Titel Akademik Bukan Sebuah Prestasi Atau Prestise Tapi Tidak Lebih Dari Salah Satu Indikator Atau Tangga Keberhasilan
B |
aik di dunia Arab maupun di benua India, titel akademik pada
umumnya tidaklah menjadi satu kebanggaan bagi seseorang., Kualifikasi akademik
tidak lebih dari sebagai jenjang atau fase pendidikan untuk mencapai ilmu
sebanyak-banyaknya. Sangat berbeda saat sekarang ini, fenomena yang terjadi
ditanah air titel manjadi tren setter. Di dunia pendidikan lumrah menjadi
persaratan mutlak dari pihak rektorat setiap kampus, bagi yang ingin lulus dari
strata II dan III , diharuskan menguasai dua bahasa Internasional. Oleh sebab
itu satu cerminan bagi kita menyaksikan betapa lemahnya sistem pendidikan kita
saat ini, pada umumnya yang sudah berhasil memegang ijazah strata III dan
berhasil diwisuda, bahkan tidak sedikit yang telah meraih gelar Profesor, tidak mampu menguasai satu bahasa dunia Islam
sekalipun.
Keberhasilan seseorang dalam mengaplikasikan
ilmunya dapat dilihat dari dua hal :
Pertama : Dari karya-karya ilmiyah yang disajikannya melalui
tulisan-tulisan, jika tulisan itu berbobot dan memenuhi syarat akademik maka
dia akan disegani oleh sesiapapun, tidak hanya orang biasa, juga demikian
dengan orang-orang pintar yang sudah memiliki gelar Doktor atau Profesor.
Kedua :
Melalui pengaruh ilmunya ditengah-tengah khalayak ramai, melalui
ceramah-ceramah yang sangat bernash dan dapat di pertanggung jawabkan. Oleh
karena itu titel akademik di negara ini hanya merupakan indikator atau penunjang
keberhasilan. Sebut saja contohnya dizaman modern ini Syeikh Nasyiruddin
al-Albani, Syekh Abdul Qadir al-Arnauth, Syuaib al-Arnauth ketiga-tiga orang
ini hanya tamatan ma’had tingkat Stanawiyah (Aliyah di Indonesia) mereka
ulama yang sangat disegani dibidang hadis, ketiga-tiganya hidup dan besar
menuntut ilmu di Damascus Syria sudah memasuki era modern, Syekh al-Himshiy
pakar dalam Bahasa Arab dan sastra berasal dari kota Hums Syria. Dari Mesir
seperti keluarga Ahmad Syakir pakar dalam hadis, adiknya Mahmud Syakir pakar
dalam Bahasa dan Sastra Arab, Hasan Albanna pemikir dan mujahid Islam. Dari
Hijaz seperti Syekh Abdullah Bin Baz Mufti dan ulama dalam hadis. Dari India
Abul Hasan Ali an-Nadwi penulis dan pemikir Islam, Abul A’la Almaududi pemikir
dan penulis, Syeikh al-A’zhamiy ulama Hadis. Seperti mereka itu sangat banyak
dan diakui siapa saja yang membaca karya-karya mereka.
Sewaktu saya belajar di Syria guru-guru saya
mengatakan seorang yang ingin melanjutkan ke jenjang S.2 (Pasca Sarjana) terutama
bagi mahasiswa asal Arab harus terlebih dahulu memiliki pengalaman
sekurang-kurangnya dua tahun mengajar di salah satu perguruan Islam, agar
ilmunya seimbang dengan pengalamannya, dan itu dibolehkan bagi seseorang
sekurang-kurangnya sudah mencapai umur 28 tahun. Dan untuk program Doktor
minimal berumur 35 tahun.
Berbeda zamannya di Indonesia titel menjadi
sebuah prestasi dan prestise bahkan menjadi satu kebanggaan bagi banyak orang.
Bisa sebuah ide yang datang dari seseorang yang tidak memiliki titel akan dianggap
tidak berbobot dan tidak diterima oleh pihak akademisi.
“Sebenarnya sebuah ilmu dikatakan sebagai
ilmu, apabila sesuai dengan kenyataan yang di dasari pada fakta-fakta dan
dasar-dasar dalil yang kuat dari siapapun ia datangnya, kemudian dia melakukan
tugasnya dengan ikhlas, dibarengi dengan kesalehan dan ditimpali dengan ibadah
sebagai pendekatan diri kepada Tuhan”.
Karya-Karya Ilmiah Ulama-Ulama India
Di Berbagai Bidang Ilmu
I.
Bidang Hadis
NO |
NAMA KITAB |
KARYA |
KETERANGAN |
1 |
Masyariqul Anwarunnabawiyah |
Syeikh Hasan Muhammad as- Shoghoni
al-Lahori |
Kumpulan-kumpulan hadits saheh yang
terkandung pada Kutub al-Sittah |
2 |
Kanzu al-Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa-al-Af’al |
Syeikh ‘Ala Uddin Bin Hisyamuddin
al-Muttaqi (w. 973 H) |
Rangkuman dari kitab-kitab hadis
menjadi satu kitab yang sebelumnya masih terpencar-pencar |
3 |
Al-Urwat al-Wutsqa li-Muttabi’I
as-Sunnah Sayyid al-Wara |
Syeikh al-Shiddiqi al-Alahabadi |
Mengandung fiqh seperti kitab-kitab
al-Sunan |
4 |
Khair al-Mawa’izh |
Abu al-Roja Muhammad Zaman as-Syah
Jahanpuri |
Buku ini mengandung hadis-hadis
mengikuti cara penulisan Riyadh as-Shalihin karya Imam An-Nawawi |
5 |
Syarh al-Muntaqa Li Ibn al-Jaruud |
Mufti Shibghatullah Bin Ghaust
as-Syafi’i al-Madrasi |
|
6 |
Sathi’at al-Anwar Min Kalam Sayyid
al-Abrar |
Syeikh Nashiruddin al-Burhan Puri |
|
7 |
Hidayat al-Ghawi Ila al-Majaalis
as-Sawiy Fi at-Thibbi an-Nabawi |
Syekh Muhammad Ghauts al-Madrasi |
Kumpulan hadis-hadis yang berkaitan
dengan kedokteran |
8 |
Sulthan al-Adzkar |
Syekh Nurul Hasan Bin Shiddiq Hasan
Khan |
Mencakup ringkasan dari kitab Amal
al-Yaum Wa al-Lailat karya Ibnu as-Sunniy |
9 |
Hadis al-Arba’in |
Imam Waliyyullah al-Dahlawi |
Empat puluh hadis melalui perantara
Shahabat Ali Karramallah Wajhah |
10 |
Tarjuman al-Sunnah |
Syekh Badr al-Alam al-Mirati |
Kitab Hadis empat jilid besar |
11 |
Astar al-Sunnah |
Syeikh Zhahir Ahsan al-Nimawi |
Kitab ini memuat hadis-hadis yang
mendukung pendapat-pendapat madzhab Abu Hanifah |
12 |
Syarh al-Thahawi |
Syeikh Muhammad Yusuf al-Kandahlawi |
Syarah dibidang hadis |
13 |
Al-Ta’liq al-Shaheh Ala Misykat
al-Mashabih |
Syeikh Muhammad Idris al-Kandahlawi |
Syarah hadis dibidang hukum |
14 |
Al-Mushthafa |
Syeikh Ya’qub al-Bayani al-Lahori |
Dibidang sejarah Nabi |
15 |
Al-Muhalla |
Syekh Salamullah al-Dahlawi |
Di bidang hadis |
16 |
Al-Musawwa |
Syeikh Waliyyullah al-Dahlawi |
Di bidang hadis |
17 |
Hidayat al-Salik |
Al-Imam al-Mufti Shibghatullah
al-Madrasi |
Syarah Shaheh al-Buhkari |
18 |
Faidh al-Bari |
Sayyid Abu al-Awwal al-Husaini |
Syarah Shaheh al-Bukhari |
19 |
Al-Khair al-Jari |
Syeikh Ya’qub al-Bayani al-Lahori |
Syarah Shaheh al-Bukhari |
20 |
Anwar al-Bari |
Syeikh Sayyid Ahmad Ridho al-Bajnuri |
Syarah Shaheh al-Bukhari (Dalam
Bahasa Urdu) |
21 |
Almu’allim |
Syeikh Ya’qub al-Bayani al-Lahori |
Syarah Shaheh Muslim |
22 |
Al-Mathar al-Istajjaj Fi Syarh
al-Muslim Ibni al-Hajjaj |
Syeikh Waliyyullah Ahmad al-Muttaqi
al-Farrukhabadi |
Syarah Shaheh Muslim |
23 |
Fath al-Mulhim |
Syeikh Shabir Ahmad al-Utsmani |
Syarah Shaheh Muslim |
24 |
Al-Taqliq al-Mahmud |
Syeikh Fakhr al-Hasan al-Ghanghuhi |
Syarah Sunan Abi Daud |
25 |
Ja-Izat al-Sya’wazi |
Syeikh Isyfaq al-Rahman al-Kandahlawi |
Syarah shaheh al-Tirmidzi |
26 |
Al-Thoib al-Syaziy |
Syeikh Isyfaq al-Rahman al-Kandahlawi |
Syarah shaheh al-Tirmidzi |
27 |
Tuhfatu al-Ahwazi Fi Syarh al-Tirmidzi |
Syeikh Abdurrahman al-Mubarah Puri |
Syarah shaheh al-Tirmidzi dalam lima
jilid besar, sebagian penerbit membukukannya dalam sembilan sampai sebelas
jilid |
28 |
Ar-Raudh al-Raba Fi Syarh Sunan
al-Mujtaba (Sunan an-Nasaiy) |
Syeikh Wahi az-Zaman al-Lucknowi |
Syarah Sunan an-Nasaiy |
29 |
Raf’ul Ujajah |
Syeikh Wahi az-Zaman al-Lucknowi |
Syarah Sunan Ibnu Majah |
30 |
Syarh Nukhbat al-Fikar |
Syeikh Wahiduddin al-‘Alawi al-Gujrati |
Syarah / Komentar dalam Ilmu Hadis |
31 |
Im’an an-Nazhor Fi Syarh Nukhbat
al-Fikar |
Syekh Akram al-Sindi |
Ilmu Hadis |
32 |
Bulghat al-Gharib Fi Mushthalah Astar
al-Habib |
Sayyid Murtadha al-Husaini al-Bilkarami |
Ilmu Hadis |
33 |
Al-Asma’ al-Musaddad Fi Ruwat
al-Muwaththoi Imam Muhammad |
Syeihk Muhammad Idris al-Nakromi |
Ilmu Hadis |
34 |
Al-Hawi Ala ar-Rijal at-Thahawi |
Syeikh Maulana Habib ar-Rahman
al-A’zhami |
Tokoh-tokoh perawi hadis |
35 |
Al-Yani’ al-Jaani Fi Asanid al-Syeikh
Abdulghani |
Syeikh Muhsin Yahya al-Turahati |
Mushthalah Hadis |
II.
Bidang tafsir dan disiplin ilmu lainnya.
NO |
NAMA KITAB |
KARYA |
KETERANGAN |
1 |
Tafsir al-Majdi |
Syeikh Abdul Majid ad-Diryabadi |
Konsentrasi pada perbandingan agama
berdasarkan fakta dan sejarah dan pengakuan secara ilmiah |
2 |
Tafsir al-Mazhhari |
Syeikh Tsanaullah al-Banipati |
Memberikan solusi ilmiah terhadap
ayat-ayat yang nampak bertolak belakang |
3 |
Al-Im’an Fi Aqsam Alquran |
Syeikh Hamiduddin al-Farahi |
Konsentrasi pada ayat-ayat yang
menggunakan sumpah |
4 |
Nizham Alquran |
Syeikh Hamiduddin al-Farahi |
Konsentrasi pada keindahan susunan
bahasa Alquran |
5 |
Tarjuman Al-Quran |
Maulana Abu al-Kalam Azad |
|
6 |
Al-‘Abab al-Zhahir |
Syeikh Hasan Muhammad al-Shoghoni
al-Lahori |
Konsentrasi dalam Bahasa Arab, kitab
ini sangat mendapat sambutan dari kalangan ulama-ulama Arab. Berkata Imam
Syamsuddin al-Dzahabi : Imam al-Shoghoni adalah Imam di bidang bahasa Arab,
Fiqh dan Hadis |
7 |
Taj al-‘Arus Fi Syarh al-Qamus |
Sayyid Murtadha Bin Muhammad
al-Balkarami al-Zabidi |
Konsentrasi dalam bahasa Arab |
8 |
Fiqh al-Lisan |
Al-Qadhi Karamat Husein al-Kanturi (1335 H) |
Konsentrasi pada falsafah lughat dan
qowaid lughat |
9 |
Musallam al-Tsubut |
Syeikh Muhibullah Bin Abdulsyakur
al-Hanafi al-Bihari (1119 H) |
Konsentrasi pada Ushul al-Fiqh dalam
madzhab Hanafi dan merupakan kitab rujukan dari kalangan Hanafiyah |
10 |
Fath al-Mu’in bi Syarh Qurratu ‘Ain |
Syeikh Zainuddin Bin Abdul Aziz
al-Milibari al-Syafi’i |
Kitab Fiqh dalam Madzhab Syafi’i yang
banyak dibaca di negara-negara Asean |
11 |
Dan lain-lain |
|
|
III.
Majalah Dan Surat Kabar Berbahasa Arab
NO |
NAMA |
PENERBIT |
KETERANGAN |
1 |
Majalah al-Bayan |
Diterbitkan di kota Lucknow |
Di dirikan oleh Maulana Abdurrazaq dan
Syeikh Abdullah al-Imadi (sudah berhenti) |
2 |
Majalah Aljam’iyah |
Diterbitkan di Kalkuta |
Didirikan oleh Abul Kalam Azad (sudah
berhenti) |
3 |
Majalah al-Dhiya’ |
Diterbitkan di Nadwatul Ulama Lucknow
dari tahun tiga puluhan dan sekarang masih terbit dan dapat di akses melalui
internet dan sudah berganti nama menjadi”al-Ba’tsu al-Islami” |
Didirikan oleh tokoh pendiri Nadwat
al-Ulama seperti Abul Hasan Ali Annadwi |
4 |
Surat Kabar “al-Raid” |
Di terbitkan dari Nadwatul Ulama
Lucknow |
Merupakan ajang untuk mengembangkan
bakat bagi para siswa atau mahasiswa yang belajar di Dar al-Ulum Nadwatul
Ulama Lucknow |
5 |
Al-Kifah |
Terbit sekali sepekan dari kota New
Delhi |
Didirikan oleh Persatuan Ulama New
Delhi |
6 |
Al-Dakwah |
Terbit sekali sepekan dari kota New
Delhi |
Didirikan oleh “Jama’ah Islamiyah” New
Delhi |
7 |
Shout al-Jami’ah |
Terbit satu kali dalam dua pekan |
Didirikan oleh al-Jam’iyat
al-Salafiyyah “Bennaras” |
8 |
Da’wat al-Haq |
Terbit satu kali dalam dua pekan |
Berpusat di Ma’had Dar-Al-Ulum Deoband,
sekarang berganti nama “al-Da’i” |
11 |
Irsyad al-‘Ibad |
Syeikh Zainuddin Bin Abdul Aziz
al-Milibari al-Syafi’i |
Kitab Mawa’izh diawali dengan
menyebutkan hadis atau ayat Alqran kemudian dengan cerita sebagai I’tibar dan
disertai dengan hukum-hukum Fiqh |
12 |
Kasyfu Ishthilah al-Funun |
Maulana Muhammad Asyraf Ali at-Tahawani |
Kumpulan defenisi-definisi dalam aspek
Syariah seperti Fiqh dan Ushul Fiqh |
13 |
“Jami’ al-Ulum” dikenal dengan “Dustur
al-Ulama” |
Syeikh Abdunnabi Bin Abdurrasul |
|
14 |
Mu’jam al-Mushannifin |
Syeikh Mahmud Hasan Khan al-Tunki (1366
H / 1947 M) |
Kitab yang mengumpulkan sejarah para
ulama besar sepanjang sejarah mencapai 60 jilid besar dengan 20.000 halaman,
termaktub di dalamnya 40.000 orang ulama, diringkas dari 15.000 kitab yang
sudah dibacanya |
15 |
Madza Khasira al-Alam bi Inhithat
al-Muslimin |
Sayyid Abu al-Hasan Ali al-Hasani
An-Nadwi |
Memberikan gambaran tentang keagungan
Islam dalam sejarah, runtuhnya peradaban Islam berarti runtuhnya peradaban
dunia |
16 |
Al-Shiro’ Baina al-Fikrot al-Islamiyah wa-Alfikrot
al-Gharbiyyah |
Sayyid Abu al-Hasan Ali al-Hasani
An-Nadwi |
Pemikiran Islam VS pemikiran Barat.
Kitab ini memberikan gambaran bahwa semua disiplin Ilmu milik semua manusia
bukan milik barat atau milik Islam saja. |
Masjid Banglawali Nizhamuddin Markaz
Jamaah Tabligh Old Delhi (Delhi Lama)
O |
rang yang ziarah atau datang
ke New Delhi ibu kota India, rasanya
tidak akan sempurna sebelum berkunjung ke markas Jamaah Tabligh di Nizhamuddin,
terletak di ibu kota Delhi lama.
Masjid besar Banglawali Nizhamuddin yang saya
saksikan mencapai 5 tingkat, masjid ini setiap hari di penuhi jamaah yang
berdatangan dari berbagai penjuru dunia, 24 jam setiap hari masjid Banglawali
tidak pernah sepi. Selama bermukim di India sekurang-kurangnya satu kali dalam
tiga bulan kita berziarah ke masjid Banglawali, ikut bersama jamaah untuk sekedar
mencari pengalaman atau menambah pengetahuan, bahkan saya pernah ikut khuruj
selama 10 hari ke pelosok kota New Delhi.
Hari pertama kita ziarah ke markaz jamaah
tabligh, ketika itu kita masuk ke lantai dasar dengan mengenakan pakaian yang
berbeda dengan jamaah pada lazimnya. Saya langsung bertatapan dengan beberapa
pemimpin tertinggi jamaah tabligh diantaranya Maulana Muhammad Sa’ad dan
beberapa rekannya. Sewaktu saya berdiri didekat pintu masuk, dari kejauhan
mereka memanggil saya kehadapan mereka, para petinggi jamaah ini dengan ramah
tamah menanyakan setiap orang yang datang ketempat tersebut, orang yang datang
diajak berbicara untuk menyampaikan dakwah.
Setelah lama diceramahi, saya pun minta izin bermalam untuk beberapa
hari di markaz Jamaah Tabligh, dengan senang hati kita diberi izin tinggal
tanpa dibatasi, sekaligus kita bisa beribadah bersama jamaah dan berkenalan
dengan jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia. Tempat ini merupakan
satu sarana dakwah yang diluar pikiran manusia, telah dapat menarik perhatian
para hati manusia yang berdatangan dari berbagai belahan penjuru dunia, tidak
mengenal siapa dia, dari keturunan mana dia, semuanya menyatu dalam satu hati
diatas kalimat tauhid dan satu tujuan, untuk menegakkan Islam dimuka bumi ini
dengan cara dan manhaj yang diperpegangi oleh jamaah tabligh. Tidak hanya itu
organisasi ini bisa berdiri tegak di negara yang sangat dibenci oleh penduduk
mayoritas beragama Hindu, di daerah yang dulunya penduduk sangat membenci
pendatang dari luar daerah. Dalam hati saya berkata :
“Penaklukan hati jauh lebih besar dan
lebih berpengaruh dibandingkan
penaklukan suatu negara dengan senjata oleh negara adi daya manapun”.
“Jamaah tabligh bukan penakluk manusia
dengan pedang, akantetapi penakluk manusia dengan kasih dan sayang”
Pergerakan dakwah ini terinspirasi dari
kekejaman suku “Meos”, ketika satu hari Maulana Muhammad Ilyas
berkunjung kesatu daerah yang bernama “Mewat” sebelah selatan kota New
Delhi, penduduk setempat terkenal dengan kebengisan dan kekejaman ala Barbar
dalam sejarah India.
Suku ini berasal dari keturunan “Rajput”,
raja-raja yang telah pernah memerintah India selama berabad-abad sebelum
datangnya dakwah Islam ke India. Mereka pun sangat terkenal dengan keturunan
yang fanatik dan konservatif. Keturunan inilah yang berani menghadang tentara
Islam yang dipimpin oleh Muhammad Bin Qasim al-Tsaqafi (lahir pada tahun72H
dan wafat pada tahun 95H) yang datang pada akhir abad pertama Hijriyah.
Walaupun belakangan suku ini telah memeluk
agama Islam, mereka tetap memiliki watak kejam dan tertutup, suka berperang dan
menumpahkan darah, hanya dengan pertikaian sepele. Suku ini masih aktif dalam
perayaan-perayaan yang digelar oleh golongan Hindu bahkan dalam tata cara
berpakain ala Hindu kerap dilakukan.
Watak penduduk yang begitu kejam, para da’i pun
segan memasuki wilayah-wilayah mereka. Pada dinasti Islam tahun (555- 689 H)
atau kerajaan al-Ghori suku Meos pernah melakukan kekacauan dahsyat, sehingga
Sultan Altamasy al-Ghori pada tahun 607-633 H terpaksa mengerahkan kekuatan
militernya untuk membumi hanguskan hutan belantara yang memisahkan kota Delhi
dengan daerah Mewat, agar daerah Mewat mudah diakses dan suku Meos tidak dapat
berlindung di hutan tersebut. Hutan itupun dijadikan lahan pertanian yang
sangat luas. Untuk menghindari kejahatan suku Meos dari perampokan dan
pencurian, kota Delhi di kawal aparat keamanan dengan cukup ketat, semua akses
ke Delhi di tutup setiap petang.
Tidak cukup dengan itu, Sultan Ghiatsuddin raja
Ghor ke-10 yang memerintah pada 644-686 H terpaksa menumpas suku Meos dengan
mengerahkan militer untuk menangkapi mereka atau membunuh pelaku kejahatan.
Ternyata senjata atau pedang dapat menaklukkan
kota atau raga manusia, namun tidak dapat menaklukkan hati dan jiwa suku Meos
ini, sehinnga kebengisan demi kebengisan di lakukan oleh mereka sampai akhir
1920-an.
“Barulah paradigma berpikir suku Meos
bisa diobah melalui pendekatan dakwah hasanah, lemah lembut dan hikmah oleh seorang
penakluk kerajaan hati bukan penakluk kerajaan tahta. Sang penakluk kerajaan
hati itu adalah Syekh Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi anak dari seorang
Da’i besar Maulana Ismail al-Kandahlawi”.
Sebelum berdirinya Gerakan Jamaah Tabligh
ayahanda Syeikh Muhammad Ilyas sudah berusaha dakwah kesarang-sarang suku Meos
di Selatan New Delhi, sehingga hubungan antara suku Meos dengan Syekh Ismail
cukup erat, dan saling mengunjungi pun terjadi diantara dua belah pihak. Namun
hubungan ini tidak lama, karena Syeikh Ismail al-Kandahlawi di panggil Allah
SWT.
Dengan izin Allah Ta’ala estafet perjalannan
dakwah ternyata tidak terhenti begitu saja, anak dari Syeikh Maulana Ismail
yakni Maulana Ilyas al-Kandahlawi meneruskan dakwah ayahandanya. Maulana Ilyas
pada saat itu yang memimpin sebuah Madrasah Diniyah di Basti Nizhamuddin dekat
Delhi lama, menjadi tempat tujuan suku Meos untuk belajar ilmu agama, para
orang tua mengirim anak-anak mereka untuk di ajar di madrasahnya, ternyata suku
Meos sangat simpatik kepada Syeikh Ilyas, dan ia sering di undang ke
kampung-kampung mereka. Ajaran agama yang sebenarnya pun mendapat tempat dihati
suku Meos, dulunya penantang dari saat itu mereka menjadi pejuang, dan dari
situlah bangkitnya sebuah pergerakan yang tidak bisa dipandang sebelah mata,
yang sangat berperan penting dalam menjalankan dakwah untuk penaklukkan
kerajaan hati yang murka. Pancaran dakwah itu terpatri dalam hati mereka dan
siap ditumpahkan kepada semua manusia yang melata di muka bumi ini. Gerakan ini
ada di mana-mana tapi tak bisa diarahkan ke golongan tertentu. Merekalah
penakluk bukan Amerika atau kerajaan Arab, atau tahta republik, atau nasionalis
dan komonis.
Syeikh Muhammad Ilyas telah meletakkan
dasar-dasar dakwah dalam 6 kerangka :
1. Dua Kalimat Syahadat
2. Mendirikan Shalat
3. Ilmu dan dzikir
4. Menghormati dan memuliakan orang lain
5. Ikhlas
6. Berjuang fi Sabilillah (al-Khuruj)
amar ma’ruf dan nahi munkar.
Maulana Muhammad Ilyas wafat pada 21 Rajab 1363
H / 13 Juli 1944, kemudian kepemimpinannya digantikan oleh anaknya Maulana
Muhammad Yusuf al-Kandahlawi.Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi wafat pada
tahun 1965 setelah memangku estafet amir dakwah selama dua puluh tahun. Setelah
Maulana Muhammad Yusuf wafat kepemimpinan dakwah ini di pegang oleh Maulana
In’am al-Hasan sampai wafatnya pada tahun 10 Muharram 1416 H / 10 Juni 1995 M.
Setelah wafat Maulana In’am al-Hasan kepemimpinan dakwah ini dipegang oleh
Maulana Muhammad Sa’ad sampai sekarang. Maulana Muhammad Sa’ad ini tergolong
sangat muda ketika menjabat pimpinan tertinggi jamaah ini dan merupakan cucu
keturunan Maulana Yusuf al-Kandahlawi.
Semasa kepemimpinan Maulana Muhammad Ilyas dakwah jamaah Tabligh saat itu masih konsentrasi dalam kawasan anak Benua India, pergerakan dakwah baru menembus lintas benua dan belahan dunia dimasa kepemimpinan anaknya Maulana Yusuf al-Kandahlawi. Begitulah sampai sekarang pergerakan ini semakin eksis menjalankan dakwah diberbagai penjuru dunia, simpatisannya semakin meningkat hari demi hari.
India, Tradisi Dan Budaya
I |
ndia adalah negara besar ketujuh dan berpenduduk nomor dua
terbanyak di dunia. Secara geografis India berada di Asia selatan berbatasan
dengan Pakistan, Afganistan, China, Nepal, Bhutan, Myanmar dan Bangladesh.
Sedangkan batas laut berbatasan dengan Samudera Hindia, Laut Arabia dan Laut
Bangla.
Daratan India terbagi atas tiga macam daerah
geografis, daerah pegunungan Himalaya, dataran rendah yang dibentuk oleh sungai
Indus-Gangga-Brahmaputra dan disebelah selatan terdapat semenanjung dataran
tinggi Dekkan.
India mempunyai beberapa macam aliran sungai
yaitu sungai yang bersumber dari pegunungan Himalaya seperti sungai Gangga dan
Brahmaputra yang bersumberkan salju yang mencair, sungai-sungai yang terdapat
di semenanjung seperti sungai Godavari, Krishna dan Mahanadi dan sungai yang
berada di daerah pesisir.
India kaya akan berbagai macam flora dan fauna
yang terdapat di dunia dan juga yang hanya khusus terdapat di India.
Iklim dan cuaca di India berbeda dari satu
wilayah dengan wilayah yang lain. Di beberapa wilayah, termasuk daerah pesisir,
mempunyai iklim dan cuaca yang seragam sepanjang tahun. Meskipun demikian ada
beberapa wilayah di India yang mempunyai iklim dan cuaca yang nyaman, seperti
kota-kota di wilayah tersebut, hampir semua daerah akan terasa sangat panas
pada musim panas.
Secara umum, iklim dan cuaca di India bisa dibagi sebagai berikut :
1. Bulan Maret sampai dengan Juni : musim
panas
2. Bulan Juli sampai dengan Oktober : musim
penghujan
3. Bulan November sampai dengan Pebruari :
musim dingin
Dalam bidang pertanian, berbagai macam hasil
pertanian diproduksi setiap tahunnya dan hal ini memberikan surplus produksi
pangan. Industri peternakan dan perikanan juga berkembang dengan baik.
Untuk saat ini, india telah mengembangkan areal
perindustrian yang cukup bagus. Sebagai hasilnya, India saat ini termasuk dalam
lima besar negara Industri di dunia. India telah berhasil memproduksi berbagai
macam hasil industri dan barang kebutuhan pokok. Selain itu, India juga telah
berhasil dalam usahanya untuk mengembangkan riset dalam bidang sains dan
teknologi. Hal ini terbukti dengan berhasilnya India dalam memanfaatkan tenaga
nuklir demi perdamaian, begitu juga halnya dengan riset di bidang ruang angkasa
dan satelit dan riset di bidang teknologi komunikasi serta dalam bidang
bioteknologi. India juga merupakan negara terbesar ketiga dalam bidang
penyediaan sumber daya manusia dalam bidang sains dan teknologi. Beberapa
ilmuan besar India, seperti peraih penghargaan hadiah Nobel C.V Raman, Homi
Baba, J.C Bose, Satyen Bose, Hargovind Khorana, S. Chandrasekhar dan Amartya
Sen (peraih hadiah Nobel dalam bidang ekonomi), telah mendapatkan penghargaan
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dalam sejarahnya, India merupakan daerah yang
mempunyai berbagai macam kebudayaan yang kontiniu selama 5000 tahun. Kebudayaan
di lembah Indus (3000 SM s/d 1500 M) telah diikuti dengan zaman Vedic, yang
berbahasakan Sansekerta, (1500 SM s/d 500 SM). Kerajaan pertama di India,
kerajaan Maurya, dimulai oleh raja Chandragupta Maurya (274-237 SM).
Kerajaan-kerajaan setelah raja Asoka dipimpin oleh raja-raja seperti Gupta,
Pratihara, Pala, Chalukya Chola dan dinasti keluarga Pandya. Keadaan ini
diikuti oleh zaman kekuasaan Islam pada sekitar abad ke-9 M dan diikuti dengan
kedatangan Bangsa Eropa, terutama bangsa Inggris, pada abad ke-17 M.
Pada tanggal 15 Agustus 1947, India memperoleh
kemerdekaan dari Inggris. Sebagai negara yang merdeka, India mengambil sistem
parlemen sebagai sarana pemerintahan dengan beberapa negara bagian dan
memproklamirkan diri sebagai satu Negara Republik Demokratik.
India dibagi menjadi 25 Negara Bagian, 7
wilayah Kesatuan. Negara-negara bagian tersebut mempunyai kekuasaaan otonomi
sendiri yang cukup luas sedangkan wilayah-wilayah Kesatuan dipimpin langsung
oleh Presiden melalui kepala pemerintahan yang dikenal dengan Panchayati Raj
dimana hal ini adalah satu sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan
independen bagi satu daerah untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan program
kerja dalam tingkat wilayah / distrik, blok dan desa.
Semua orang dewasa mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dalam politik.
Lagu Jana-gana-mana, yang dikarang oleh
komposer besar Rabindranath Tagore, ditetapkan oleh Dewan Konstituante sebagai
lagu Nasional India pada tanggal 24 Januari 1950. Bahasa Hindi adalah bahasa
resmi pemerintahan dan bahasa Inggris juga dipakai sebagai bahasa penghubung.
Selain itu ada sekitar 16 bahasa lainnya selain Hindi dan Inggris yang
ditetapkan di dalam undang-undang sebagi bahasa resmi yang boleh dipakai dalam pelaksanaan
pemerintahan di negara-negara bagian.
India mempunyai masyarakat dan budaya yang
beragam yang menyebar di seluruh pelosok negeri, tetapi mempunyai hubungan yang
seimbang dan harmonis antara satu dan yang lain. Sedangkan sikap-sikap
masyarakat yang muncul merupakan cerminan dari kepercayaan tradisional, agama
yang dipeluk dan tingkat berinteraksi mereka dengan masyarakat dan sistem
politik modern India adalah sebuah negara yang sekuler. Penganut agama Hindu
adalah kelompok terbesar yang diikuti oleh penganut agama Islam, Kristen, Sikh,
Budha, Jain dan Parsi. 70 % dari seluruh penduduk India tinggal di daerah
pedesaan dengan bergantung pada pertanian atau agro bisnis kecil. Perkotaan,
muncullah kemudian kelas-kelas sosial baru dalam masyarakat, kelas menengah dan
kelas pekerja, yang mempunyai susunan sosial dan budaya yang berbeda atau
plural.
Dalam bidang seni, terutama dalam bidang seni
pahat, arsitektur dan seni lukis, India mempunyai sejarah yang sangat kaya.
Arsitektur di Goa Ajanta dan lukisan di dinding Goa Ajanta dan Ellora, Candi
Khajuraho, seni lukis Mughal dan Rajasthan dan Taj Mahal adalah beberapa contoh
dari peninggalan kebudyaaan di India. Seni kerajinan tangan dan tekstil juga
sesuatu yang sangat terkenal sejak dulu.
Hasil karya seni ini juga merupakan sarana
penyebaran mitos, legenda dan hal-hal yang lain yang merupakan ciri khusus bagi
suatu wilayah. Contoh terkenal dari hasil karya seni ini antara lain adalah
bordir khas Benggala dan kain sutra dari Varanasi.
Tradisi literatur India terdiri dari
peninggalan karya sastra dari bahasa Sansekerta, Prakrit dan Pali. Samhita dan
Upanishads adalah dua contoh karya sastra yang berisi tentang sosiologi,
filosofi dan agama. Peninggalan tulisan-tulisan ilmiah dalam bidang kedokteran,
sains, matematika dan lainnya juga tak kalah majunya. Contoh yang paling utama
dalam bidang literatur adalah dua epos besar, Mahabarata dan Ramayana, yang
juga begitu terkenal di Indonesia. Bahasa-bahasa yang timbul dari bahasa
Sansekerta, seperti bahasa Benggali, Gujarati, Hindi, Marathi juga mempunyai
sumbangan yang tak kalah besarnya dalam bidang literatur pada zaman
pertengahan. Selain itu, bahasa-bahasa yang muncul dan berkembang dari keluarga
bahasa Dravidia, seperti Tamil, Telugu, Kanada dan Malayalam, juga mempunyai
sumbangan yang tak kalah pentingnya terhadap karya sastra zaman pertengahan
seperti Kural, Kawiraja, Ramacarita dan Mahabarata versi Nannaya.
Banyak dari cerita-cerita fiksi kuno di India
berisi tentang cerita rakyat yang telah diceritakan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Hal ini merupakan cerminan dari mitos, legenda, cerita
petualangan, anekdot dan lelucon yang kesemuanya itu tak lain merupakan sarana
untuk mendidik moral masyarakat. Selain itu juga masih banyak lagi karya sastra
yang lain yang dihasilkan pada zaman keemasan Islam di India yang kebanyakan
berisi tentang cerita keluarga raja, sejarah, sistem hukum dan filsafat mistis.
Dengan diperkenalkannya sistem pendidikan ala
Barat di India sejak abad ke-19, banyak orang India yang menulis dalam bahasa
Inggris. Karya-karya mereka mencakup berbagai bidang ilmu seperti cerita fiksi,
puisi, filsafat, sosiologi, sejarah, drama, biografi dan seni murni.
Beberapa Hal Penting Untuk Diketahui
Bagi Pelajar Asing Tentang Masyarakat India
v
Masyarakat
Umum
Kebanyakan masyarakat India pada umumnya adalah
ramah dan santai. Banyak dari mereka yang berani memperkenalkan diri terlebih
dahulu sebelum diminta untuk bicara. Di bus dan Kereta Api, terkadang bisa
dijumpai orang yang mudah diajak bicara. Akan tetapi, di daerah perkotaan dan
kota-kota kecil kebanyakan dari mereka lebih sibuk dengan diri mereka sendiri.
v
Wanita
India
Wanita
India hidup dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang konservatif sehingga
adalah sesuatu yang sulit bagi mereka untuk memulai pembicaraan dengan orang
asing.
Seorang pelajar bahkan mungkin akan
menemukan bahwa ketika mengunjungi suatu keluarga India, wanita dalam keluarga
tersebut menghindarkan diri untuk berbicara secara langsung dengannya. Hal ini
janganlah diterima sebagai tanda ketidak ramahan. Mereka juga akan bersikap
sama meskipun terhadap orang India yang belum mereka kenal. Namun demikian kaum
wanita yang telah menerima pendidikan akan bersikap lain dan banyak dari
dasawarsa belakangan ini. Mereka akan berani untuk berbicara langsung apabila
mereka dikenalkan, akan tetapi tak semua dari mereka bersikap begitu bahkan
dikalangan kaum wanita modern sekalipun, mereka terkadang bersikap konservatif
dalam beberapa hal. Pacaran adalah sesuatu yang tidak umum di India.
v
Pakaian
Tidak terdapat satu keseragaman dalam
berpakaian, gaya berbusana bervariasi dari satu tempat ketempat lain dan dari
satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Di daerah India bagian Utara, para
lelaki memakai semacam baju piyama yang longgar dan kurta atau baju lengan
panjang / pendek, sedang di daerah India bagian selatan dan timur mereka
memakai dhoti(sejenis sarung). Kebanyakan para wanita biasanya memakai
sari, tapi dipakai dalam bermacam variasi bentuk baju dari satu tempat ke
tempat lain.
v Adat dan Kebiasaan
Di India, sebagaimana juga di tempat lain, ada
beberapa adat dan kebiasaan dalam
pergaulan sosial. Ketika orang saling bertemu mereka biasanya saling menyapa
dengan kata “Namaste”, yang juga diucapkan ketika akan berpisah, sambil
menempelkan kedua telapak tangan lalu diangkat setinggi dada. Sebagian orang
juga berjabat tangan kalau bertemu sambil mengucapkan salam dalam bahasa
Inggris seperti “Good Morning”, “Good Afternoon”, “Good Evening”. Para wanita
biasanya tidak berjabat tangan dengan lelaki.Dewan penasehat Pelajar
Internasional di Universitas-Universitas di India biasanya mengadakan suatu
acara kunjungan ke rumah-rumah penduduk. Hal ini adalah salah satu cara yang
baik untuk bisa mengenal watak dan kebiasaan masyarakat
Rahasia Keberhasilan Ulama India
Dalam Dakwah Dan Pendidikan
D |
inegara-negara yang dianggap berhasil dalam menjalankan dakwah
Islam demikian juga dengan pendidikan, haruslah di awali dengan ke ikhlasan,
kemudian menerapkan strategis dakwah yang tepat dengan kondisi dan tempat.
Tantangan dakwah pasti ada dimana saja
pun, terkadang tantangan itu datang dari kelompok sendiri, penguasa atau dari
orang-orang yang tidak senang dengan pergerakan Islam.
Ulama-ulama India menerapkan strategi dakwah pada awal-awal
masuknya Islam ke India dengan beberapa cara yang mana pada saat itu berhadapan
dengan penduduk dan penguasa notabene beragama Hindu :
1. Mereka mengutamakan perbaikan siyasah (politik).
2. Mendirikan institusi-institusi Islam
untuk pengkaderan agar dapat menghasilkan peneliti dan akademisi yang mumpuni.
3. Memberikan pendidikan Islam kepada
penguasa yang dianggap kejam dan menentang ajaran Islam.
4. Mementingkan dakwah ketimbang
mementingkan diri sendiri.
5. Menggandeng antara pergerakan ilmiyah dengan dakwah dan
menghindari dakwah dengan benturan politik.
Dua Pergerakan Dakwah Dalam Satu Sisi Bertemu Dan Pada Sisi Lain Bertolakbelakang
D |
isetiap negara yang tidak menerapkan hukum Islam akan menimbulkan
dualisme dakwah. Di India dakwah Islam menemukan fenomena tersebut.
Pertama : Pergerakan dakwah yang ditukangi oleh penguasa sesuai dengan
tuntutan stabilitas politik. Kedua: Pergerakan yang dikomandoi oleh para
ulama rabbaniyyin. Pergerakan pertama hanya dapat menguasai lahiriyah
manusia saja, yang dapat memperluas daerah kekuasaan. Sedangkan pergerakan
kedua : Berperan untuk menaklukkan hati manusia dengan menyebarkan kasih
sayang, kesetaraan, pendidikan, intelektual dan melawan segala bentuk
kezaliman. Kedua versi metode ini juga kita dapati berlaku di Indonesia, namun
belakangan pengamatan saya metode dakwah bertambah satu lagi melalui partai
politik yang ingin menjembatani dakwah Islam, tapi metode itu nampaknya jauh
dari apa yang di inginkan.
Para ulama dan pemikir Islam sudah seharusnyaa membentuk
satu metode tersendiri yang bergerak dalam keilmuan dan pendidikan, dengan
berupaya menghindari segala bentuk pertentangan terbuka dengan pemerintah
berkuasa, agar tidak terjadi persaingan secara terbuka. Tatkala ada seorang
terangkat sebagai pemimpin atau penguasa adil dan berprilaku toleran, maka
mereka melakukan satu jalinan kerja sama yang baik. Sejarah India dalam era
Islam tidak pernah kosong dari pemimpin yang adil, saleh dan bijaksana seperti
: Mahmud al-Goznawi, Syamsuddin Iltimaisy, Syir Syah al-Suri, Muhyiddin Oreng
Zeb Alimukiri dan lain-lain.
Metode Pengkaderan Ulama Di India Dan Rahasiakeberhasilan Seorang
Da’i
1.
Mengisi hati dengan mahabbah (cinta)
R |
ahasia pertama keberhasilan ulama-ulama Rabbaniyyin India
dalam menjalankan dakwah Islam adalah : Menunjukkan kecintaan yang dalam terhadap
Allah dan Rasul-Nya kemudian kepada agama Islam. Disamping Mahabbah mereka
juga menunjukkan sifat ta’affufdan sifat qonaah. Sifat mahabbah
dan simpatik yang dimiliki para ulama dan da’i memperoleh perhatian yang
mendalam bagi penduduk India dan penguasa yang memerintah saat itu. Contoh
ulama yang mendapat tempat dihati orang banyak dan disegani oleh penguasa Syekh
Mu’inuddin al-Sijizzi.
Para ahli sejarah India meriwayatkan, Sayyid
Adam al-Bannuri termasuk tokoh ulama yang hidup pada abad sebelas Hijiriyah
salah seorang dari murid Syekh Imam Ahmad As-Sirhindi, bahwa pada setiap hari
ada dua ribu orang yang makan pada jamuannya, dan orang yang berjalan
bersamanya ribuan tokoh dan ratusan ulama. Pada tahun 1053 H dia memasuki
wilayah Lahore dan orang yang ikut bersamanya puluhan ribu orang dari kalangan
terpandang termasuk para ulama, kedatangan mereka membuat raja Syah Jihan takut dan khawatir melihat
kebesarannya yang tidak didukung tahta kekuasaan. Raja Syah Jihan pun
berprilaku jinak dan ia mengirimkan sejumlah uang kepada Syekh Adam al-Bannuri
dan menawarkan agar ia berangkat haji. Syekh al-Bannuri pun paham betul tujuan
raja Syah Jihan untuk menjauhkan pasukannya agar tidak terjadi gesekan, dia pun
berangkat ke Makkah untuk melaksanakan Haji.
Disebutkan dalam sejarah ulama India, pernah
taubat dihadapan Syekh Makshum Bin Syeikh Ahmad As-Sirhindi sebanyak sembilan
ratus ribu orang dan ia berhasil mengkader para da’i sebanyak tujuh ribu orang
yang setia menjalankan tugas dakwah Islam di bumi India.
Abad ketiga belas Hijiriyah hidup seorang ulama
yang dapat memberikan warna dihadapan para ulama bahkan dihadapan para penguasa
saat itu, yaitu : Syeikh Imam Ahmad Bin Irfan begitu juga dengan Syeikh Ismail
al-Syahid. Kedua tokoh ini berhasil menyadarkan banyak pelaku maksiat dan
ajakan sangat berpengaruh sehingga dengan suka rela pakter-pakter tuak berhenti
dengan kesadaran mereka tanpa ada paksaan dan kekerasan apapun, sehingga kota
Kalkuta termasuk kota besar di India tidak memperoleh kontrobusi pajak dari
minuman keras.
2.
Komitmen mengikuti Syari’ah dan berpegang kepada Sunnah Nabi SAW
Unsur kedua yang sangat mempengaruhi dakwah
Islam di India komitmen ulamanya dalam mempraktekkan sunnah dan syariat Islam
dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari hal-hal kecil sampai kepada yang
sebesar-besarnya. Mereka tidak memberikan rasa toleran terhadap
tindakan-tindakan yang menyalahi sunnah Nabi SAW baik dalam lingkup pribadi
atau kelompok. Pengalaman saya ketika belajar di Dar al-Uluum Nadwatul Ulama
saya pernah mengucap salam kepada salah seorang dosen dengan mengangkat tangan,
salam saya tidak dijawab. Di kemudian hari saya tanya, kenapa salam saya tidak
di jawab hari itu, dosen tersebut menjawab cara salammu seperti salam Yahudi,
oleh karena itu saya tidak menjawab salammu. Sahutnya.
Contoh yang sangat tepat dalam meletakkan
sebuah tarikat dengan pondasi Syariah seperti Imam Ahmad As-Sirhindi, beliau
pernah mengirim surat kepada salah seorang ulama Syeikh Muhammad Hasyim
berpesan dalam suratnya : “Sebenarnya dikatakan tarikat itu benar dan layak
untuk di ikuti dan para guru-gurunya menempati posisi tertinggi harus kembali
kepada dua sebab : Pertama : Kembali kepada mentauladani dan mengikut Sunnah
Nabi yang mulia. Kedua : Istiqomah dan menjauhi segala bentuk bid’ah.
Beliau juga pernah berpesan dalam satu
tulisannya : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya syariat itu menjamin bagi
seluruh kebahagiaan dunia dan akhirat, kebahagiaan itu tidak dapat di peroleh
kecuali apabila didasari Syariat, adapun tarikat dan hakikat kedua-duanya
merupakan “khadam” dan penyempurna bagi syariat”.
Syeikh Nizhamuddin dari ulama abad kedelapan
belas Masehi berkata : “Seharusnya bagi setiap yang mengaku berpegang dengan
syariat Islam dan mengaku pengikut Rasulullah SAW tidak meninggalkan sunnah apapun
yang sudah ditetapkan Rasulullah SAW apakah itu sunat atau wajib ataukah ia
merupakan adab. Para ahli tasauf juga harus memperdalam ilmu syariat agar
terhindar dari ajakan yang bertentangan dengan syariat yang sebenarnya”.
Syeikh Nizhamuddin ketika sakit menjelang wafatnya, dan ketika itu ia
masih sadar orang yang hadir ingin menanggalkan celananya dari sebelah kanan,
syeikh Nizhamuddin langsung menahan kakinya dan ia pun mengisyaratkan
menanggalkan celananya dari sebelah kiri. Itu menunjukkan betapa menjaganya
ulama ini sekecil apapun dari sunnah Nabi SAW.
3.
Menjadi contoh yang baik bagi orang dekat dan bagi orang banyak
Pada umumnya ulama-ulama India sangat
menunjukkan ketauladanan dalam menjalankan syariah Islam, terutama pada dirinya
sendiri, mencontoh prilaku Rasulullah SAW, mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Yang demikian itu nampak jelas pada hal-hal yang sunat-sunat dan
adab dan sopan santun. Ternyata itulah yang banyak memberikan pengaruh
dikalangan orang banyak. Bahkan paling banyak memberikan kontribusi dalam
mengabadikan budaya Islam di India, sehingga dapat membendung budaya luar dalam
hal berpakaian walaupun mereka berpenduduk minoritas. Istiqomah para ulamanya
mampu mewarnai dari berbagai aspek, baik aspek akidah, budaya, pemikiran,
pengabdian terhadap peninggalan-peninggalan sejarah Islam dikalangan penduduk
diluar Islam di India.
Penulis telah menyaksikan para pelajar dan
mahasiswa India sangat percaya diri dalam menjalankan agamanya dihadapan
pemeluk agama lain. Seperti contoh : Mereka tidak merasa malu atau minder
melaksanakan shalat apabila telah tiba waktunya dihadapan orang Hindu, baik di
tengah perjalanan dalam Kereta Api atau di tempat persinggahan.
4.
Memperdalam ilmu agama dan fiqh
Unsur utama yang menjadikan dakwah Islam di
India dapat berkembang dan dapat mempertahankan budaya Islam di tengah-tengah
mayoritas non muslim adalah : “Tafaqquh fiddin” pemahaman terhadap agama
dan beramal dengan ikhlas. Para ulama tidak memberikan kepercayaan di bidang
pendidikan kecuali kepada orang yang memiliki kualitas ilmu dan pemahaman yang memadai terhadap agama.
Oleh karena itu tidak mengherankan bagi orang
yang pernah belajar di India, akan menemukan pelajar agama dari umur tujuh
sampai sepuluh tahun sudah banyak yang hafal Alquran, hafal hadis-hadis Nabi
SAW dan syair-syair Islam baik dalam bentuk Arab atau Urdu.
Ulama India juga sngat perhatian terhadap
bahasa Urdu yang ditulis dalam aksara Arab, dan banyak di pengaruhi oleh
unsur-unsur serapan dari Bahasa Arab. Tulisan Urdu mirip seperti Arab Melayu di
negara-negara Asia Tenggara, bagi muslim India mempertahankan eksisitensi
bahasa Urdu merupakan suatu kehormatan dan termasuk dalam bahagian jihad
melawan penjajah.
Salah seorang dosen di Dar al-Ulum Nadwat
al-Ulama pernah memberikan komentar tentang bahasa Arab Melayu yang
ditinggalkan oleh muslim Indonesia sebagai bahasa pengantar merupakan satu
kekalahan dari Kolonial Belanda dan menggantinya dengan tulis latin. Budaya
Islam dianggap sebagai identitas diri bagi setiap muslim, keluar dari satu
budaya Islam berarti sudah terkontaminasi dengan budaya luar. Sebab China,
Jepang, India, Neval, Arab dan lain-lain mampu mempertahankan bahasa mereka.
“Kisah penulis dengan seorang dosen yang
dipanggil dengan Maulana Nadzrul Hafidz Rahimahullah, beliau mengurangi perolehan
nilai salah satu bidang mata kulliah yang sudah tinggi menjadi nilai enam,
kemudian sang dosen bertanya: Apakah kamu tau kenapa saya mengurangi nilaimu?, lantas
saya jawab: Tidak tau!, karena kamu membubuhkan tanda tangan ala Ifrongi
(latin), sebelum kamu mengubah tanda tanganmu dengan dasar tulisan Arab maka
saya tidak saya kembalikan nilaimu!. Saya tau dulu negaramu dan Asia Tenggara
memberlakukan aksara Arab Melayu, tapi kamu kalah dengan budaya Barat yang
telah menjajah negaramu, selama ratusan tahun. Besok kamu datang lagi dengan
tanda tangan yang baru dengan tarikan aksara Arab baru saya mau mengembalikan
nilaimu!”
5.
Peran penting ulama dalam memberikan Tarbiyah bagi para penguasa
dan mendorong mereka untuk dakwah dan jihad
Pendidikan di India, para murabbi atau
pendidik berupaya keras untuk memisahkan pendidikan dan dakwah dari bentuk
duniawi semata. Walaupun begitu mereka dalam mengemban tugas sebagai da’i tidak
hanya ditujukan kepada khalayak ramai saja, tapi mereka berupaya bagaimana
dakwah dan Tarbiyah itu sampai kepada
orang-orang tertentu seperti kepada para Umara’ dan pemangku
jabatan. Sifat ulama-ulama murabbiyyin selalu mengamati dengan dekat pergerakan
dan arah pikiran parapenguasa, mereka juga berusaha memberikan dukungan moril
kepada penguasa yang memiliki langkah positif dan memberikan ide-ide baik
kepada mereka, tanpa mengharap imbalan apapun dari mereka. Kita dapat simpulkan
beberapa metode para ulama India dalam
mewarnai dakwah Islam di India :
1. Berupaya keras bagaimana dapat
memperbaiki pola pikir para penguasa terhadap Islam yang sebenarnya, baik ia
bagi penguasa muslim atau non muslim.
2. Menyampaikan kebenaran dan memisahkan
ajaran agama dengan segala bentuk kebatilan baik dalam akidah, budaya atau
pemikiran.
3. Mengasingkan diri dari kalangan Umara’
jika tidak dapat ditembus untuk
menyampaikan kebenaran, tidak menunjukkan ketergantungan diri kepada mereka,
dan menghabiskan waktu untuk mengajarkan ilmu agama kepada orang yang butuh
ilmu tanpa putus asa.
4. Berupaya untuk menjalin hubungan dengan
orang-orang tertentu yang ada di pemerintahan, jika tidak bisa jalinan itu
langsung dengan penguasa paling atas, dengan prinsip hubungan itu harus bersih
dari kepentingan duniawi.
5. Mengambil satu keputusan untuk
berseberangan dengan penguasa jika nampak kezaliman-kezaliman yang meraja lela
dari mereka, dan berupaya mempersatukan ummat Islam dalam satu barisan.
Sejarah Berdirinya
Madrasah Ash-Shoulatiyah Makkah Dan Hubungannya Dengan
Dermawan India
B |
anyak orang beranggapan bahwa Madrasah Shoulatiyah dibangun oleh
kerajaan Arab Saudi, atau yang dibangun oleh orang Indonesia yang belajar di
Makkah al-Mukarramah. Sewaktu melaksanakan haji tahun 2002 saya menanyakan
kepada seorang pelajar yang belajar di Madrasah Shoulatiyah dari mana
asal kata Shoulatiyah, pelajar tersebut tidak bisa menjawab. Saya
mengetahui sedikit sejarah Madrasah Shoulatiyah dari seorang dosen yang pernah
belajar di Madrasah Shoulatiyah selama 12 tahun, saat itu umurnya sudah
mencapai delapan puluh tahun namanya Syeikh Mahbub Arrahman termasuk murid dan
teman Syeikh Muhaddits Muhammad Yasin al-Padani. Hikayahnya :
Ketika Syeikh Rahmatullah Bin Khalil Arrahman
al-Kirawani (w. 22 Ramadhan 1308 H / 1 Mei 1891 M di makamkan di
pemakamanMa’la) kembali dari India
dan mengajar di Masjid Haram Makkah dengan cara halaqoh, demikian juga
beliau mengajar di tempat kediamannya. Pada waktu itu belum ada Madrasah yang
menganut sistem kelas di Arab Saudi. Melihat keadaan yang demikian Syeikh
Rahmatullah bercita-cita membangun sebuah institusi baru dengan cara belajar
modern seperti yang sudah ada di India. Pada bulan Rabiul Awal tahun 1285 H,
Syeikh Rahmatullah membangun sebuah Madrasah kecil di perkampungan Syamiyah di
atas sebidang tanah keturunan India.
Melihat ukurannya sangat kecil, beliau berniat
untuk mencari areal yang lebih luas, bak pucuk di cinta ulam pun tiba, empat
tahun kemudian datang seorang wanita kaya raya dan dikenal dermawan dari India
untuk menunaikan ibadah Haji, namanya Shoulatun Nisa’, kedatangannya ke
Tanah Suci bukan hanya bertujuan ibadah, tapi memang sudah ada niat untuk
membeli tanah yang akan di wakafkan kepada pelajar dan fakir miskin yang
bermukim di Makkah. Pada waktu yang tepat wanita tersebut bertemu dengan Syeikh
Rahmatullah dan keduanya sepakat untuk membangun madrasah diatas tanah yang di
belinya di areal perkampungan Al-Kaandarisah.
Peletakan batu pertama dilakukan pada 15
Sya’ban 1290 H. Syeikh Rahmatullah menamai madrasah ini dengan : “Madrasah
Sholatiyah” sebagai bentuk pengabadian terhadap nama pewakif tanahnya.
Madrasah Shoulatiyah merupakan satu-satunya
waktu itu dan yang pertama kali berdiri di seluruh kerajaan Arab Saudi. Karena
ketika itu Arab Saudi sangat miskin dan banyak di bantu oleh negara-negara
Islam lainnya seperti Indonesia. Semenjak itu jugalah Madrasah Shoulatiyah
menjadi tujuan tempat belajar bagi pelajar-pelajar yang berdatangan dari
penjuru dunia terutama pelajar yang berasal dari Asia Tenggara. Tapi sangat
disayangkan belakangan madrasah Shoulatiyah mengalami pasang surut karena
sampai sekarang belum di akui pemeritah Arab Saudi sebagai institusi resmi.
Madrasah ini lebih banyak dijadikan sebagai batu loncatan bagi pelajar yang
gagal masuk di perguruan tinggi negeri.
Banyak dikalangan alumninya akhir-akhir ini
tidak bisa melanjutkan studinya ketingkat yang lebih tinggi, dan memilih
sebagai mukimin atau bekerja sebagai gude umrah dan haji musiman. Rasa inporioriti
menyelimuti para alumninya karena tidak bisa bersaing ketika kembali ketanah
air disebabkan tidakmemiliki kualifikasi akademik, walaupun banyak di antara
alumni yang memiliki ilmu memadai.
Dari hasil pengamatan pribadi, ketika kita berjumpa
dengan para alumni Shoulatiyah yang
berasal dari Indonesia. Kita bertanya kepada mereka kapan pulang ke Indonesia?
Jawabannya : Belum bisa pulang atau belum sanggup pulang karena tidak memilki
ijazah S.1 atau S.2. Terkadang jawabannya : Untuk apa pulang ke Indonesia, toh
disana pun nanti ujung-ujungnya mencari duit, enak di sini mencari duit. Secara
fisikologis penampilan pelajar yang berasal dari Arab Saudi sangat memukau
masyarakat awam, sebab jika mereka pulang selalu memakai jubah putih, serban
terlilit di kepala dan serban di bahu, bahkan terkadang mengenakan selendang di tangan sekaligus.
Menurut saya sikap itu timbul karena ketidak
percayaan diri, berubahnya cita-cita dari ulama menjadi pengusaha kaya,
hilangnya rasa ketulusan jiwa untuk ilmu. Oleh karena itu tidak sedikit
diantara alumninya yang memilih menjadi mukimin hanya bisa mengirim uang
sebanyak-banyaknya, digunakan untuk biaya haji keluarganya, atau untuk membeli
tanah perkebunan, atau untuk membangun rumah di kampung. Ratusan bahkan ribuan
orang yang dulunya pelajar yang giat di Makkah, hanya bisa mengabdikan dirinya
untuk mencari duit dan duit, menunggu datangnya musim haji, atau menunggu orang
yang umrah untuk dijadikan obyek mencari nafkah.
Bersambung ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar