wahai hamba Allah, teguhkan iman, sabar dan tawakkal, dan ganjaran yang besar diperoleh dengan cobaan yang berat.

Alangkah indahnya wasiat Baginda Nabi SAW kepada Pamannya, Abbas r.a. seraya bersabda,

"Mohonlah kepada Allah keselamatan di dunia dan di akhirat."

Barangsiapa yang melakukan keabaikan, maka sepantasnya ia bersyukur agar semakin bertambah. Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan, maka sepantasnyalah ia beristighfar dan bertaubat, karena taubat itu menghapus dosa yang sebelumnya.

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat." [QS al-Baqarah: 214]

Kesulitan, kesengsaraan dan penderitaan yang dialami seseorang akan terlupakan semuanya kelak, sebagiamana terdapat dalam hadits:

"Didatangkan orang yang paling sengsara di dunia dari penghuni surga, maka iapun dicelupkan dalam celupan surga dengan sekali celupan, maka dikatakan kepadanya, "Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat keburukan sama sekali? Apakah engkau pernah melewati kesulitan sama sekali? Maka ia berkata menjawab, Tidak, demi Allah wahai Tuhanku, aku tidak pernah aku merasakan keburukan sama sekali, dan aku tidak pernah melihat kesulitan sama sekali."

Apa yang kita saksikan berupa dominasi musuh terhadap Islam di suatu waktu dan di beberapa tempat serta ambisi mereka untuk menyebarkan dan menonjolkan kebatilan, sehingga mereka mengira bahwa kemenangan ada di tangan mereka. Sebanarnya itu semua adalah ujian dari Allah SWT bagi orang yang beriman agar mereka mengetahui pada saat itu, bahwa orang beriman tetap bertahan dalam kebenaran dan terus berjalan menuju surga yang diliputi dengan kebencian.

"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir." [QS Ali Imran: 140-141]

Bertakwalah kepada Allah SWT. Ucapkanlah salawat dan salam kepada Rasulullah SAW.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar