Contoh-Contoh Perguruan Islam Yang Menganut
Metode Tradisional (Salafiyah) Dan Masih Exsis Sampai Saat Ini.
Perguruan Islam Darul Ulum Deoband
arul Ulum Deoband berdiri pada tahun 1283 H
/ 1866 M, pendirinya adalah Maulana Muhammad Qasim an-Nanutuwi di salah satu
kampung terpencil terletak disebelah utara India.
Di tahun 2000 kita
pernah berziarah ke kampus Darul Ulum Deoband ini. Sepengamatan kita lokasi ini
saat itu sudah dipadati penduduk mayoritas muslim. Pertama-tama yang dapat kita
simpulkan dari lokasi ini nampak jelas imej keislaman yang begitu kental
dikalangan penganut Islam ditempat ini, mulai dari berpakaian cadar bagi wanita,
kesederhanaan, cara berpakain anak muda nampak seluruhnya berpakaian muslim.
Setiap sudut kampung nampak banyak toko-toko buku yang dijual dengan harga yang
sangat murah. Pelajar-pelajar di kawasan ini sangat peka terhadap pengamalan
sunnah. Sebut saja salah satu contoh ketika bepapasan dengan seorang mahasiswa
yang sedang masuk kedalam masjid untuk melaksanakan shalat ashar, ketika itu
jamaah sudah bubar, tapi ada beberapa orang siswa yang menghafal Alquran
memperhatikan bagaimana kami masuk kemasjid, diantara kami ada yang masuk
dengan mendahulukan kaki kiri, kami pun langsung dinasehati bahwa Rasulullah
SAW ketika masuk masjid mendahulukan kaki kanan, dan menyebutkan hadisnya.
Darul Ulum Deoband
lokasinya terbuka tidak dipagari, rumah-rumah masyarakat menyatu dan membaur
dengan kompelek ma’had/kampus. Ma’had ini dapat menjadi salah satu cara
islamisasi yang paling sederhana, melalui percontohan yang baik dari masyarakat
kampus. Ternyata cara itu sangat berhasilmenjalankan dakwah bilhalnya dan mampu
mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
Ma’had Darul Ulum Dioband
sudah lama menjadi tujuan para pecinta Ilmu pengetahuan, terutama bagi pecinta
hadis Nabi SAW untuk mengambil sanad hadis yang bersambung-sambung sampai
kepada Rasulullah SAW, dari berbagai negara
disamping dari warga India sendiri seperti: Afganistan, Tasyken, Bukhara,
Russia, Azerbaijan, Tibet, Cina, Arab dan Asia Tenggara walaupun itu hanya
sekadar mengambil sanad hadis dengan cara munawalah (ijazah). Dan
tak jarang pula hanya sekedar ziarah atau meneliti.
Institusi ini hanya
dapat dukungan biaya dari para tangan-tangan baik, berupa infak dan sedekah,
sehingga dapat berdiri dengan kokoh tanpa mengharap bantuan dari pihak luar,
bahkan mampu memfasilitasi siswa/mahasiswanya tanpa bayaran walaupun itu sangat
sederhana.
Ulama-ulama terkenal
yang memiliki jasa terhadap Darul Deoband diantaranya : Syeikh Rasyid Ahmad
al-Ganghuni, Syeikh Rafi’uddin ad-Deobandi, Syeikh Asyraf Ali at-Tahawani
mereka termasuk generasi penggagas pertama. Kemudian generasi penerus mereka
bermunculan hasil dari pengkaderan mereka seperti : Maulana Muhammad Ya’kub
an-Nanutuwi, Syeikh Mahmud al-Hasan ad-Deobandi, Syeikh Anwar al-Kasymiri dan
Maulana Hussin Ahmad al-Madani.
Ma’had ini masih exsis
dan berdiri kokoh dengan metode tradisonal (Salafiyah), yang pada
umumnya masih menggunakan kelas halaqah dan masih sedikit menggunakan cara
madern seperti: Menggunakan bangku dan meja. Seandainya Darul Ulum Deoband
mengikuti modernisasai pendidikan, maka pusat pendidikan Islam akan tinggal
nama dan kenangan.
Madrasah Mazdahirul Ulum di Kota kecil :
Saharanpur
adrasah ini didirikan tidak lama setelah
berdirinya Darul Ulum Deoband yaitu pada tahun 1283 H. Pendirinya Maulana
Sa’adat Ali As-Saharanpuri, kemudian Madrasah ini mencapai kegemilangannya
berada dibawah kepemimpinan Maulana Muhammad Mazhar an-Nanutuwi sampai-sampai
retingnya diatas Darul Ulum Deoband.
Mazdadahirul Ulum telah mampu melahirkan
ulama-ulama hadis yang sangat mumpuni dan berkaliber muhadditsin sebut saja
umpamanya :
1.
Syeikh al-Hadis Maulana Ahmad Ali
2.
Syeikh al-Mirati
3.
Maulana Habib ar-Rahman Bin Syekh Ahmad al-as-
Saharanpuri
4.
Maulana Khalil Ahmada as-Saharanpuri penulis Kitab :
Badzlul Majhud Fi Syarhi Abi Daud. Beliau menjadi pilar dan insfirator untuk
menarik minat bagi pecinta ilmu hadis yang berdatangan ke madrasah ini.
5.
Syekh Muhammad Yahya Kandahlawi murid setia dan
kesayangan Maulana Khalil Ahmad as-Saharanpuri.
6.
Syeikh hadits Maulana Muhammad Zakaria al-Kandahlawi
ulama terkenal anak dari Syeikh Muhammad Yahya Kandahlawi yang telah menulis
kitab berharga : Aujazul Masalik Ila Muwattha’ Malik dalam 6 jilid besar. Kitab
Hayat as-Shahabat, Fadhail as-Shodaqah, Fadhail as-Shalah dan lain-lain yang
menjadi kitab-kitab bacaan bagi kalangan jamaah tabligh.
Sayyid Rasyid Ridha
pernah menyebutkan : “Kalau bukan karena perhatian saudara-saudara kita dari
ulama-ulama India terhadap ilmu hadits
di zaman sekarang ini, niscaya ilmu hadits sudah hilang dan lenyap dari
kota-kota ilmu di timur tengah, sungguh telah surut ilmu ini di Mesir, Iraq,
Hijaz semenjak abad kesepuluh Hijriah”.
Contoh Perguruan Islam Yang Menganut Metode
Moderndan Masih Exsis Sampai Saat Ini
ita ambil salah satu contoh dari
Universitas Islam modern yaitu : Universitas Islam Aligharh, yang diprakarsai
oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dan kawan-kawan, dibangun diatas lokasi cukup luas
di satu kampung yang bernama Aligharh sebelah utara India dan masuk di
bawah negara bagian Uttar Paradesh.
Pada Awalnya
Universitas ini dibangun, untuk menjembatani antara aliran pemikiran
konvensional dengan aliran modernis, yang akan menjadi lebih kreatif dan
inovative, sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Cita-cita ini
ternyata berhasil, sehingga menjadi sebuah Universitas Islam terkenal di India
sampai kemanca negara. Universitas ini telah banyak mencetak ilmuan-ilmuan
dibidang umum seperti bidang kedokteran, bahasa, pertanian, teknologi, ekonomi
dan lain-lain, tapi disayangkan ilmu-ilmu agama hanya sebatas pelengkap saja,
nampak tidak ada keseimbangan antaradisiplin ilmu-ilmu agama dengan bidang
keilmuan bersifat umum. Sehingga kecenderungan berpikir mahasiswanya dibawa
kearah berpikir liberal baik dari segi ekonomi, sosial dan pemahaman keagamaan.
Namun masih beruntung para mahasiswanya banyak yang belajar di Universitas ini
berasal dari mahasiswa-mahasiswa Perguruan Tinggi Islam lainnya, yang dianggap
mumpuni pemahaman terhadap keagamaan, seumpama dari alumni Darul Ulum Nadwatul
Ulama, Darul Ulum Deoband yang mana kedua Perguruan Tinggi ini merupakan
penyeimbang bagi Universitas Aligarh dan Universitas Jami’ al-Islam Almillia.
Oleh karena itu
kebanyakan mahasiswa yang berasal dari sejenis Darul Ulum Nadwatul Ulama dan
Darul Ulum Deoban dan sejenisnya ikut serta sebagai mahasiswa di Universitas
ini hanya sekedar untuk mendapatkan gelar akademik yang qualified dan diakui
ijazahnya, atau hanya sekedar menambah pengalaman ilmiyah dibidang satu
keilmuan. Penerapan Bahasa Arab di Universitas ini tidak jauh berbeda dengan
Universitas-Universitas Islam di Indonesia, jika ditemukan pakar bahasa Arab di
Universitas tersebut, mahasiswa pada umumnya yang sudah pernah mengecap
pendidikan di ma’had-ma’had Islam swasta sejenis Darul Ulum Nadwatul Ulama dan
Deoband.
Sistem pendidikan
menganut pola modern seperti di Barat, yang sangat banyak mempengaruhi pola
pikir bahkan merobah kebijakan berpikir kearah liberalisme. Maka dari itu
dibidang pemikiran dan pemahaman keagamaan di Universitas ini selalu menjadi
kritikan-kritikan pedas dari kalangan yang berasal dari Perguruan Tinggi Islam
sejenis Nadwatul Ulama dan Deoband, dan yang paling terdepan menantang
pemikiran sejenis Universitas Aligarh adalah Darul Ulum Deoband. Dan yang
menjadi penengahnya adalah Darul Ulum Nadwatul Ulama.
Sir Sayyid Ahmad Khan
dan rekan-rekannya termasuk diantara yang terjebak pada pemikiran barat yang
sangat liberal dan cenderung melogikakan agama, seperti masih banyak
mempertimbangkan kedudukan dan kebenaran Alquran dan Sunnah Nabi, seperti
mengingkari akan wujudnya jin walaupun itu sudah merupakan ketetapan yang ril
dan ijma’ ulama bahkan orang awam sekalipun mengakui adanya jin.
Setelah berdirinya
Universitas Aligarh, kemudian menjamur perguruan-perguruan tinggi yang
sejenisnya, yang satu arah metode dan pola pikir modern seperti : Jami’
al-Islam Al-Millia New Delhi, Zdakir Husain College di Kota New Delhi,
al-Kulliyah al-Jadidah (NewCollege) di Madras, al-Kulliyah al-Islamiyah
di Vaniyam Badi, Kulliah Jamal Ahmad Turichina Palli, al-Kullyah al-Ustmaniyah
Kornol Hayderabad dan Kulliyah al-Farooq Malabar.
Kesederhanaan Dan Ketawadu’an
Para Ulama India
ada kedatangan pertama, kami sampai di kota
Lucknow di tahun 1997, yang pertama-tama kita saksikan adalah kesederhanaan dan
ketawadu’an para ulamanya yang hanya menghabiskan sehari-harinya untuk ilmu dan
ibadah, tinggal di perumahan yang dibangun oleh yayasan dengan rata-rata ukuran
7 x 15 meter, dengan fasilitas yang sangat sederhana. Gaji dosen atau guru
perbulan antara 2.500 Rupe India atau sekitar Rp. 500.000, Indonesia sampai
4.000,- Rupe India atau sekitar Rp.700.000,- Indonesia. Rumah kecil dan gaji
kecil untuk satu keluarga terkadang dengan anak rata-rata 5 sampai 7 orang.
Ulama terkenal saat itu
Maulana Abul Hasan Ali al-Hasani An-Nadwi, termasuk salah satu pencetus dan
pendiri Rabithah al-Alamil Islami, yang sangat terkenal diberbagai Perguruan
Tinggi dunia, ulama yang disayangi oleh ummat Islam India dan disegani oleh
ilmuan-ilmuan non muslim dunia, beliau juga sangat dihormati oleh penguasa
India dan penguasa-penguasa dunia lainnya, banyak menulis dalam berbagai judul,
baik dalam pengantar Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Urdu dan Persia.
Alhamdulillah saya pribadi masih diberi anugerah untuk berjumpa beberapa tahun
walaupun saat itu beliau sudah sangat tua dan sudah dibebas tugaskan sebagai
staf pengajar, dan hanya dibolehkan keluarga menghadiri pertemuan-pertemuan
penting skala Nasional maupun Internasional.
Ulama yang satu ini
selalu disebut oleh ulama-ulama Arab seperti Dr. Yusuf Qordhowi dan Dr. Wahbah
Zuhaily, Dr. Sa’id Amadhan al-Bouthy dan lainnya dengan sebutan “Imam”,
atau dengan perbandingan : ”Alam berkumpul dalam diri satu orang
laki-laki” yakni Imam Abul Hasan Ali
An-Nadwi.
Siapa saja yang melihat
tokoh ini, yang pertama-tama dia akan melihat sosok dan karakter Sayidina Umar
Bin Khatthab R.A ada pada ulama yang satu ini. Karena kesederhana-annya, dia
sebenarnya dari kafasitasnya yang luar biasa pantas menjadi seorang kaya raya,
tapi dia meninggalkan kekayaannya dengan menyumbangkan semua yang dimilikinya,
mulai dari hasil-hasil karyanya, hadiah-hadiah International Award
dibidang keilmuan dari berbagai pemimpin-pemimpin dunia seperti dari Raja
Faisal, Kuwait, Emirat Arab, Malaysia, Berunai Darussalam,Oxsfort University
dan itu terjadi dengan berulang-ulang, menurut sepengetahuan saya dari berbagai
sumber dan cerita dari dosen-dosen saya di Lucknow ulama yang satu inilah yang
paling banyak memperoleh hadiah dari pemimpin-pemimpin Islam dunia sampai saat
sekarang ini.
Kediamannya di Darul
Ulum Nadwatul Ulama sangat sederhana, rumah agak besar dibandingkan rumah
guru/dosen lain disamping masjid Ma’had
Darul Ulum, beberapa kali saya menziarahi beliau dirumahnya di Darul Ulum
membawa kawan-kawan dan saya sebagai juru bicara, beliau duduk diatas tikar
biasa, dirumahnya tidak ada kursi sopa, tidak ada televisi, hanya ada sebuah kulkas
kecil. Beliau bertanya kepada saya, kamu dari mana, saya duduk persis
disampingnya, Saya Jawab : Saya dari Indonesia, diapun langsung bercerita dan
mengatakan : Saya sedih!, saya belum
pernah ke Indonesia, saya sangat mencintai Indonesia, tidak ada yang mengundang
saya kesana karena Pemerintah Indonesia tidak pernah melakukan pertemuan untuk
membahas isu ummat Islam, walaupun saya termasuk pencetus Rabithah Alam
al-Islami. Namun ada teman saya yang saya kenal namanya : Muhammad Nastir, kami
selalu berjumpa di pertemuan Rabithah Alam al-Islami diberbagai pertemuan, dia
adalah orang baik.
Kesederhanaannya
langsung mengingatkan saya kepada Sayyidina Umar Bin Khattab dan Umar bin Abdul
Aziz R.Ah. Dalam satu kunjungan Perdana menteri India Mr. Atal Bihari Vajvay
saat itu datang menjenguk beliau dirumahnya, dengan rombongannya hanya disambut
diatas tikar biasa, tidak ada upacara khusus bagi sekaliber Perdana Menteri.
Kemudian dengan kesaksian saya secara langsung beliau di ziarahi oleh Sonia
Ghandi yang pada saat itu merupakan rivalitas Vajvay, yang kemudian menjabat
Perdana Menteri India, juga demikian disambut dengan apa adanya, tanpa ada
persiapan khusus. Kedua pemimpin itu saya saksikan dengan jarak sangat dekat.
Yang selalu terukir dalam ingatan saya dan tergambar beginilah gambaran
Sayyidina Umar di temui oleh Hurmuzan raja Persia ketika ia dihadirkan
dihadapan Umar, beliau sedang tidur dibawah pohon kurma didepan masjid Nabawi
ketika itu, tanpa ada pengawal pribadi atau penjaga.